Hari Pemburuan

660 104 16
                                    

"Kalian yang baru lulus ujian seleksi, besiaplah untuk menjadi tentara yang sebenarnya! Kami berharap banyak dari kerja keras kalian!" kau mendengar salah seorang prajurit berteriak.

Markas Pusat kini sangatlah ricuh. Semua sudut ruang terisi penuh dengan prajurit baru yang mempersiapkan diri. Kau yang tidak tahu harus menyiapkan apa, hanya melihat kesana kemari; mencari teman yang membawamu ke dunia ini.

Tapi kau tidak menemukannya, justru kau menemukan Reiner, yang sedang memperbaiki peralatannya.

"Reiner," kau memanggil. "Apa kau lihat Roma?"

Lelaki berotot itu sempat terkejut saat kau bertanya seperti itu. Tapi, lalu, dia melihatmu.

"Maaf, tapi aku tidak melihatnya." itu jawabnya. Dan tentu, kau merasakan keganjilan dari gerak geriknya.

"Benarkah?" kau bertanya lagi.

Kali ini dia tidak menjawab, hanya menatapmu tajam.

"Begitu.. Kah, terima kasih." lalu kau berbalik.

Tapi sebelum kau bisa meninggalkan nya, dia menarik lenganmu. "Tunggu,"

Jantungmu kembali berlari.

"Aku juga kehilangan Bertholdt. Lebih baik jika kita tetap bersama, mungkin.. Kita akan menemukan mereka berdua." lalu dia melepaskan genggaman nya dan menepuk lantai yang ada di sebelahnya. Meng-isyaratkan kau untuk duduk.

Karena tidak ingin membuatnya curiga, kau menurut.

"Aku dengar dari Roma," GA LU GA DENGER APA APA. "Kalian sudah berteman sejak lama. Sama seperti aku dan Bertholdt."

Kau lega Reiner bilang begitu. Karna kau mengira kalau dia tahu sesuatu tentangmu.

"Ohh.. Iya, benar. Memangnya dia bilang apa lagi?" tanyamu, meneruskan obrolannya.

"Dia bilang saat pertama kali kalian bertemu, kau sangatlah galak." katanya sambil tertawa.

Engkau pun ikut tertawa. "Dia mengatakan itu? Yah.. Benar sih. Itu salahnya dia sendiri, karena menyebalkan."

"Apa yang dia lakukan?"

"Hmm.." bagaimana berbohong tapi tidak berbohong, tanyamu kepada diri sendiri. "Anggap saja, dia mesum, karena waktu itu dia ada di tumpukan pakaian dalamku."

Reiner melotot. "Benarkah?!"

Kau mengangguk.

"Wah.. Dia benar benar.." bangsat. "Beruntung."

Lalu kau memukulnya. "KENAPA BERUNTUNG HAH?!"

"O.. Ow! Sakit tau! Ya.. Dia beruntung karena kau tidak membunuhnya, malah kalian menjadi teman."

Kau menatap sinis lelaki pirang di sebelahmu. "Oh, tapi aku hampir saja membunuhnya. Cih, dia sangat menjengkelkan."

Jawabanmu membuat Reiner menyeringai. "Awas lho, dari benci jadi cinta."

"Suka aja nggak, gimana jadi cinta." jawabmu yang sambil memasang wajah bosan.

"Oh??" seringai nya lebih melebar. "Berarti kalo aku.. Suka?"

Dan kini giliranmu yang tersenyum jahil. "Hehehe.."

"Hehehehe.." Reiner mengikuti.

"Hehehehehehehehehe--"

"WAKTU KALIAN HABIS! BERBARIS LAH DI DEPAN, SEKARANG!!"

______

"Sama seperti saat Pelatihan. Setiap Regu menunggu perintah dari Pasukan Penyeimbang. Tugas kalian ada yang mendampingi Pengisian, Menyerahkan Informasi, dan menjaga tempat ini bersih dari Titan." itu kata Prajurit tua yang berdiri di depanmu. "Bagian depan ditugaskan untuk para Pasukan Penyeimbang. Bagian tengah ditugaskan untuk Para murid di bawah perintah kami. Dan di bagian belakang, ditugaskan untuk para Prajurit yang terpilih! Kini waktunya bagi kita menjaga dinding Rose aman, dan tetaplah bertahan sampai semua penduduk terselamatkan! Taruhkan nyawa kalian. Sekarang.. BUBAR!"

Are You Ready To Rumble? (Attack on Titan Reader Insert)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang