Through The Night VI

1.9K 350 162
                                    


Hidup selalu memiliki teka-teki yang sulit dipahami. Kau tak akan mungkin bisa menebak setiap rahasia yang disembunyikan oleh orang-orang di sekelilingmu bahkan jika kalian bertemu setiap hari. Ada kalanya tak tau akan lebih baik, namun jika kau mengetahui masalah seseorang dan kau mencoba membantu mereka itu akan lebih baik kan?

"Changbin, aku tidak–"

"Felix! Aku datang!"

Felix menoleh ke arah pintu depan dimana Jisung datang dengan bersemangat. Changbin yang melihat orang lain datang pun dengan panik merebut topinya yang masih dipegang Felix dan setelahnya segera pergi terburu-buru meninggalkan cafe.

"Eh? Bukankah itu pelanggan yang biasanya?" Ucap Jisung setelah Changbin melewatinya begitu saja.

"Aku istirahat dulu, kau jaga cafe."

Felix bangun kemudian dengan panik berlari keluar meninggalkan Jisung yang hanya menatap dengan bingung dan menerka apa yang terjadi diantara temannya dan pelanggan cafe mereka. Setelahnya Jisung memilih tak ambil pusing dan segera bersiap untuk bekerja.

"Changbin tunggu dulu!"

Felix kesulitan mengejar Changbin yang menjauh darinya. Ia sudah hampir kehabisan nafas namun Changbin tak terlihat akan berhenti membuatnya harus berteriak memanggil meski itu akan menarik perhatian orang sekitar.

"Tunggu du– aduh."

Changbin seketika menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Felix yang kesakitan. Pemuda itu segera berbalik untuk menolong Felix yang jatuh terduduk sembari mengusap pundaknya yang baru saja menabrak tiang.

"Kenapa kau tidak hati-hati?" Ucap Changbin sembari berganti mengusap pundak Felix.

"Bagaimana aku bisa berhati-hati ketika kau membuatku panik dengan pergi seperti itu?"

"Maaf, sebentar biar aku lihat," ucap Changbin yang kemudian menarik kerah kaos yang Felix kenakan dan melihat pundak pemuda manis itu yang memerah.

"Ini akan memar, ayo dinginkan dulu."

"Ini tidak apa-apa."

Felix menahan tangan Changbin dan pemuda manis itu menggandeng tangan Changbin ke tempat yang sepi agar mereka lebih nyaman berbicara. Awalnya Changbin masih bersikeras ingin mengobati memar Felix, tapi pemuda manis itu jauh lebih keras kepala dan ingin mereka bicara berdua.

"Kenapa kau berlari?" Tanya Felix setelah mereka duduk di sebuah taman dekat cafe yang sangat sepi siang itu.

"Setelah melihat reaksimu yang terlihat begitu terkejut aku sadar jika apa yang aku lakukan memang sangat menjijikkan. Maaf karena aku membuatmu jadi dekat dengan orang sepertiku."

"Kenapa kau mengatakan itu? Aku sudah pernah mengatakan bahwa aku tidak masalah dengan masa lalumu. Siapapun kau aku akan selalu berada di sisimu. Maaf karena aku bereaksi berlebihan, tapi itu bukan berarti aku membencimu. Kau tidak perlu minta maaf, ini kemauanku yang ingin dekat denganmu. Kita teman kan? Kau harus percaya padaku."

Changbin memeluk tubuh Felix denga erat, awalnya Felix hanya diam dan membalas pelukan pemuda itu namun ia terkejut ketika tubuh Changbin bergetar diiringi suara isakan setelahnya.

"Changbin."

"Aku sudah membunuh, Fel. Kenapa kau masih mau menerimaku? Kenapa kau mau dekat denganku? Bahkan keluargaku membuangku, tapi kenapa kau mau memungut benda bekas yang sudah dibuang?"

"Jangan mengatakan itu."

Felix menggigit bibir bawahnya namun ia tak bisa membendung rasa sedihnya ketika mendengar isakan Changbin yang menyayat hati. Pemuda manis itu berakhir meneteskan air matanya dan ikut serta menangis bersama Changbin yang masih memeluknya.

Three Words 3 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang