ola de mar

1.4K 247 139
                                    

●●●

jeffrose_'s present

●●●

HENDERY hanya dapat menghela nafas ketika Joy menceramahinya panjang lebar. Gadis itu sibuk bolak-balik dari kamarnya ke kamar Hendery untuk membawa kotak peralatan obat. Sementara itu, Hendery hanya bisa duduk diam di atas kasurnya, dengan lebam keunguan di kedua sudut bibirnya yang membuatnya sulit untuk berbicara.

"Kau berbohong. Kau pasti berkelahi."

"Aku tidak berkelahi, Sooyoung..."

"Lantas kau pikir aku akan percaya begitu saja jika kau berkata bahwa ini semua akibat wastafel?!"

Hendery meringis ketika Joy menekan sudut bibir kanannya dengan kapas dingin. "Tapi memang begitulah yang terjadi! Aku masuk ke kamar mandi dan terpeleset. Mulutku terantuk wastafel dan beginilah jadinya."

Joy menegakkan tubuhnya. Matanya menyipit curiga. "Kau pembohong ulung, Hendery. Lantai kamar mandimu tidak licin sama sekali."

Hendery menyerah. Ia juga kehabisan ide untuk berbohong.

"Perjalanan mungkin akan sedikit terhambat," ujar Joy beralih topik.

"Kenapa?"

"Cuacaㅡ" Joy mengeluh. "Cuaca mengacaukan segalanya."

"Aku mengerti."

"Guanheng," Joy merapikan kotak obatnya. "Aku tidak tahu apa yang kau cemaskan belakangan ini, tapi kuharap hal itu tidak mengganggu kita."

Hendery mendongak.

"Kau tahu apa tugas kita," lanjut Joy. "Kuharap kau tidak akan menyeleweng terlalu jauh."

"Hm," balas Hendery. "Aku akan berusaha semampuku."

Joy mengusak pucuk kepala Hendery dan pergi keluar. Hendery melihatnya tanpa minat.

Keadaannya memang sudah berbeda. Ia sekarang bekerja pada orang yang berbeda. Tapi suaranya masih terkunci, terkurung jauh di dalam sana. Tidak akan ada yang mau mendengarkannya, tidak ada yang peduli.

●●●

Dejun terbangun pada pukul 9, masih dalam balutan kemeja katun hitam yang semakin kusut milik Hendery. Badannya serasa hancur dan kepalanya terasa berat. Selimutnya yang ia peluk sedari malam dan beberapa bantal jatuh ke bawah. Bekas-bekas makan malam tergeletak begitu saja di atas meja, ia lupa untuk meletakkannya di luar pintu semalam.

Dejun bisa mendengar gemeletuk tulang-tulangnya ketika ia berusaha bangun dan berjalan ke balkon. Dibukanya pintu balkon kemudian langsung ditutupnya kembali. Percikan ombak berhasil menyambar seperempat dari badannya dan angin laut hampir saja menerbangkannya.

Atlantik masih mengamuk.

Dejun membuka kemejanya yang basah oleh air laut. Dihirupnya bau menyenangkan kemeja itu. Ia tersenyum lembut karena menyadari kerinduannya terhadap pemilik kemeja itu.

Pintu diketuk pelan. Dejun buru-buru berjalan mendekati pintu dan melihat lubang intip. Matanya melebar tak percaya.

Hendery. Hendery sedang berdiri di depan pintunya.

High By The Beach ● HenXiao ●Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang