2. Barang yang di perjual-belikan

2K 194 36
                                    

Sebelumnya saya ingin memperingatkan kepada reader saya yang terhormat.

Untuk yang merasa di bawah umur harap tidak membaca story ini! Jangan baca diem-diem itu juga gak boleh! Akan ada banyak unsur kekerasan dan sepertinya dewasa juga disini jadi ati-ati! Jangan mengumpat jangan mengcela author jangan menggunjing jangan membandingkan! Pokoknya semakin banyak sinder semakin lama saya update!

Oya, kalo saya nyelipin mulmed di puter yak biar asik gitu😄

Dahlah, cus lanjut!




***


Hinata merasakan nafasnya sesak, air mata turun dengan begitu derasnya. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Hikari pergi meninggalkanya dengan senyum kemenangan tercetak di wajahnya. Hinata menyesal, dia tidak seharusnya percaya pada iblis semacam Hikari. Hikari tetaplah Hikari, wanita baya itu hanyalah wanita yang haus uang dia akan mengorbankan apapun asal dia bisa mendapatkan uang banyak, bahkan anaknya pun sanggup ia korbankan.

"Namikaze Naruto, mulai sekarang aku adalah tuanmu." Naruto menjambak rambut Hinata membuat gadis itu mendongak menatap dirinya, kedua ntra berbeda warna itu saling besobok. Tak berapa lama Naruto menghempaskan tubuh gadis itu, "Ikut aku atau ku seret?" ujarnya, ia berjongkok tepat di hadapan Hinata dengan wajah bengisnya.

"Benar kata Ibumu, kau memang gadis tak berguna." Naruto menyeret rambut Hinata dengan kasar memaksa gadis itu berdiri dan mengikuti langkahnya, Hinata terisak pilu. Hancur sudah harapanya, mimpinya dan semua angan-angan indahnya. Ibu, satu-satunya keluarga yang di miliki Hinata tega melakukan tindakan keji pada putrinya sendiri.

"Sakit, lepas.. hiks..lepaskan." isak Hinata, ia mencengkram tangan pemuda itu dengan lemah kepalanya pening efek jambakan rambut Naruto yang begitu kuat.

Naruto menghempas tubuh gadis itu ke kasur beukuran besar di kamarnya, matanya menyorot sangat tajam dan penuh kebencian pada gadis itu. Melihat air mata yang keluar dari mata cantik itu seperti ada bagian tubuhnya yang semakin membara, bukan merasa iba Naruto justru merasa sangat bahagia melihat wajah ketakutan gadis itu. Naruto mengunci kedua tangan Hinata di atas kepalanya, dia sendiri tengah mengurung tubuh gadis itu di bawahnya, "Lepas, lepaskan aku! Aku bisa melaporkanmu ke polisi!!" ancam Hinata, gadis itu memberanikan diri menatap Naruto. Naruto masih menikmati expresi ketakutan bercampur sok berani Hinata, ia bahkan mengabaikan pakaian Hinata yang nyaris turun.

Pemuda itu menatap Hinata kemudian berdecih jijik, "Kau fikir kau siapa hah?! Kau cuma gadis seharga 10 ribu dolar! Mulai hari ini hidupmu ada di bawah kakiku!" Naruto tersenyum iblis kemudian mendekan untuk mengecup bibir Hinata. Gadis itu melebarkan matanya, demi cacing alaska yang masih di buru Shandy. Itu adalah ciuman pertama Hinata.

Cengkraman tangan Naruto menguat, Hinata bisa mendengar pemuda itu menggeram entah apa sebabnya, ia memamggut bibir Hinata dengan kasar. Bahkan beberapa kali Naruto mengigit bibir Hinata dengan sengaja. Rasanya manis, Naruto lupa kapan ia pernah mengecap rasa bibir semanis ini. Seperti candu, bahkan rasa asin dari darah itu seolah menjadi bumbu kenikmatan tersendiri untuk Naruto. Mulai hari ini, Naruto bisa menjamin bahwa bibir gadis yang bahkan dia tak tau namanya ini akan menjadi bulan-bulanan baru miliknya. Naruto berpindah, dari bibir manis itu menuju leher jenjang yang sangat menggoda untuk di berikan tanda kepemilikan. Bibirnya bergerak lihat menghisap, menjilat atau mengigit sesukanya hingga meninggalkan bekas kebiruan di leher putih itu.

"Hiks.. lepas, jangan kumohon.. hiks.. jangan." Naruto menajuhkan tubuhnya, matanya menggelap antara nafsu dan kemarahan. Ia melihat dengan pandangan penuh amarah pada gadis itu,"Jangan kumohon, aku akan melakukan apapun tapi jangan kehormatanku hiks.. jangan." isaknya, Naruto tak bergeming  matanya mentap gadis itu dengan tajam dan tidak suka. "Aku harus menjaga kehormatanku untuk suamiku nanti, hiks.. jangan kumohon." isaknya. Tak ada iba sedikitpun terbersit di dalam diri Naruto, dengan santai ia bangkit meninggalkan Hinata begitu saja.

Because You | Namikaze Naruto✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang