"Gue lihat-lihat, lo makin akrab sama rekan kita, si Raka itu?"
Race tidak mengalihkan tatapannya dari buku menu. "Kata siapa?"
"Kan tadi gue bilang, gue lihat-lihat. Itu berarti kata gue, seperhatian gue," jawab Viola, nada kesal jelas sangat kentara terdengar.
Race kemudian mengangkat tangannya untuk memanggil pelayan, lalu mengalihkan tatapan pada Viola sementara sang pelayan mendekat.
"Emang kapan lo pernah merhatiin gue?" tanya Race.
"Emang nggak pernah," jawab Viola dengan cuek. "Tapi gue merhatiin Raka."
Race mendengus, lalu dia menyebutkan pesanan kepada pelayan, disusul Viola.
Kemudian Race menatap Viola lagi. "Since lo yang ngajak gue makan di sini, berarti lo yang bayarin gue, ya."
"Tapi jawab pertanyaan gue dulu," balas Viola. "Seakrab apa lo sama Raka?"
"Seakrab rekan kerja yang lagi megang proyek yang sama," jawab Race sambil lalu.
Viola memerhatikannya. "Lo ngobrol sama dia pas meeting kemarin."
"Gue ngobrol sama Bu Dian, James, Pak Ikhsan--"
"Ngobrol yang bukan kerjaan," potong Viola. "Bu Sari atasan gue bahkan sampai nanya ke gue, itu si Race deket ya sama risk manager kantor sebelah," lanjutnya, menirukan suara Bu Sari yang tadi disebutnya. "Dan gue cuma cengengesan karena gue nggak tahu."
Race mengangguk. "Terus, apa masalahnya?"
"Masalahnya adalah," jawab Viola lambat-lambat. "Lo emang deket sama dia, as if deket yang tertarik gitu? As if deket dalam tanda kutip?"
Race menghela napas. "Kenapa sih lo kepo banget?"
Viola mengangkat bahu. "Karena lo lagi deket sama moodbooster gue."
"Oh, gitu. Jadi lo ngajak gue ke Canopy Lounge karena ada moodbooster lo itu?"
Race menatap ke belakang Viola, ke arah kolam renang terbuka di rooftop yang menjadi main attention dari Canopy Lounge, tempat nongkrong Raka dan teman-temannya, kata Viola. Viola ikut menatap ke belakangnya, menemukan Raka dan teman-temannya sedang duduk melingkari meja di dekat kaca pembatas.
Viola mendesah, lalu pindah tempat duduk di samping Race agar lebih leluasa memerhatikan empat pria itu. "Rezeki anak solehah."
"Anak solehah itu bayarin makanan gue," balas Race, bertepatan dengan makanan mereka yang diantar oleh pelayan.
Viola melirik temannya itu sinis. "Ya deh karena lo deket sama moodbooster gue."
"By the way, lo ngajakin gue ke sini karena mau ngintilin moodbooster lo itu, ya?" tanya Race curiga. "Stalker."
"Nggak, lah," jawab Viola tersinggung. "Kalau di sini mah moodbooster gue banyak."
Race hanya mengangguk-angguk tak peduli, lalu memakan nasi goreng seafood-nya. Kemudian dia memerhatikan empat pria yang masih menjadi perhatian temannya itu. "Gue heran sama mereka. Kalau nyari temen yang kriterianya cakep apa gimana?"
Viola mendongak dari piring macaroni schotel-nya. "Tampan, mapan, taipan." Viola mendesah. "Kalau ada yang ngedeketin gue dengan kriteria itu, langsung gue lamar, deh."
Race kembali menyantap nasi goreng seafood-nya. "Kayak yang mau ngelamar aja. Lo aja pacar ganti-ganti mulu."
"Kan belum ada yang memenuhi kriteria yang tadi," jawab Viola. "Kalau Raka mau ngedeketin gue, langsung gue settle down, deh. Dia maunya ngedeketin lo, sih."
Race hanya memutar bola mata.
Race juga kaget kala Raka menanyakan hal yang random untuk kedua kalinya di rapat kesekian mereka. Apalagi ditambah tingkah goofy yang surprisingly dimiliki oleh pria itu. Padahal Raka terlihat sangat cool dan kalem, tapi ternyata pria itu sangat "cowok".
Namun, entah kenapa tingkah goofy Raka malah terlihat menggemaskan. Race selalu mengulum senyum lebar kala mengingat rapat tempo hari. Pria itu sangat atraktif dan Race, dengan berat hati, mengakui bahwa dia sudah tertarik.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
turn down the negativity
RomanceTurn down the negativity so that you can turn up a happy and healthy life. [] Race Ayudia, an independent, smart, and cold-headed woman. She has a good life, and she has a tendency to make her life better. Raka Antariksa, a confident, calm, and c...