Arctic V

2.4K 385 200
                                    

Song recommendation
Anson Seabra - Hindenburg Lover

"And I guess I got burned from the scars on my heart."



Seperti daun yang berguguran ketika musim gugur tiba, Changbin juga kehilangan cintanya yang telah gugur karena ia terlambat menyadarinya. Sebulan sejak Minho mengatakan jika lelaki itu dan Felix memiliki hubungan, Changbin tak lagi mau tau ketika dua orang itu lewat di koridor apartemennya, juga tak lagi berusaha keras untuk menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi saat itu. Ia pikir, jikapun ia menjelaskan memangnya Felix akan kembali padanya?

Kini Changbin lebih suka menghabiskan waktunya di dalam apartemen sepulang kerja. Lelaki itu hanya akan diam di sofa ditemani sekaleng bir di tangannya. Sebelumnya ia akan duduk di taman apartemen, namun sekarang tidak lagi karena ia merasa khawatir akan bertemu dengan Minho dan Felix. Hatinya masih belum rela melihat orang yang ia cinta bersama orang lain.

Hatinya hampa, 2 bulan tak ada Felix di sisinya ternyata membuat segala aktivitasnya berantakan. Semangatnya tak lagi ada, senyumnya yang biasa mengembang pun jarang muncul di wajah tampannya. Ia hanya akan bekerja kemudian pulang tanpa bersenang-senang dengan rekan kerjanya. Ia seperti robot sekarang.

Ibu
0110-xxxxx

|Minggu ini pulanglah
|Sudah lama kita tidak makan bersama
|Ajak Felix juga ya?
|Ibu lupa pernah berjanji akan membuatkannya kue cokelat

Aku akan pulang,|
tapi Felix tidak ikut
Dia sibuk|


Changbin meletakkan ponselnya kemudian lelaki itu meringkuk di sofa dengan bantal di pelukannya. Ia tertawa kecil untuk menertawakan hidupnya, bahkan ibunya selalu memikirkan Felix, bagaimana dengannya? Bagaimana cara melupakan perasaannya? Lelaki itu lantas menenggelamkan wajahnya di bantal sofa disertai setetes air mata yang jatuh dari sudut matanya.

"Maaf," bisiknya lagi untuk kesekian kalinya.






"Kalau sedang ada maunya saja main ke rumahku, biasanya sudah aku paksa tidak juga main kesini. Dasar bocah!"

Jeongin menggerutu sembari memasuki rumahnya dengan Felix yang berjalan di belakangnya. Anak manis itu hanya tersenyum lucu kemudian merangkul pundak Jeongin yang lebih tinggi darinya dengan sedikit berjinjit.

"Aku kan butuh hiburan."

"Kita sudah saling mengenal bertahun-tahun tapi ini kali pertamamu datang kesini. Teman macam apa itu?"

Felix tertawa pelan namun hal itu membuat Jeongin menatapnya heran. Sahabat Felix itu memperhatikan dengan seksama kemudian tiba-tiba menghentikan langkahnya membuat Felix turut serta berhenti berjalan.

"Sejak terakhir kali kita main bersama saat itu kau semakin bertingkah aneh," ucap Jeongin menyuarakan rasa penasarannya.

Felix tak menampik bahwa rasa peka Jeongin memang sangat tinggi, tapi ia sedang tidak ingin membahas perkara Changbin saat ini. Masalah yang lalu biarlah berlalu, ia tidak ingin mengais kenangannya yang menyakitkan itu lagi.

"Apa yang kau bicarakan? Ayo cepat bawa aku ke kamarmu, aku mau lihat koleksi buku yang sering kau pamerkan itu."

Jeongin mendesah kecewa namun anak itu segera membawa Felix turut serta masuk ke dalam kamarnya.

"Kau jadi makin tertutup, Fel."

Felix mengangguk kemudian anak manis itu mendudukkan dirinya di kursi gaming yang terletak di sudut kamar Jeongin lengkap dengan komputer dan peralatan game lainnya.

Three Words 3 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang