Eight

581 122 10
                                    

"Gua bosen"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gua bosen"

Kamu yang tengah mengupas apel menoleh kearah iris yang dari tadi sibuk mendumal karena bosan.

Hari ini kamu terpaksa absen untuk belajar di perpustakaan kota karena disuruh bunda menemani iris yang menolak ikut ke acara arisannya bunda. Lagipula iris sudah besar seperti ini kenapa masih harus ikut bunda kemana-mana sih.

"Nonton tv aja"

Iris melirik kearahmu lalu mendengus sebal. "Bosen tau. Kesini gaboleh, kesitu gaboleh. Gua tuh pengen kaya lo yang tiap hari libur tuh bisa keluar"

"Emang menurut lo tiap hari libur gua kemana?"

Kamu menyerahkan sepiring apel yang telah terpisah dari kulitnya kearah iris. Gadis itu meraih satu potong lalu memakannya sambil berfikir.

"Shopping mungkin"

"Sejak kapan gua suka shopping. Gua tiap libur ke perpustakaan kota"

Iris melirikmu sekilas lalu kembali memakan potongan apelnya. "Gua kalo jadi elo sih udah main sama temen-temen gua kemana-mana. Bukan malah sibuk belajar"

"Gua belajar biar bisa ngerjain tugas lo"

Ucapanmu sama sekali tidak di perdulikan oleh iris. Malahan gadis itu sibuk menonton variety show di ponselnya. Kamu tersenyum pahit, respon seperti itu sudah kamu temui sejak kecil. Lagipula mana mungkin mereka semua mau mendengar keluh kesah mu.

Kamu menggeleng pelan, melupakan semua hal yang ada di fikiranmu. kamu memilih beranjak dari sofa dan berjalan kearah dapur untuk membersihkan potongan kulit apel.

Setelah selesai kamu kembali ke ruang tamu. Masih mendapati iris yang tetap memandangi ponselnya. Kamu duduk di salah satu sofa dan ikut meraih ponselmu mengecek beberapa pesan yang memang kebanyakan dari grup.

"Oh iya, yang kemaren nganter lo pulang siapa rin?"

Matamu teralihkan ke arah iris yang pandangannya masih kearah layar ponsel. Kamu mengerutkan kening curiga. "Kenapa emangnya?"

"Nanya aja. Kirain selama ini lo ga punya temen, abisnya sendirian mulu. Tapi yang kemaren temen apa pacar?"

"Temen. Mana ada pacar"

"Oh gitu"

Suasana kembali sunyi seperti semula. Iris kembali fokus dengan ponselnya membuat kamu juga memilih ikut fokus dengan ponselmu. Kamu ingin waktu berjalan cepat agar bunda bisa segera pulang. Kamu ingin istirahat di kamar setelah seharian ini membereskan rumah seorang diri.

"Rin, keluar yuk"

Kamu menoleh kembali kearah kembaranmu. "Keluar?"

Iris mengangguk semangat. Bahkan ponselnya telah ia letakan di sofa. "iya, ayo keluar. Bosen tau"

"Tapi bunda bilang lo ga-"

"Alah, selama ga ketauan gapapa. Terus kan ada lo juga yang jagain gua. Ayolah"

"Bentar, gua izin dulu sam-"

"Rin. Lo tuh ya gabisa deh diajak kerja sama. Gimana coba rasanya jadi gua gaboleh kesana-kesini kalo gaada bunda sama kak chan. Lo sih enak masih boleh berkeliaran. Ga prihatin banget sama kembaran sendiri"

Kamu tersenyum miris mendengar ucapan iris yang begitu menyesakkan. Ingin rasanya berteriak mengeluarkan pendapat tapi percuma saja. Iris sama seperti orang rumah yang lain, tidak akan peduli.

"Tapi setengah jam aja ya. Terus jangan jauh-jauh, disekitar sini aja"

"Iya ih bawel. Buruan deh. Oh iya ambilin jaket juga ya arinnn, tolonggg"

Kamu menghela nafas dan berjalan ke kamar iris untuk mengambil jaketnya begitu juga mengambil jaketmu di kamarmu. Kamu berdoa semoga bunda tidak mengetahui hal ini. Bisa-bisa abis kamu kena omelan.

Kamu menatap iris yang tengah duduk di salah satu ayunan taman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamu menatap iris yang tengah duduk di salah satu ayunan taman. Gadis itu terlihat begitu bahagia melihat beberapa anak kecil tengah asik bermain bersama teman sebayanya. Kamu ikut tersenyum mengingat sejak kecil iris di larang untuk pergi keluar oleh bunda karena tubuhnya yang lemah.

Walau setertekan apapun kamu di rumah, selama itu bisa membuat iris senang bagimu bukanlah sebuah masalah. Sampai tubuhmu sakit-sakitan pun tidak apa, yang terpenting iris bisa merasakan apa yang orang lain rasakan walau sebentar.

"Rin"

Kamu bangkit dari kursi taman dan menghampiri iris yang memanggilmu.

"Kenapa?"

"Gua pengen main sama mereka. Boleh ga?"

Kamu menggeleng. "Engga ris, lo janjinya sama gua cuma duduk-duduk aja di taman. Bukan malah main sama anak-anak kecil"

Iris mengerucutkan bibirnya dengan kesal. "Lo tuh lama-lama kaya bunda sama kak chan, ga asik. Harusnya sebagai kembaran lo dukung gua dong"

Kamu pusing. Serba salah rasanya saat ini. Kalau menuruti iris bisa-bisa kamu diomeli bundamu, kalau tidak menuruti gadis itu akan mencak-mencak terus-menerus.

"Yaudah. Tapi jangan capek-capek. Langsung balik kesini"

Iris tersenyum senang. "Yes, thank you my twins"

Setelah itu iris langsung berlari ke beberapa kumpulan anak-anak kecil yang tengah bermain lari-larian. Gadis itu langsung ikut berbaur bersama anak-anak kecil tersebut membuat kamu tersenyum tipis.

Nyatanya hal kecil seperti itu saja bisa membuat iris senang sampai lupa kalau usianya sudah bukan remaja lagi.

Beberapa menit kemudian iris kembali dengan peluh yang menghiasi keningnya. Kamu memberikan tempat untuk iris duduk yang langsung di terima oleh gadis itu.

"Aduh haus rin"

"Gua lupa bawa minum. Bentar gua beliin ke depan, lo jangan lari-larian lagi ya. Nafas lo udah berat"

"Hm, iyaa"

Kamu berjalan keluar taman. Menghampiri sebuah warung untuk membeli minum. Kamu membeli dua botol air mineral dan langsung kembali masuk ke dalam taman.

Kamu mengerutkan keningmu saat melihat beberapa orang mulai berkerumunan di kursi yang iris tempat tadi. Kamu langsung berlari saat sadar apa yang mereka kerumuni.

Disana, iris tergeletak tidak sadarkan diri.

Disana, iris tergeletak tidak sadarkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PELIK • LEE FELIX √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang