Race menginap.
Sudah bisa ditebak, bukan?
Raka memeluk kekasihnya dari belakang. Mereka berbagi selimut yang sama, duduk berdua di ayunan, dengan segelas susu panas di meja taman, melihat langit malam yang hanya dihiasi bulan sabit menggantung.
Race sebenarnya tidak ingin menginap. Di samping tidak membawa baju ganti, apartemen Race juga dekat dari sini, setidaknya tidak sejauh Jakarta-Bogor. Tapi Tante Liliana ternyata pemaksa yang handal. Dalam tiga puluh menit, Race mengalah untuk menginap.
Mungkin karena kalau Raka mengantar Race, Raka akan pulang ke apartemennya, bukan ke Tangerang lagi. Tapi, toh, Race juga tidak perlu diantar. Dia bisa naik taksi online. Namun Race juga tidak mengutarakan alasan itu. Tante Liliana juga sepertinya tulus ingin menjamu Race dengan baik, juga mengenal Race lebih dalam since Race sekarang adalah pacar Raka, keluarga-soon-to-be Tante Liliana.
"Kamu cuti juga?" tanya Race kemudian, setelah menikmati keheningan malam dengan angin sepoi-sepoi.
"Iya, tapi cuma hari ini. Besok aku masuk."
Race mengernyit. "Loh, terus gimana dong? Kan barang-barang kamu ada di apartemen?"
"Nggak, aku bawa semua di mobil. Besok aku drop kamu di apart kamu, terus aku langsung ke kantor. Apart aku lebih jauh daripada apart kamu."
"Nanti kamu telat, dong?"
"Nggak dong, aku udah bilang ke rekanku kalau besok aku datengnya jam sembilanan, lagian deket kan, paling cuma sejam. Ngaret setengah jam masih nggak pa-pa lah, ya." Raka terkekeh.
Race menepuk lengannya. "Tahu gitu aku tadi pulang aja."
"Jangan dong," Raka memeluk Race makin erat. "Kita nggak bisa begini di ayunan dong, kalau kamu pulang."
Race mengulum senyumnya.
"Lagian," lanjut Raka. "Mama pengin banget kenalan sama kamu lebih jauh."
"Emang ini pertama kalinya kamu bawa pacar ke rumah?"
Raka meringis. "Pertama kali ... iya. Sebelumnya Mama cuma tahu, tapi aku nggak pernah bawa ke rumah. Pas SMA, Mama cuma tahu aku punya pacar. Dan aku nggak pernah ngenalin mereka. Pas kuliah juga aku nggak pernah ngenalin mereka karena jauh. Lagipula, sebelum aku bisa ngenalin, aku udah putus. Terus yang terakhir, Mama emang udah bawelin aku buat bawa pacarku ke rumah, tapi aku merasa nggak siap, sampai akhirnya keburu putus, karena bentar banget."
"Kita juga cuma sebentar, baru tiga bulan lebih, dan kamu udah ngenalin aku ke orang tua kamu."
"Because somehow, i know you're the one. Since we first met, i just know that you are 'her', that i will spend my lifetime with, will be my company until my last breath, will stay by my side to join my happiness. Somehow, i just know, and it makes me more and more sure." Raka mengeratkan pelukannya, berbisik di telinga Race. "It makes me sure that i've fallen deeply in love with you."
Race tersenyum lebar, lengannya memeluk lengan Raka yang memeluknya. Race menolehkan kepalanya, balas berbisik di telinga Raka, "I'm in love with you, too."
Raka ikut menolehkan kepalanya, tersenyum lembut sebelum mengecup bibir Race. Lalu pria itu menjauhkan wajahnya. "Ikut aku, yuk."
Raka menggandengnya, membawanya ke tangga yang mengarah ke bawah, ke basement. Di anak tangga paling bawah, terdapat sebuah pintu yang memisahkan antara rumah dengan basement. Dengan sekali sentuhan sidik jari pada sensor, terbukalah kunci pintu itu, dan basement dengan lampu terang-benderang langsung memenuhi indra penglihatan Race.
Terdapat empat mobil terparkir di sana. Dua di antaranya sudah pernah Race lihat, Mercedes-Benz Tante Liliana dan Alphard Om Husein. Dua yang lain, BMW dan Rolls-Royce, Race asumsikan milik Gio dan Ibram.
"Kok aku baru ngeliat mobil itu?" tanya Race.
"Iya, soalnya waktu kamu ke sini lagi di bengkel untuk dicek sebelum dipakai dua anak itu." Raka menjawab, masih menggandeng Race untuk mengikutinya ke garasi khusus motor. Terdapat dua Harley Davidson di sana, milik Raka dan Ibram, lalu dua motor custom, milik Raka dan Gio. Tapi sepertinya ada tambahan Harley Davidson di sana, karena Race baru melihat yang satu itu.
"Nah, ini." Raka berhenti di samping Harley Davidson yang baru Race lihat itu. Race ikut mengamatinya.
"Ini kenapa? Harley kamu yang baru?"
Raka mengangguk. "Yap! Joknya muat untuk dua orang, tipenya juga beda, yang ini tipe Touring Harley Davidson."
Race mengangkat alis. "Kamu cuma mau pamer, kan? Kayak sebelumnya kamu ngajak aku ke sini?"
Raka mengangguk lagi. "Yap! Pamer, dan juga, motor ini sebenernya aku persembahkan buat kamu, supaya kamu mau ikut aku touring nanti."[]
KAMU SEDANG MEMBACA
turn down the negativity
RomanceTurn down the negativity so that you can turn up a happy and healthy life. [] Race Ayudia, an independent, smart, and cold-headed woman. She has a good life, and she has a tendency to make her life better. Raka Antariksa, a confident, calm, and c...