●●●
jeffrose_'s present
●●●
MEJA rolet kala itu ramai oleh riuh tepuk tangan para pemain. Yang duduk di sekelilingnya terdiri dari berbagai macam kalangan dan usia. Ada pria lanjut usia yang berpakaian necis, pemuda-pemuda yang rapi dan tampan, serta turis-turis yang bergaya santai.
Dejun merupakan salah satu dari turis bergaya santai itu. Ia bukan pemain yang cemerlang, tapi bukan pula yang mudah dikalahkan. Ia sering bermain rolet dulu bersama Addie dan teman-temannya, oleh karena itu kemampuannya cukup mumpuni.
"Aku menang lagi!" ujar Chanyeol dengan tawanya yang menggelegar.
"Astaga, kenapa hari ini aku sial sekali." Salah seorang pemuda rapi dan tampan disana yang bernama Jeno Lee melempar taruhannya dengan kesal.
Sekali lagi, Chanyeol tertawa puas. "Sudahlah cukup untuk permainan hari ini. Waktu makan malam hampir tiba. Kita harus segera bersiap."
Semuanya setuju. Dejun bergegas bangkit dan merapikan diri sebelum dirinya dipanggil oleh Chanyeol.
"Datanglah di meja nomor 203 tepat pukul 10 nanti," ujar Chanyeol bernada perintah.
Mata Dejun membulat. "Tapi, Tuanㅡ"
Chanyeol bangkit dan merangkul pundak Dejun. "Jangan sungkan begitu, anak muda. Aku sudah mendengar cerita Joy tentang pintu itu. Kami menyukaimu! Ayolah, kita makan malam bersama. Kami janji tak akan menggigitmu."
Jujur saja, Dejun sekarang lebih merasa diintimidasi ketimbang diundang untuk makan malam. Ia tak memiliki pilihan selain menerimanya. Chanyeol terlihat senang sekali. Ia menepuk pundak Dejun sebelum pergi ke kamarnya.
Setelah terlepas dari Chanyeol, Dejun meregangkan tubuhnya. Ia seharusnya tak berjudi tadi. Ia masih harus berhemat. Ketika tengah berjalan menuju kamarnya, Dejun melihat sosok Hendery yang tengah bersandar ke dinding. Mukanya pucat, tangannya memegangi perutnya. Sontak saja hal itu membuat Dejun langsung berlari menghampirinya dengan panik.
"Hey, kenapa? Kau butuh minuman?"
Hendery menggeleng lemah. Hal itu malah membuat Dejun semakin cemas.
"Kau mau aku belikan soda? Hm?"
Hendery lagi-lagi menggeleng. Dejun memegangi pundak Hendery yang terbungkus jaket tipis.
"Lalu adakah sesuatu yang bisa kubantu?"
Mulut Hendery perlahan terbuka. Dejun mengangkat alisnya menunggu jawaban.
"Akuㅡ"
Dan Hendery pun muntah di baju Dejun.
●●●
"Jangan bilang siapa-siapa tentang hal ini," ketus Hendery. Ia sedang duduk di lantai balkon kamar Dejun dengan terbungkus selimut, sementara sang pemilik kamar sendiri tengah sibuk mencuci baju di wastafel kamar mandi.
Dejun melongokkan kepalanya dari kamar mandi, melihat keadaan Hendery. Bibirnya tak sadar terangkat. "Apakah kau memang biasanya seperti ini?"
Hendery memalingkan wajahnya yang keras dan kaku. Enggan menjawab. Dejun memakai bajunya dan keluar dari kamar mandi. Ia membuka lemari pendingin dan mengambil salah satu kaleng soda yang ada di sana sebelum kemudian mendekati Hendery.

KAMU SEDANG MEMBACA
High By The Beach ● HenXiao ●
Fanfiction[Completed] Lights, camera, acción Xiao Dejun bingung. Ia selama ini yakin telah menikah dengan wanita baik-baik ㅡmeskipun ia tahu istrinya sama sekali tidak mencintainya, tapi itu bukan masalah, ia pun menikahi wanita berusia 40 itu semata-mata kar...