Eggscuse Me?! VII

2.6K 344 280
                                    


Debaran yang dirasakan adalah suatu hal baru dan tak pernah Felix bayangkan akan ia rasakan. Hanya dua bibir yang saling bertemu namun memberikan rasa baru yang sangat mengganggu. Mereka juga pernah melakukannya namun dengan perasaan yang berbeda.

Changbin masih mencium bibir Felix dengan perasaan yang campur aduk. Ia tak ingin melakukannya karena itu berarti melanggar keinginannya yang tak mau lagi memberikan masalah bagi tetangga kamar kosnya, namun hatinya justru memberikan perintah yang berbeda dan ia berakhir melakukan sesuatu yang entah akan berujung seperti apa.

Perlahan Changbin menjauhkan tubuhnya kemudian pemuda itu menatap Felix yang masih terdiam dengan pemikirannya. Ia mengusap pelan kepala Felix sebelum kemudian benar-benar menjauh dan mengalihkan tatapannya ke arah lain.

"Maaf, aku–"

Mata Changbin melebar tat kala Felix menarik kerah bajunya dan kembali menyatukan bibir mereka. Felix telah melakukan suatu hal yang sangat berani dan itu tidak terlihat seperti sikap Felix yang biasanya.

Seperti yang orang-orang katakan, hati tidak ada yang tau dan itulah yang terjadi sekarang. Felix akhirnya memberanikan diri melakukan sesuatu yang membuat jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Pikirannya masih terus menyangkal dan tetap bersikeras bahwa dirinya masih menyukai wanita, namun ternyata hatinya memiliki pilihannya sendiri.

Dua pemuda itu berakhir saling menumpahkan perasaan lewat tindakan. Entah bagaimana selanjutnya namun untuk saat ini mereka hanya ingin menikmati momen yang sebelumnya selalu terlewatkan. Mereka saling melepas pagutan dan Changbin dengan segera bergerak mengusap pipi Felix dengan pelan.

"Apa aku boleh berharap?" Tanya pemuda itu sembari menatap ke dalam mata Felix yang juga sedang menatapnya.

"Changbin, aku.. Aku tidak yakin dengan ini."

"Bahkan setelah kau menciumku?"

Pipi Felix memerah mendengarnya kemudian pemuda manis itu memalingkan wajahnya karena merasa malu dan gugup tiba-tiba. Changbin yang melihatnya tersenyum tipis kemudian pemuda itu mencubit pelan pipi Felix yang merona dengan gemas.

"Aku akan berusaha lebih keras agar membuatmu yakin. Ayo makan dulu dan setelah itu istirahat," ucap Changbin yang kemudian bergerak mengganti kompres untuk kaki Felix ketika pemuda manis itu bersiap untuk makan.

"Kenapa kau sangat baik padaku?"

"Karena ada maunya," jawab Changbin dengan asal membuat Felix mengerutkan keningnya. Rasanya seperti Changbin yang biasanya telah kembali membuat pemuda manis itu jadi was-was.

"Apa maumu?"

Changbin mendongak menatap Felix kemudian dengan senyumnya pemuda itu menunjuk ke arah dada Felix membuat pemuda msnis itu mengikuti arah tunjuk jari Changbin.

"Apa?"

"Karena aku ingin mendapatkan hatimu."

Pipi Felix semakin memerah mendengarnya. Harusnya ia marah ketika Changbin mengatakan itu, namun ia sudah tak bisa lagi merasakan kekesalan itu dan justru menyukainya ketika Changbin berada di sisinya.

"Jangan gombal."

"Aku tidak gombal, aku memang ingin mendapatkan hatimu. Kau tau kan organ dalam manusia berharga mahal?"

Felix refleks menoleh pada Changbin dan mendapati pemuda itu sedang tersenyum jahil ke arahnya membuat perasaan berdebarnya seketika luntur dan tergantikan dengan mengaktifkan mode waspada pada serangan jahil tetangga kosnya itu.

"Katamu kau tidak mau lagi menjahiliku?"

"Aku pikir kau akan merindukan aku yang seperti biasa," ucap Changbin dengan santai sembari merilekskan tubuhnya.

Three Words 3 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang