ch. 10

3.7K 448 5
                                    

Raka duduk di seberang kursi Race, menatap wanita itu yang sedang menulis di buku agendanya. Raka mengalihkan pandangan ke arah kirinya, rekannya dan atasan Viola sedang mengobrol. Viola dan rekannya yang lain hanya mendengarkan. Di kanannya, rekannya yang lain mengobrol sambil menyesap kopi masing-masing.

Raka menatap ke depannya lagi, Race masih menulis di buku agendanya. Beberapa saat, lalu wanita itu mendongak dan menatap tepat di manik cokelat Raka. Senyum tipis menghiasi bibir merahnya, dan Raka tiba-tiba mengingat malam di mana Race berenang dengan bikini two piece-nya di Canopy Lounge.

Raka menghela napas berat. Race dalam balutan bikini two piece warna hitam benar-benar terlihat menakjubkan, membuat Raka menahan napas sesaat ketika wanita itu keluar dari kolam renang dengan tubuh basah.

Raka juga bisa melihat para pria yang menganga, kemungkinan besar member baru di Canopy Lounge. Para wanita sebagian besar hanya melirik dan para pria menatap dengan terang-terangan. Sebenarnya tidak hanya Race yang berenang di kolam itu, tapi entah bagaimana pandangan Raka hanya terpaku pada wanita itu saja.

Namun untungnya Race langsung membalut tubuhnya menggunakan bathrobe, dan melenggang ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Raka harus menyesap kopinya berkali-kali untuk menenangkan diri di ruang meeting ini. Sebenarnya dia sudah berjuta-juta kali melihat wanita dalam balutan bikini, tapi jika wanita itu adalah wanita atraktif yang menarik perhatianmu, perasaan itu beda lagi. Berkali lipat lebih kompleks.

Raka tidak menawarkan Race untuk pulang bersama karena sebelum Viola datang, Race sudah bilang kalau dia membawa mobil dan akan pulang bersama temannya itu. Jadi, setelah melihat Race melenggang ke kamar mandi yang telah disediakan, Raka pergi dari Canopy Lounge dan pulang ke rumah.

Sekarang, menatap Race dalam balutan blouse dan celana kerjanya, wanita itu seakan menjelma menjadi wanita work-a-holic yang mendedikasikan diri kepada pekerjaannya. Sama sekali tidak terlihat seperti wanita yang menghabiskan waktunya di lounge dan berenang dengan bikini.

Race mendongak dan menatapnya lagi dengan pandangan bertanya. Raka tersadar kalau dia menatap Race sambil memikirkan dirinya dalam balutan bikini malam itu. Pasti pandangannya terlihat aneh.

Raka berdeham dan mengalihkan pandangan. Untung saja, tepat saat itu meeting akan dimulai, jadi Raka tidak harus bertingkah goofy dan salah tingkah.

Tapi Race masih menatapnya bertanya, seperti mengatakan, kenapa, sih? Lo ngeliat gue aneh banget.

Raka menatapnya meyakinkan, nggak pa-pa. Udah, dengerin aja pembahasan Pak Teddy.

Race masih menatapnya curiga, tapi tetap mengalihkan pandangan kepada pembicara saat itu. Raka menunduk memandang tabletnya yang masih kosong, dan tiba-tiba mengingat saat di mana dia dan Race melakukan persis yang seperti tadi, seakan mereka bisa membaca pikiran masing-masing, di Canopy Lounge malam itu.

Raka juga tidak mengerti. Dia hanya menatap mata Race, dan tiba-tiba mengerti arti tatapan wanita itu dan apa yang ingin wanita itu katakan in person. Raka hanya membalas tatapannya, dan wanita itu seperti mengerti juga apa yang ingin Raka sampaikan. Raka memikirkan hal itu sepanjang malam, tapi masih denial dan berpikir kalau semua orang pasti bisa mengerti apa yang ingin Raka sampaikan lewat tatapan mata.

Namun kini, Raka tak terlalu yakin. Dia mencoba melakukan itu pada Candra, tapi pria itu menyentak, "Apaan, sih? Jangan pake kode-kodean lah, kecuali lo bisu."

Nah, at this point, Raka wouldn't know anymore.[]

turn down the negativityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang