Realised VI

2.2K 316 139
                                    


Sepeninggal Changbin masih ada dua orang yang bertahan di kamar pemuda itu. Chan menatap Hyunjin sedangkan Hyunjin sedang memikirkan cara untuk kabur dari teman Changbin yang menurutnya sangat aneh itu.

"Pemilik kamar sudah pergi, kenapa kau tidak pergi juga?" Tanya Hyunjin dengan tatapan menantang pada Chan yang terlihat santai.

"Kapan lagi aku bisa berduaan denganmu."

"Ini kamar orang lain, bodoh."

"Jadi kalau berduaan di kamarmu boleh?"

Hyunjin merinding mendengarnya. Ia sebagai seme sejati merasa dijatuhkan ketika orang lain menanyakan hal seperti itu padanya, harusnya kan itu kalimatnya untuk menggoda laki-laki manis seperti Felix. Pemuda tinggi itu lantas berdiri dan beranjak ingin pergi dari kamar Changbin, namun tangannya ditahan oleh Chan membuatnya mendengus kesal.

"Kau menggelikan."

Hyunjin menyentak tangan Chan sampai pegangannya terlepas kemudian pemuda itu buru-buru kabur dari sana, tapi sepertinya nasib sial sedang menimpa Hyunjin ketika Chan kembali menarik tangannya dan bahkan sampai ia terhempas ke atas ranjang dengan Chan berada di atas tubuhnya.

"Sialan," bisik Hyunjin dengan tajam pada Chan.

Hyunjin merinding geli. Jika ia dalam posisi itu bersama Felix sudah pasti dirinya ikhlas lahir batin, atau setidaknya dengan seorang lelaki manis lain maka ia tidak akan bereaksi seperti itu. Masalahnya adalah yang di atasnya itu seorang lelaki yang sama sekali tidak bisa disebut manis ataupun cantik. Iya, sangat jauh dari dua hal itu.

"Kau semakin manis dilihat dari atas sini," ucap Chan dengan nada menggoda membuat Hyunjin semakin merinding mendengarnya.

Hyunjin mengangkat tangannya dan bersiap memukul wajah tampan Chan, namun lagi-lagi takdir sedang ingin bermain dengannya ketika Chan tiba-tiba menyatukan bibir mereka. Ya... Mungkin ini saatnya Hyunjin melepas predikatnya sebagai seme sejati.







"Kak."

Felix mencoba memanggil Changbin yang masih diam sejak beberapa menit yang lalu. Mereka masih berpelukan dan Felix tak tau harus berbuat apa karena semua ini terlalu mengejutkan baginya.

"Kak lepas dulu," ucap Felix lagi ketika Changbin tetap bungkam tanpa mengatakan apa-apa.

"Aku tidak ingin kehilanganmu," bisik Changbin di dekat telinga Felix dengan suara yang agak serak.

Kali ini Felix tak lagi mencoba melepaskan pelukan mereka. Ia nyaman di dalam dekapan hangat Changbin dan ia pun merasa lega karena sudah mengetahui bahwa perasaannya bersambut, hanya saja masih ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia takut jika suatu saat nanti mereka akan terpisah, itulah mengapa dirinya belum berani menghubungi Changbin untuk beberapa hari ini.

"Felix."

"Ya?"

"Maaf karena aku tidak pernah menunjukkan perasaanku dengan benar," ucap Changbin yang kemudian mengecup sayang pucuk kepala Felix berkali-kali membuat pemuda manis itu semakin menyamankan diri di dalam dekapan sahabatnya.

"Ketika di pantai saat itu, aku mengatakan kita tidak mungkin bersama karena aku takut kau akan menjauh jika mengetahui perasaanku. Aku tidak bermaksud mengatakan itu, aku hanya takut kehilanganmu. Sangat takut sampai rasanya dadaku sesak," ucap Changbin lagi membuat Felix tidak bisa menahan air matanya.

"Aku juga takut kehilangan kakak," jawab Felix dengan menahan tangisnya. Pemuda manis itu sudah terlalu sering menangis ketika memikirkan soal perasaan terlarangnya pada salah seorang sahabatnya dan ia tak mau lagi menangis, terlebih ketika Changbin ada di depannya.

Three Words 3 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang