Eggscuse Me?! VI

2K 334 259
                                    


"Aku sudah menyuruhnya pulang kesini tapi aku menunggu semalaman dan dia sama sekali tidak datang sampai pagi tadi. Mobilnya belum selesai diperbaiki dan dia datang kesini menaiki taksi. Awalnya aku pikir kalian sedang bertengkar sampai dia memilih menumpang tidur di bengkel, tapi penjelasannya pagi tadi sudah cukup menjelaskan semua rasa penasaranku."

Minho menatap Felix yang hanya diam kemudian pemuda itu mengusap pelan bahu adiknya agar pemuda manis itu bisa sedikit rileks.

"Dari caranya bicara sampai pada sikapnya yang dia sebutkan tadi, aku merasa dia memiliki kemiripan denganku. Sama seperti ketika aku terus menggodamu, bukan berarti aku hanya ingin mengusikmu, itu sebagai caraku menyampaikan rasa sayang dan peduliku."

Minho memberi jeda sejenak sebelum kemudian pemuda itu melembutkan suaranya masih dengan keseriusan yang menyertainya.

"Dia anak yang baik, dia berani mengatakan itu semua dan bahkan meminta maaf secara langsung pada mama. Felix, aku tau kau sangat marah padanya, tapi dia tulus meminta maaf pada kami semua. Jika mama bisa memaafkannya, bukankah kau juga sebaiknya memberi maaf padanya?"

Felix masih diam membuat Minho terus melanjutkan ucapannya.

"Dia mungkin terlihat selalu mengganggumu, tapi apa kau sadar jika dia bahkan rela menyetir berjam-jam untuk membantumu menyelesaikan masalah? 4 jam di jalan jelas melelahkan, tapi kau memaksa pulang ke kos dan dia menurutinya karena rasa bersalahnya. Kau tau apa yang dia katakan semalam sebelum kemudian aku membawamu pulang lebih dulu?"

Felix menggeleng pelan kemudian pemuda manis itu menatap kakaknya dengan tatapan ingin tau dan menuntut jawaban dari kakaknya.

"Dia bilang, titip Felix ya kak. Dia mengatakan itu dengan tawa kecilnya namun aku sangat paham jika dia mengatakannya dengan tulus. Terlepas dari kalian tidak benar-benar memiliki hubungan spesial, tapi menurutku dia adalah sosok teman yang sangat baik. Apa kau masih tidak mau memaafkannya?"

"Aku sudah tidak marah padanya," ucap Felix dengan pelan sembari menundukkan kepalanya.

"Aku hanya kecewa karena dia tidak menepati janjinya untuk menjelaskan semuanya pada mama dan justru masih bertingkah seakan dia kekasihku," lanjut Felix setelahnya.

"Ketika kau merasa kecewa artinya kau memiliki rasa percaya pada ucapannya. Apa kau tidak menyadarinya? Sejak awal ketika kalian mulai digosipkan bersama, meski kau merasa sangat marah tapi kau masih mau pergi dengannya. Bukankah itu sudah cukup menjelaskan bahwa kau percaya padanya?"

"Aku..."

"Dia sudah menepati janjinya untuk menjelaskan kebenarannya pada kami. Jika kau mendengar penjelasannya tadi pagi, aku rasa kau akan menangis karena menyesal sudah marah padanya. Aku tidak tau apa yang sudah kau katakan padanya semalam sampai dia tidak mau menginap disini, tapi maafkanlah dia dan setelah itu terserah kau mau melakukan apa."






Sore harinya Felix sudah sampai di kosnya setelah diantar kakaknya pulang ke kos. Sebelum masuk kamarnya pemuda manis itu sempat melihat ke kamar Changbin yang pintunya sedikit terbuka, namun pemuda manis itu tidak mau kesana dan memilih segera masuk ke kamar dan mengunci pintu kamarnya.

Felix berbaring di ranjang sembari menatap langit-langit kamarnya. Ia masih terus memikirkan soal ucapan kakaknya yang memintanya memaafkan Changbin, namun ia masih tidak tau apa yang harus dilakukan. Ia sudah tidak marah, tapi ia juga tidak tau bagaimana cara menjelaskannya pada Changbin. Pemikirannya membuat pemuda manis itu mengantuk dan memilih tidur sampai malam menjelang.

Tok tok

Felix terbangun dari tidurnya ketika mendengar suara ketukan pintu. Pemuda manis itu meregangkan badannya sebentar sebelum kemudian bangun untuk membukakan pintu.

Three Words 3 [ChangLix] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang