24

81 10 87
                                    

Why are my eyes filled with tears?
Hey, stay by my side and laugh
The future without you is like a world without color
BTS - Your Eyes Tell

🌸🌸🌸

Flashback on

"Kau tahu, Hara, sejak anak saya menjalin hubungan denganmu, ia sering pulang malam dan melalaikan tugas-tugasnya."-adalah kalimat pertama yang Tuan Park ucapkan saat Hara barusaja datang dan duduk berseberangan dengannya.

Terdengar helaan napas berat bersamaan dengan udara yang terasa semakin menyusut, membuat Hara kesulitan barang bernapas saja. Senyumnya luntur, perasaannya berkecamuk, pikirannya melalangbuana dibalik kerutan dahinya yang masih samar.

"Aku dengar kau yatim piatu, benar?" tanya pria paruh baya, Park Jaein.

Menatap nanar sembari mengeratkan pegangan pada tali tas miliknya, Hara pun tersenyum kaku, "Ada apa Tuan Park mencari saya?" ucap Hara berusaha mengalihkan topik.

Bukan hanya itu saja, berada di sebuah restoran mewah dengan almamater sekolah membuat Hara merasa tidak nyaman berada disini, ditambah tatapan orang-orang yang acap kali melirik heran kearahnya dan Tuan Park.

"Sepertinya kau tidak suka bertele-tele, Hara." Tuan Park tersenyum miris.

Hara tersenyum, "Bukan,-"

"Jauhi putra saya."

Satu kalimat yang lolos dari mulut Tuan Park seketika membuat Hara membeku, menghirup napaspun terasa berat seolah pasokan oksigen dalam ruangan sudah terkuras habis. Matanya mengdip berkali-kali, sambil merapalkan kalimat bahwa rungunya masih berfungsi dengan baik, tidak mungkin ia salah dengar.

"Hara, apa kau bisa memenuhi permintaan saya?" ucap Tuan Park bertanya namun penuh dengan penekanan, seraya menatap Hara dengan tatapan penuh intimidasi dan pemaksaan.

"Men-menjauhi Jimin?" Tuan Park mengangguk

"Saya takut kau akan menghancurkan masa depan mereka."

Merasa janggal dan penasaran dibalik alisnya yang bertautan, Hara bertanya, "Mereka?"

"Selamat malam, Om Jaein."

Suara seorang perempuan yang menyapa rungunya membuat Hara menoleh kaku.

"Ah, tepat sekali." Hara menoleh kearah Tuan Park dengan maksud bertanya, sungguh, keadaan disini diluar kendalinya, seakan keadaan menolak kehadirannya disini.

"Jung Hara, perkenalkan Park Jieun, tunangan Jimin."

Rungunya menangkap dengan jelas ucapan Tuan Park. Iya, sangat jelas. Jadi, bagaimana ia harus menghadapi situasi ini?

Hatinya hancur, bagai ditusuk oleh ribuan anak panah, ia bahkan tidak meraskaan adanya detak jantung dan seolah-olah aliran darahnya berhenti membuat Hara membeku. Hatinya mencelos, rahangnya mengeras dibalik mulutnya yang mengatup rapat.

"Park Jieun, aku rasa aku mengenalmu. Kita satu sekolah, bukan?" Hara melirik tajam dengan sudut matanya mengarah kearah manik Jieun dan uluran tangannya yang sama sekali tidak ingin ia balas.

Setetes air mata mengalir, jatuh membasahi pipi kanannya saat Jieun masih menatapnya dengan tatapan licik dan menjijikkan.

Sebisa mungkin ia berusaha mengontrol dirinya kembali, Hara segera menghapus air mata yang jatuh untuk mengantisipasi semakin banyak air mata yang keluar nantinya. "Jung Hara." ucapnya tersenyum paksa tanpa menerima uluran tangan Jieun.

"Aku harap kau mengerti posisimu, Nak." untuk terakhir kalinya, Hara merasa dikhianati oleh seorang pria bernama Park Jimin.

***

[PJM] The Truth UntoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang