●●●
jeffrose_'s present
●●●
PIKIRAN-pikiran Dejun tentang keputus asaan dan ketidak bergunaannya dalam hidup yang pernah ia rasakan ketika remaja kini muncul lagi.
Pemuda dengan rambut disemir platinum itu mengerucutkan bibir sembari menopang sikunya di pagar pembatas. Keindahan laut sekarang tidak bisa menyenangkan hatinya lagi. Terbersit pikiran gila untuk melompat dari sana dan berenang dengan para ikan di laut lepas kembali ke Amerika.
Tapi itu mustahil, Dejun masih ingin membuka restoran China.
"Sepertinya ada yang tengah berfilosofis." Joy tiba-tiba muncul dan ikut bersandar di pagar. Gadis itu sudah berpakaian lagi dengan gaun siang hari bermotif bunga yang sedap dipandang mata.
"Apakah kau pernah merasa bingung dan kesal karena kematian seseorang?"
Joy menatapnya bingung. "Kenapa? Kau tiba-tiba teringat pada istrimu?"
"Sebetulnya tidak," jawab Dejun. "Tapi sedikit banyak, ia juga yang membuatku seperti ini."
"Dia pasti sangat beruntung memilikimu."
"Lebih terlihat dia yang menguntungkan bagiku. Tapi kini keadaan berbalik, dan aku bingung harus melakukan apa."
"Kau tahu, Dejun," kata Joy. "Teori siklus dalam sejarah, sosiologi, maupun ilmu kenegaraan adalah beberapa contoh kecil dari bukti bahwa sebenarnya hidup itu adalah sebuah lingkaran yang tak memiliki awal dan akhir."
"Hidup memang tak memiliki awal dan akhir, tapi kehidupan punya."
Joy tertawa. "Kau benar-benar sedang berfilosofis."
"Ada sesuatu yang sedang kukejar," kata Dejun. "Tapi ketimbang mengejarnya, aku lebih merasa sedang didorong untuk mendekatinya. Tapi sesuatu itu terus menjauh dan menjauh, sehingga aku merasa semua ini tak ada gunanya."
"Jika memang kau sedang didorong, maka tak heran jika sesuatu itu ikut terdorong jauh," balas Joy. "Tetapi jika kau mendekatinya secara perlahan, maka tentu secara perlahan pula ia akan tertangkap."
Dejun menghela nafasnya. "Apa itu yang sedang kau lakukan? Mendekati hasratmu secara perlahan?"
Joy mengangguk. "Agak menggelikan, tapi aku percaya pada takdir." Joy lalu tersenyum pada Dejun. "Dan tentunya kau juga."
"Kau betul," balas Dejun pelan. "Aku selalu percaya pada takdir."
●●●
Dejun berjalan-jalan mengelilingi Maria Russel tanpa tujuan. Kapal itu begitu terang dan menyenangkan pada siang hari, seperti istana modern yang mengapung di laut Atlantik. Dejun menghentikan langkahnya ketika melihat Hendery yang tampaknya tengah merenung menatap papan iklan besar. Dejun memutuskan untuk mendatanginya.
"Kau tertarik pada film petualangan, ya?" tanya Dejun iseng.
Hendery terkejut. Ia hendak buru-buru berjalan pergi dari sana. Tapi sebelum itu terjadi, Dejun menahan tangannya sekuat tenaga.
"Aku juga tertarik pada film-film seperti itu," ujar Dejun masih menahan tangan Hendery.
"Aku tak peduli."
![](https://img.wattpad.com/cover/242766555-288-k421976.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
High By The Beach ● HenXiao ●
Fanfic[Completed] Lights, camera, acción Xiao Dejun bingung. Ia selama ini yakin telah menikah dengan wanita baik-baik ㅡmeskipun ia tahu istrinya sama sekali tidak mencintainya, tapi itu bukan masalah, ia pun menikahi wanita berusia 40 itu semata-mata kar...