-°-
Genre: angst
Mulmed: My Dream (Yoon Mi Rae)
1000 Words
Starring casts: Y/n, Mingyu, Chan
-°-Kamu masih memandangi nampan berisi bubur didepanmu dengan tatapan kosong. Tak berniat melakukan apapun untuk saat ini, kamu masih sibuk berkutat dengan pikiranmu sendiri dan memilih untuk mengabaikan suara bising disekitarmu. Rambutmu kusut, wajahmu pucat, pakaianmu kucal, kamu benar-benar tidak terurus dengan penampilan seperti itu. Atau mungkin lebih tepatnya tidak punya waktu untuk sekedar mengurus tubuhmu sendiri. Yang kamu pikirkan saat ini hanya satu orang. Satu orang yang sejak tiga hari lalu tidak kunjung bangun dari tidur pulasnya.
Satu-satunya pria yang paling kamu cintai didunia ini setelah kedua orangtuamu.
Lee Chan.
"Y/n, makan" Suara berat seseorang yang duduk didepanmu mendadak mengagetkanmu. Kamu tersentak sedikit lalu menghela nafas begitu bayangan Chan kembali menghilang dari pikiranmu.
"Aku tak lapar" Jawabmu singkat. Pria itu menggeram tertahan. Dia menarik mangkuk buburmu paksa, lalu mengaduknya sebentar. Setelah itu ia sengaja mengambil satu sendok penuh bubur bersiap akan memasukkannya kedalam mulutmu. Sendok berisi bubur itu kini berhenti tepat didepan bibirmu.
"Makan"
"Gyu-ya, jangan paksa aku" Keluhmu lalu beringsut menjauhkan bibirmu dari ujung sendoknya. Pria yang kamu panggil dengan sebutan Gyu itu lantas memutar bola matanya malas lalu meletakkan mangkuk buburmu asal diatas meja. Ia mengusap wajahnya sendiri seraya berdecak kesal.
"Mau menyusul Chan?" Tanyanya sesaat setelah kamu kembali pada posisi awal dudukmu. Kamu tidak merespon membuat Mingyu kelihatan semakin kesal. Buktinya dia langsung mencengkram kedua bahumu dan memaksamu untuk bertatapan dengan manik monolid milik pria berhidung mancung itu.
"Jangan seperti ini. Kau mau jatuh sakit setelah dua hari tidak makan siang, huh? Mau membuatku semakin repot?" Mingyu melayangkan pertanyaan bertubi-tubi padamu. Kamu membuang kasar nafasmu seraya menggeleng lemah. Mingyu kembali menatapmu, menyusuri setiap inci dari kelopak matamu yang hanya berjarak belasan senti darinya.
"Kalau begitu makan. Pikirkan dirimu dulu sebelum memikirkan orang lain" Ujarnya pelan lalu melepas cengkraman tangannya di kedua bahumu. Ia menaikkan salah satu sudut bibirnya dan mulai mencoba menyuapimu sekali lagi. Tanpa ia sangka, kamu ternyata mau membuka mulutmu untuk menerima sesuap bubur darinya meski hanya sedikit. Ya, kamu hanya melahap setengah sendok bubur sementara menyisakan setengah bagian lainnya.
"Habiskan dulu, baru aku suap lagi" Mingyu bersemangat mengisi penuh sendoknya dengan bubur begitu mengetahui dirimu akhirnya mau makan meski sedikit. Tak apa, setidaknya Mingyu senang usahanya membujukmu tidak sia-sia. Kamu hanya terduduk pasrah tidak tahu harus apa selain menuruti keinginan sahabat menyebalkanmu itu.
"Gyu-ya.." Kamu mendongak menatap lurus kearah Mingyu yang masih sibuk mengaduk-aduk buburmu dengan sendok ditangannya. Ia dengan cepat menoleh balik begitu mendengar panggilanmu. Beruntung, ya kamu punya sahabat yang bisa diandalkan seperti Mingyu. Disaat kondisimu sedang tidak baik-baik saja, Mingyu rela mengingatkan dan merawatmu seperti ini. Meski kamu masih sedih karena Chan tak kunjung sadar dari komanya, Mingyu selalu ada untuk menyemangatimu.
"Menurutmu, kapan Chan bangun?" Tanyamu serak. Mingyu diam sebentar, "Entahlah"
"Aku selalu berdoa agar dia bangun secepatnya" Imbuh Mingyu seraya tersenyum tipis diakhir kalimatnya. Nada bicaranya memelan, mengisyaratkan bahwa ia sedang menahan sesuatu. Namun kamu yang masih terlalu kalut dalam situasi tidak menyadari hal itu dengan baik. Kamu hanya menganggukkan kepalamu mengerti karena jujur wajah dan senyum lebar Chan masih tergambar jelas dalam benakmu.
