Race pernah berkata, he is the one. He is what she needs, and she can't live without. She can't lose him, or she won't be the same person anymore. She will still survive without him, for sure, but she couldn't be happy again as she ever be all this time. And she is so in love with him that she won't lose him no matter what.
Yah, itu benar.
Seratus persen.
Setelah keputusan mereka untuk mengakhiri hubungan malam itu--hanya seminggu dari anniversary mereka, coba bayangkan--Race akhirnya tetap tidur di apartemen Raka, tapi di kamar sebelah, tidak satu kamar dengan pria itu. Race tidak bisa tidur, tidak setelah malam-malam sebelumnya selalu dihabiskan di pelukan Raka, melakukan pillow talk yang terkadang menyangkut masa depan. Setelah akhirnya Race bisa tertidur, Race segera terbangun lagi karena bermimpi buruk--mimpi tentang Raka yang meninggalkannya, yang, omong-omong, sudah terjadi--pada pukul setengah lima pagi, lalu Race memutuskan untuk langsung pulang saja, karena akan terlalu awkward kalau dia bertemu dengan Raka setelah keputusan mereka malam sebelumnya.
Dan sekarang, Race sangat bersyukur karena hari ini Raka harus pergi ke Singapura, yang mengecilkan kesempatan untuk mereka bertemu secara tidak sengaja di lingkungan kantor. Tampilan Race hari ini masih seperti biasanya, dengan on make up, wajah flawless, dan cerah. Tapi sayangnya, auranya terasa sangat suram, bahkan bisa dirasakan oleh orang sekitarnya, yang langsung menjauhkan diri dari dia kalau tak sengaja bertatapan. Bahkan atasannya mengizinkan dia untuk bekerja setengah hari kalau memang merasa agak tidak sehat.
"Kamu pulang aja, Ce," kata Bu Ana dengan prihatin. "Rapat kali ini saya bisa handle sendiri, kok."
Race tersenyum tipis. "Saya nggak apa-apa, Bu. Makasih perhatiannya."
Race tak ingin sendirian di rumah, atau ia nanti hanya akan memikirkan tentang Raka dan hubungan mereka yang telah kandas. Dia mulai menyesalkan keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka, tapi kelihatannya Raka mengharapkan perpisahan ini. Atau tidak? Race tidak tahu.
Race benar-benar bingung. Dia linglung, terombang-ambing, mengawang-awang. Dia tidak tahu apakah keputusannya ini tepat atau tidak. Race merasa menyesal, tapi dia tahu ini yang terbaik. Atau tidak? Lord, please help this poor little soul.
Puncaknya saat makan siang. Race harus makan di ruangan lagi bersama Viola, Gina, dan Wulan, karena masih ada kerjaan yang urgent. Dan seperti biasa dalam beberapa hari belakangan, Gina mulai lagi dengan segala omong kosongnya.
Tapi sekarang, saat Gina baru mulai dengan, "Lo masih sama Raka kantor sebelah, Ce?"
Race sudah menyentak, "Nggak, gue udah putus sama dia. Puas lo? Lo harusnya malu, Gin, punya harimau lemes kayak gitu. Mulutmu harimaumu, remember? Mana ada harimau lemes kayak punya lo. Harimau lo jadi-jadian, kali. Next time, you better watch your mouth or you will be eaten by your own tiger, Gina."
Race mengucapkan itu dengan dingin dan kejam, lalu membawa kotak makannya, tumblr, dan ponselnya keluar ruangan. Dia bisa makan di mana saja asalkan jauh-jauh dari lelampir itu.
Race ingin menangis meraung saat ini, tapi sayangnya dia harus menunggu sampai di rumah.
Namun, Viola ternyata mengejarnya setelah ia keluar dari ruangan dan langsung menarik tangannya ke salah satu ruangan meeting yang kosong. Lalu dia mengunci pintu, dan mengutak-atik ponselnya.
"Go. Gue udah set alarm sampai jam satu nanti, masih ada waktu lima belas menitan. Lo nangis aja sepuas lo sampai alarm gue nyala." Viola bersedekap.
Race duduk di salah satu kursi, lalu menunduk. Bahunya bergetar perlahan, dan dia tak menahannya lagi.
Dia menangis menumpahkan segala emosinya yang sudah dia tahan dari semalam, tentang penyesalannya, kebimbangannya, kelinglungannya. Dia bahkan merasa konyol sekarang, setelah bisa berpikir lebih rasional, tentang penyebab putusnya hubungan mereka.
Race menangis sampai alarm Viola berdering, baru dia menghentikan tangisannya. Agak susah menghentikan tangisan yang sudah terlanjur mencapai klimaks, tapi akhirnya Race bisa. Dengan sesenggukan, dia merapikan riasan dan penampilannya.
Setelah rapi, dia bertanya kepada Viola tentang ide alarm itu. Viola mengangkat bahu santai.
"Itu namanya time management, Sayang. Gue sering kok ngelakuin itu kalau lagi capek banget, nggak nahan. Seringnya di basement sih, sambil ngerokok. Tapi kalau kita ke basement dulu tadi, lama lagi."
Race feels very grateful to have Viola by her side right now.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
turn down the negativity
RomanceTurn down the negativity so that you can turn up a happy and healthy life. [] Race Ayudia, an independent, smart, and cold-headed woman. She has a good life, and she has a tendency to make her life better. Raka Antariksa, a confident, calm, and c...