Tahun baru, dan Race mengajak Raka untuk berkumpul bersama keluarga besarnya.
Garasi rumah orang tua Race di Bogor sudah ramai mobil ketika Raka sampai pukul lima sore. Raka memarkirkan mobilnya di tempat yang tersedia dengan dibantu satpam, berjajar dengan mobil yang lain, lalu mematikan mesin. Tapi dia masih tetap duduk di jok mobilnya, memerhatikan keadaan rumah orang tua Race yang bergaya modern minimalis.
Race sudah cerita kalau dia mengambil tiga hari cuti di waktu tahun baru. Dan dua minggu lalu, Race mengundangnya untuk berkumpul bersama keluarga besar wanita itu.
Raka gugup, pasti. Tapi yang paling mendominasi adalah rasa senang dan yakin ketika Race mengundangnya. Itu berarti wanita itu menganggap serius hubungan ini dan Raka makin yakin kalau she's the one.
Hari ini tanggal 31 Desember dan Raka sebenarnya juga punya jadwal berkumpul dengan keluarganya. Tapi lain dengan Race yang berkumpul dengan keluarga besarnya, keluarga Raka hanya anggota inti saja yang datang. Dan ketika Raka membicarakan ini kepada mamanya, sang mama mendukung keputusan Raka seratus persen untuk menyambut undangan Race, bahkan mengatakan tidak perlu merindukan adik-adiknya yang terbang dari jauh ke Indonesia.
Race sendiri sudah pernah bertemu dengan orang tua Raka saat Raka memamerkan motornya yang ditinggal di rumah orang tuanya. Adik-adik dan keluarga besar memang belum, karena belum ada waktu. Dan Raka ingin mengajak Race bertemu adik-adiknya dalam waktu dekat ini kalau bisa.
Dan saat ini, Race langsung mengundangnya untuk bertemu keluarga besar. What a woman.
Ponsel Raka berdering. Wajah kekasihnya terpampang di sana. Raka langsung mengangkatnya, lalu keluar dari mobil.
"Halo?" Race menyapa.
"Hai." Raka berdeham. "Aku udah sampe, nih."
Terdengar suara orang-orang ribut di seberang sana, yang makin lama makin mengecil. Sepertinya Race menjauh dari keramaian.
"Kamu di mana? Udah sampai mana?"
"Sampai depan."
"Depan mana?"
Terdengar suara dari pintu depan rumah. Raka hanya diam. Race berseru "Halo?" lagi, yang tidak Raka tanggapi. Raka tahu Race tetap akan mengecek depan rumah walaupun Raka menjawab sudah sampai depan komplek.
Lalu pintu depan terbuka, menampilkan kekasihnya dalam balutan gaun biru tua pas badan tanpa motif. Dandanannya sederhana, tapi Race selalu terlihat gorgeous di mata Raka.
Raka lalu tersenyum lebar sambil mengantongkan ponselnya. "Hai!"
"Ih, kamu!" Race menghampiri Raka, memeluk pria itu sebelum mendongak. "Kok nggak telepon aku?"
"Aku udah mau telepon, tapi kamu telepon duluan," bela Raka.
Race menyipit. "Okay, then." Lalu wanita itu menggandengnya memasuki rumah. "Ayo aku kenalin sama keluarga besar aku."
Rumah Race lumayan luas, dengan ruang tamu, ruang keluarga, meja makan, dan dapur, menjadi satu ruangan besar. Di dekat meja makan terdapat pintu kaca yang terhubung ke halaman belakang dan kolam renang, lalu tangga di dekat dapur menghubungkan ke lantai dua. Terdapat dua pintu di lantai bawah yang Raka asumsikan sebagai kamar tamu dan kamar mandi.
Keluarga Race berkumpul di halaman belakang. Walaupun disebut "keluarga besar", tapi jumlahnya tidak lebih banyak dibandingkan keluarga besar Raka. Kira-kira hanya sepuluh orang yang sedang berkumpul di sana.
Raka dikenalkan kepada orang tua Race, yang, surprisingly, papanya sudah Raka kenal karena waktu itu pernah seminar bareng di New York. Bahkan Raka berteman dengan pria paruh baya itu di LinkedIn sampai sekarang. Namanya Ace Purnawan.
Mamanya Race adalah wanita paruh baya bernama Rachel Mishanti yang juga seorang ibu rumah tangga. Mamanya Race menyambutnya dengan sangat hangat, mengingatkan Raka pada mamanya sendiri.
Race lalu mengenalkannya pada keluarga papanya, karena mamanya anak tunggal. Terdapat dua om, dua tante, dan tiga sepupu yang umurnya semua di bawah Race, dan masih lajang. Sepupu perempuan Race bernama Cyan malah bertanya dengan terang-terangan, "Lo punya temen yang masih jomblo lagi, nggak?"
Raka hanya bisa meringis. Race yang malah menjawab, "Walaupun dia punya, mana mau sama lo yang jarang mandi?"
"Emang kenapa, sih?" balasnya, dengan nada tersinggung yang dibuat-buat. "Anya Geraldine aja jarang mandi tapi banyak yang ngejar-ngejar, tuh."
"Beda, lah," balas Race santai, sambil menuangkan es teh dalam teko ke gelas Raka. "Anya Geraldine mah kalau mandi langsung berjuta-juta, makanya wangi terus. Lah elo, masih pakai sabun colek aja sok-sokan mau cantik effortless."
Dan begitulah, malam tahun baru Raka dihabiskan.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
turn down the negativity
RomanceTurn down the negativity so that you can turn up a happy and healthy life. [] Race Ayudia, an independent, smart, and cold-headed woman. She has a good life, and she has a tendency to make her life better. Raka Antariksa, a confident, calm, and c...