-°-
Genre: sad, romance
Mulmed: Downpour (I.O.I)
622 Words
Starring casts: Y/n, Dino, Somi
-°-Diantara begitu banyaknya manusia yang berlalu lalang dengan membawa payung di tangan masing-masing, hanya Hujan yang mampu menerka dengan tepat seperti apa perasaanmu saat ini. Disini, kamu berakhir di tempat yang sama seperti yang terakhir kali kamu datangi. Bedanya, kali ini kamu hanya datang sendirian. Miris mengingatnya.
Meja nomor lima, dekat dengan jendela bermuramkan titik hujan dan deru rintik menabrak jalan. Kamu diam tidak berkutik, memandangi meja didepanmu dengan tatapan sendu. Kamu bertekad untuk melupakan pria itu, namun apa yang kamu lakukan justru berbanding terbalik. Kamu memang tidak duduk disana, namun kamu malah memilih meja nomor enam yang berada dibelakang meja nomor lima. Benci sebenarnya mengatakan hal ini, tapi ketika rindu mengalahkan segalanya. That's all.
Bahkan, pesanan terakhirnya juga sama. Banana cake dengan toping eskrim vanilla diatasnya tentu saja bersama dengan coffee latte yang tidak terlalu manis akan menghasilkan perpaduan rasa yang sempurna. Kamu termenung memikirkan apa yang telah kamu lakukan. Mencoba kabur dari masa lalu, tapi tidak berniat membuka pintu keluar. Itulah seorang Kim Y/n.
"Nona, pesanan anda, selamat menikmati" Waitress berseragam putih hitam itu lekas menyajikan hidangan pesanan gadis dua puluh lima tahun itu lengkap dengan senyuman terpatri dibibirnya. Namun kamu tidak begitu memerhatikannya. Melihat banana cake yang sama, dan coffee latte dengan asap mengepul yang tampak menggugah selera nyatanya samasekali tidak mengundang keinginanmu untuk menghabiskannya. Kamu sendiri tidak tahu kenapa kamu memesan makanan ini tadi, padahal dirimu sendiri sedang tidak ingin makan apapun meski kamu tahu rasanya pasti tidak akan mengecewakan.
Seorang pelayan melewati mejamu. Aroma matcha yang tak asing perlahan memunculkan satu demi satu potongan memori. Sekelebat kenangan terakhirmu bersama seorang Lee Dino kembali membuat dadamu terasa sesak. Atmosfer disekitarmu langsung membuat dirimu semakin kegerahan. Kamu ingin melihat kebelakang, tidak ada salahnya berharap jika itu Dino, kan?
Tapi–
"Berhentilah hadir dalam kepalaku, Dino.." Kamu bermonolog pelan lalu mendekatkan kursimu. Akhirnya kamu memilih untuk tetap memakan hidangan pesananmu karena terlalu berat bagi kedua kakimu untuk pulang ke rumah meski hujan tak lagi selebat sebelumnya.
Kamu melahap potongan pertama banana cakemu namun eskrim tinggi yang kamu sendokkan malah membuat hidungmu menjadi kotor. Kamu mendengus, langsung buru-buru merogoh saku tas jinjingmu. Kamu mencoba meraba semua bagian tasmu, namun benda yang dicari tetap tidak ada.
Benar, kamu melupakan sesuatu.
Tisu terakhirmu telah habis karena Somi memintanya sesaat sebelum jam kelas terakhir benar-benar usai. Kamu menepuk dahimu sendiri, ceroboh juga karena telah melupakan saputangan diatas meja sebelum pergi. Tisu diatas meja cafe juga habis, mungkin waitress belum sempat mengisinya dengan yang baru. Kamu mulai berpikir bagaimana caranya membersihkan noda eskrim di hidungmu itu.
Pakai lengan kemeja?
Baiklah, kamu akan langsung mencuci kemejanya sesampainya kamu dirumah nanti.
sert.
"Jangan dibersihkan dengan baju, nanti bajumu kotor.."
Tangan besar yang biasanya mengelus puncak kepalamu, tangan besar yang kerap menarik hidungmu, tangan yang sama kini kembali menahan dirimu. Kamu mendongakkan kepala, bersitatap dengan pria berjaket cokelat yang tengah berdiri dihadapanmu.
"Din– Dino..?"
"Kau kemari lagi?" Tanyanya lalu mensejajarkan tubuhnya dengan sang gadis, melebarkan saputangan putih miliknya, lalu diusapnya hidungmu dengan perlahan. Wajah kalian terlampau dekat dari posisi seperti ini, kamu merasa jantungmu sudah meletup-letup saat ini. Bohong kalau kamu tidak merindukannya.
"Seharusnya aku yang menanyakan itu" Cicitmu sepelan mungkin. Dino terdiam. Ia memang datang kembali untuk sebuah alasan yang sangat penting dalam hidupnya.
"Kau tahu, ketika hendak berpergian, kau tidak boleh melupakan sesuatu yang penting, seusatu yang harus kau bawa.." kamu mengangguk mengiyakan. Kamu pikir Dino memang kembali untuk mengambil sesuatu barang miliknya yang tertinggal. Kamu terus merutuki hatimu yang terlalu mengharap lebih.
"Kau melupakan sesuatu?" Tanyamu kemudian. Dino menganggukkan kepalanya.
"Apa itu?"
Dengan senyum lebar, Dino mengambil kedua tanganmu, menggenggamnya dengan erat sebelum berbisik, "Masa depanku. Dan dia sudah berada tepat didepanku saat ini"
// fin //
note: Dino ku sudah dewasa, eaa ;)
Hayuk, bang enon masih di ruang tunggu
voment juseyo~
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Seventeen [Imagine]
Hayran KurguImagining yourself with Seventeen members random genre + recommendation musics All the idea of the story pure from my mind Don't copy this story Hope you enjoy y'all ©All Rights Reserved aypixy present