Jumat malam, Race segera menyingkir dari kantor begitu pekerjaannya sudah selesai, pukul 7.
Viola tak terlihat di mana-mana, dan itu bagus. Dari kemarin, kantor memang lagi hectic-hectic-nya, bahkan Race pun tidak bisa mengangkat video call dari Raka. Seringnya Race mengabari kalau sempat dan ingat, biasanya saat jam makan, tiga kali sehari, waktunya untuk break. Bulan November memang bulan paling repot karena sebagian besar karyawan ingin cuti saat Desember datang.
Race pun sudah merencanakan untuk ambil cuti dan mengunjungi orang tuanya di Bogor agak lamaan. Tapi cutinya hanya di-approve tiga hari, jadi total dia punya waktu lima hari untuk merayakan tahun baru bersama keluarganya.
Race cepat-cepat berjalan ke arah lift, lalu turun ke basement dan bernapas lega saat sudah sampai di mobilnya. Koper sudah ada dalam bagasinya, dan Race hanya harus berkendara ke bandara untuk mengejar keberangkatan tiga jam lagi.
Race menyalakan lampu mobilnya, dan nyaris berteriak saat ada bayangan seseorang berdiri di depan mobilnya. Tapi Race tidak berteriak. Dia bertindak rasional--bahkan kalau dia berpikir lagi setelah kejadian itu, yang tidak mencengangkan karena dia tipe cold-headed woman--yaitu dengan menekan klakson keras dan lama, sehingga basement itu dipenuhi oleh suara TIN! memekakkan selama hampir semenit.
Orang itu menunduk dan menutupi telinganya dengan tangan--bayangan wanita, sepenglihatan Race--lalu tergopoh-gopoh, mendekatlah dua orang satpam dan kerumunan orang di belakang mereka.
Race berhenti menekan klaksonnya saat kedua satpam sudah membekuk seseorang itu, lalu keluar dari mobil untuk menatap lebih dekat.
Seseorang itu benar wanita. Rambutnya panjang, tergerai, memakai rok span dan blouse, sepatu heels, which is familiar, dan di lehernya tergantung ID Card seperti punya Race.
Dan saat wanita itu mendongak, Race menahan napas.
She would definitely kill her this time.
"GILA LO YA!" Viola--surprisingly not surprisingly--berteriak dengan wajah merah ke arahnya. Race meringis. Beberapa orang di kerumunan memvideokan kejadian itu, yang lainnya tertawa-tawa saat mengenali Race dan Viola.
"Mbak, nggak pa-pa?" satpam yang masih memegangi Viola bertanya kepada Race.
Race mengangguk. "Nggak pa-pa, Pak. Udah, lepasin. Itu temen saya ternyata. Makasih ya bantuannya."
Dua satpam itu mengangguk mengerti kendati wajahnya kentara sekali tak tahu ingin berekspresi seperti apa. Antara kesal, tapi ngakak.
Viola menggeliat minta dilepaskan, dan dua satpam itu melepaskannya. Viola berjalan lurus ke arahnya, matanya menatap tajam Race, sebelum berteriak ke arah kerumunan, "BUBAR! BUBAR! Apa lo lihat-lihat!"
Kerumunan bubar dengan masih tertawa-tawa, dan Race cepat-cepat masuk ke dalam mobil.
Viola merapikan bajunya sebelum melangkah masuk ke dalam mobil, tepat di samping Race.
"Gila lo ya, nggak nyangka gue--" Viola mengomel. Dan masih mengomel hingga mobil Race keluar dari basement, berjalan menuju bandara. Race tidak mendengarkan gerutuan Viola. Dia fokus pada jalanan dan musik yang diputar, and it works everytime Viola exploded like now.
"Lo mau ke mana sih?" Akhirnya Viola bertanya, walaupun terdengar kesal. Satu hal yang Race suka dari Viola adalah, Viola tidak pernah marah lama-lama. Kalau wanita itu marah, diamkan saja, dan dia akan mereda sendiri, lalu mengobrol lagi layaknya tidak terjadi apa-apa. But it works only with her closest person, tho.
"Bandara," jawab Race kalem.
"Mau nyusulin Raka, ya?" Viola menatap Race. "Gue jadi inget, lo tuh berutang penjelasan sama gue, tahu nggak!"
"Penjelasan apa lagi, sih? Yes, me and Raka are dating now. Case closed. Lo mau detail tentang kejadiannya? Kayak anak SMP aja."
"Iya, sih," Viola bergumam. "Dari kapan?"
"Sekitar empat bulan lalu, 29 Juli."
Viola melotot. "Dan lo baru ngasih tahu gue kemarin? Oh, wow!"
"Yah, maaf," tapi Race tidak terdengar merasa bersalah. "Abisnya kita sama-sama sibuk, dan lo juga nggak pernah nanya."
"Pantesan kalian kayak ada aura-aura najisnya kalau di ruang meeting," balas Viola sinis. "Ternyata emang ada apa-apanya!"
"Yah, bagus kan, akhirnya yang lo harapin terwujud juga." Race mengetukkan jarinya pada setir saat mobil berhenti karena macet. "Ini lo mau ikut gue ke bandara apa gimana, sih?"
"Ikut, lah. Masa lo mau turunin gue di sini. Nanti gue bawa mobil lo."
"Nanti drop di apart gue aja ya, kuncinya kasih resepsionis."
"Nggak, gue jual!" Viola mendengus.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
turn down the negativity
RomanceTurn down the negativity so that you can turn up a happy and healthy life. [] Race Ayudia, an independent, smart, and cold-headed woman. She has a good life, and she has a tendency to make her life better. Raka Antariksa, a confident, calm, and c...