"Aku rindu Chan-ie, Gyu-ya. Aku rindu memeluknya. Aku rindu berbicara dengannya. Aku rindu melihat senyumnya. Aku rindu semuanya" Lirihmu. Beberapa detik setelahnya, tebakan Mingyu terjadi. Kamu menangis, terisak pelan. Terlihat dari kedua bahumu yang kelihatan naik turun menahan sesenggukan. Mingyu langsung menarik kursinya kesampingmu dan menarikmu dalam dekapannya. Untuk sesaat kamu menangis kencang didalam pelukan Mingyu tanpa menghiraukan orang lain yang terus menatap kalian sejak tadi.
"Hei, hei. Sudah, jangan menangis lagi. Chan-ie kita akan baik-baik saja, oke? Kau tahu Chan seperti apa. Dia pasti bertahan, Chan kuat Y/n. Ini tidak akan lama, percayalah padaku, hm? Sudah ya, jangan sedih lagi" Mingyu mengelus puncak kepalamu pelan. Kamu perlahan mulai tenang. Tangismu mereda begitu mendengar kata-kata Mingyu. Chan orang yang kuat dan tidak mudah menyerah. Chan pasti akan baik-baik saja. Mingyu benar, pikirmu.
"Sudah, ya?" Mingyu mendorong sedikit bahumu menjauhinya dan menatap sendu wajahmu yang sebagian tertutup rambut panjang hitam pekat milikmu. Mingyu menyingkirkan anak rambut disekitar pelipis, menyelipkannya dibelakang telinga kananku lalu menghapus jejak air mata yang masih tertinggal di kedua pipiku.
"Ikatlah rambutmu supaya kelihatan lebih rapi" Kekeh Mingyu saat kamu berhasil tersenyum tipis. Kamu langsung memukul ringan lengan besar Mingyu. Buru-buru kamu menyimpul rambut mu kebelakang, menariknya keatas dan menggulungnya seperti yang biasa kamu lakukan. Kamu sudah terbiasa menggulung rambutmu tanpa karet atau jepitan apapun, sehingga mudah saja bagimu untuk menguncirnya.
"Nah, begini kelihatan lebih cantik!" Pekik Mingyu diikuti acungan kedua ibu jarinya. Kamu mengulum senyum lalu menganggukkan kepalamu mengiyakan.
"Aku ingin bersih-bersih ke toilet dulu ya, aku sudah cukup kenyang" Pamitmu lalu berdiri dari kursi. Mingyu langsung menautkan kedua alisnya. Melihat sisa buburnya masih banyak sementara kamu hanya makan beberapa sendok saja tadi. Mingyu mencegahmu tepat sebelum kamu melangkah pergi meninggalkan nya.
"Buburmu belum habis, nona"
"Aku sudah kenyang, Gyu" Rengekmu lagi sembari menghentak-hentakkan kedua kakimu seperti bayi kecil yang sedang merajuk.
"Aku akan letakkan di kamar Chan, setelah bersih-bersih habiskan sendiri ya" Pesan Mingyu lagi. Kamu mengernyit sejenak.
"Kau mau kemana memangnya?"
"Aku harus pergi mengurus wawancara di kantor, nanti setelah selesai aku langsung kembali kemari" Jawaban Mingyu barusan membuatmu hanya ber'oh' ria saja lalu kamu mengangguk paham.
"Ingat, jangan lupa habiskan buburnya" Peringat Mingyu sekali lagi. Kamu hanya membalasnya dengan anggukan kecil disertai kekehan ringan diujung kalimat. Kamu tersenyum singkat sebelum benar-benar menghilang dari hadapan Mingyu. Pria itu balas tersenyum seraya menatap punggungmu yang mulai menjauh dari jangkauan kedua iris monolidnya. Mingyu menatap sebentar mangkuk berisi buburmu lalu ia menutup kedua matanya, menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Berhentilah," Mingyu berbicara pada dirinya sendiri. Ia mengangkat wajahnya dengan berat.
"Berhenti mencintai kekasih sahabatmu, Mingyu. Y/n hanya mencintai Chan, lalu mau sampai kapan kau terus berharap dia akan membalas perasaanmu?"
// fin //
note: ini mirip sama Find the way versi Seungkwan🙂 entah kenapa aku suka dengan konflik2 seperti ini, hwhw:)
next mau siapa? komen aja.
voment juseyo~
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Seventeen [Imagine]
FanfictionImagining yourself with Seventeen members random genre + recommendation musics All the idea of the story pure from my mind Don't copy this story Hope you enjoy y'all ©All Rights Reserved aypixy present