"Abiputra S. D. ... gue kayak bicara sama patung aja." Kali ini logat bicara syifa seperti mengejek. Yang dilakukan abi hanyalah menarik bukunya kembali, dan lanjut membacanya dengan tenang.
"Dasar kulkas!" Ketus syifa dengan menyentil ujung rambut abi, membuat sang punya rambut menatap datar syifa.
"OYY, SYIFAAA!!!" Teriak lutfi--upik.
"Lo, kemana aja sih, pik. Nih di kelas lo, ada patung yah?" Sindir syifa. Mata sipit nya terus-terusan melirik abi, abi? Masa bodo ajalah.
"Oh, itu abi." Jelas upik, gadis dengan rambut sedikit ikal, berjalan tergopoh-gopoh, kedua tangan nya di penuhi makanan dan minuman.
"Gue udah tau, pik. Tipe-tipe kayak dia itu, aduhh! Nyebelin!," ejek syifa terus-terusan, upik yang melihat sahabat nya seperti itu, berusaha menenangi bibir mungil imut-imut sahabatnya, agar tak menggubris pria yang sedang terduduk di pojok sebelah kanan.
"Pik. Kalau di jual pasti murah kan ya?" Mulut gadis itu tak bisa berhenti, membuat kesabaran abi menjadi menipis. Pria di pojok kanan itu pun meletakkan buku yang di baca nya, dengan kasar. Lalu menggebrak meja sekeras-kerasnya. Membuat syifa dan upik tersontak. Cilok yang dipegang upik berloncatan ke lantai. Murid-murid yang berlalu lalang di depan kelas XI IPA 3 semuanya mengintip pada celah jendela kelas, bahkan ada yang melihat langsung dari dalam kelas nya. Dengan emosi, abi mendekati syifa.
"Jadi cewek, nggak usah suka ngehina cowok. Cowok diam ke lo, bukan berarti takut. GUEE! hanya ngehargai lo sebagai cewek," jelas abi panjang, tepat di wajah syifa, jelas tinggi mereka berbeda, membuat syifa mendongak saat melihat abi. Syifa yang di buat malu di depan banyak orang, tak terima. Dengan cepat, tangan gadis kecil menarik kerah kemeja abi, dengan kaki sedikit berjinjit.
"HEH! LO ... CUMA SISWA BARU, nggak usah songong deh lo!" Ucap syifa lantang, dan sedikit mendorong bahu abi.
"Syifa, udah! Diliatin banyak orang tuh," tegur lutfi dan langsung menarik tangan syifa, membawanya ke luar kelas. Irfan dan gerombolannya datang, langsung memasuki kelas.
"Lo, nggak papa kan, bi?" Tanya irfan, pria itu terus memandang wajah abi, abi hanya tersenyum.
🌼🌼🌼
"Aman kan, fa?" Upik, sahabat syifa, terus menanyakan hal itu ke syifa. Mereka berdua berada di toilet sekolah. Tangan gadis kecil itu masih menggenggam kuat, wajah nya memerah.
"GUE SEBEL SAMA PATUNG DI KELAS LO ITU!" Teriak syifa, kaki nya terus di hentak-hentakkan ke lantai.
"Sabar fa, sabar." Upik yang merasa ngeri, terus mengelus lengan syifa. Gadis kecil itu langsung menatap tajam ke arah upik.
"Pik, lo ... bawa kertas sama pulpen, nggak?" Tanya syifa.
"Hehe, pulpen nya, gue bawa, kalau kertas, nggak." Upik cengar cengir sendiri. "Yaudah, pinjem."
Syifa memberanikan diri untuk keluar dari toilet, meski amarah nya belum meredam. Mata sipit syifa terus memandang ke arah siswa-siswi yang berlalu lalang di depannya. Syifa mengulurkan tangan kananya ke depan, membuat orang yang akan lewat, langsung berhenti.
"Mel, minta kertas nya dong, selembar aja," pinta syifa ke adik kelasnya yang bernama, Melani Ayudia Devano, karna tepat! Melani membawa beberapa buku tugas teman-temanya yang akan dikumpulkan ke ruang guru. Dengan senang hati, melani merobekkan selembar kertas untuk kakak kelasnya.
"Ini, kak."
"Thank's," ucap syifa, langsung di anggukan melani.
Syifa kembali lagi ke toilet, mencari sahabat nya yang tertinggal di sana. Sekaligus, membuat sesuatu."Buat apa, fa?" tanya upik keheranan.
"Gue, mau buat surat untuk patung di kelas lo." Ucap syifa seperti greget. Memang greget!
🌼🌼🌼
"Inget yah, pik. Kasik ke patung nya langsung, awas aja nggak?!" Syifa memberikan lipatan kertas berisi surat ke upik, dan akan di berikan ke patung. Maksudnya, abi. "Ok, syifa cantik."
Syifa kembali ke kelasnya, karna waktu istirahat sudah habis, upik mendekat ke arah abi, pria itu masih membaca buku, entah apa yang difikirkan nya."Bi, maafin temen gue yah. Ini, dari syifa." Ucap upik ke abi, pria itu sama sekali tak bosan membaca buku. Abi melirik upik, upik yang tersadar dilirik abi, langsung cengar cengir tak jelas.
"Iya." Sahut abi, pria itu menarik lipatan kertas dari tangan upik.
Upik kembali ke kursinya. Abi sedikit keheranan dengan lipatan kertas yang katanya dari gadis yang baru saja membuatnya kesal. Pria itu membuka lipatan kertas nya.From : syifa amalia fahromi
To : Si patung XI IPA 3Eh, lo nyebelin banget sih. GUE ... SYIFA AMALIA FAHROMI, nggak terima atas perlakuan lo ke gue, nanti, pulang sekolah, gue tungguin lo di belakang sekolah.
Abi tersenyum-senyum sendiri melihat isi surat dari syifa. Bisa di bilang, tulisan syifa lumayan kok. Si pria datar, terus-terusan tersenyum, bahkan senyuman di bibirnya semakin melebar. Tak sadar bahwa teman-temannya--irfan, eko, agung, adi, alfa, dan adit, melihatnya dari tadi.
"Bi, lo kenapa?" Tanya eko, pria dengan postur tubuh pendek itu mendekat ke arah abi, meletakkan punggung tangan nya ke jidat abi. Karna membingungkan, abi tersenyum-senyum sendiri.
Dengan cepat abi mengembalikkan wajah datarnya, melipat kembali kertas yang ditangan nya, dan lanjut membaca buku, tanpa harus merespon teman-temannya tadi.TBC
Jangan lupa vote dan komen nya ya...
Butuh krisan😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Abisyifa
RomansaABISYIFA Nggak ada kata mustahil bagi Tuhan. Jika Ia menakdirkanmu untuk berubah, you have changed. Syifa Amalia Fahromi, salah satu siswi di SMA Garuda, yang berbeda dari siswi lainnya. Semenjak kedatangan siswa baru di sekolahnya -- Abip...