5. Why?

1.7K 181 39
                                    

Hari itu Hinata banyak menghabiskan waktu dengan berbincang-bicang dengan Naruto, dia merasa Naruto merupakan sosok yang penuh misteri. Namun bukan Hinata namanya jika tidak memikirkan cara untuk kabur. Dia tidak bisa mempercayai Uzumaki Naruto, entah dia Namikaze atau Uzumaki. Hinata yakin dia orang yang berbahaya.

"Naruto kau tidak pergi bekerja?" tanya Hinata, ia mencoba mengorek banyak informasi dari pemuda di hadapannya selagi ada kesempatan. Dengan hati-hati Hinata terus mencoba mencari celah.

"Tidak, sekertarisku bisa menghendel semuanya." jawab Naruto sekenanya. Pemusa itu sibuk menggambar di ruang tamu apartemen mereka. Aneh, Naruto benar-benar pemuda penuh misteri bagi Hinata.

"Ano Naruto, bisakah kau mengantarkan aku pulang? Aku yakin Ibuku sedang mencariku sekarang." ujar Hinata pelan.

Bohong! Mustahil sang Ibu mencarinya, jelas-jelas kemarin Hikari menjualnya. Mengingat hal itu membuat hati Hinata berdenyut ngilu, ia berjanji jika berhasil kabur dari sini dia tidak akan kembali ke rumah Ibunya. Padahal kemarin ia ingin tetap menjadi anak baik, tapi entahlah saat ada kesempatan seperti ini dua sisi dalam dirinya ikut bertarung.

"Kenapa pulang? Kau tidak suka di sini?" tanya Naruto, pemuda itu menatap Hinata dengan sorot mata sedih yang membuat Hinata merasa tidak enak.

"Aku suka, hanya saja aku harus pulang. Di sini bukan tempatku." tanpa sadar Hinata menggunakan emosinya saat berbicara, ia sudah tidak sabar dia ingin pergi dari sini secepatnya.

"Di sini saja Hinata, temani aku. Aku tidak suka sendirian." pelan Naruto.

"Naruto aku ingin pulang! Di sini bukan tempatku, aku tidak suka di sini."

Hening, Hinata tiba-tiba merinding saat Naruto tiba-tiba menunduk. Tubuh pemuda itu bergetar hebat tak berapa lama Naruto mengangkat wajahnya.

Deg.

Hinata merasakan jantungnya melompat dari tempatnya saat Naruto kini menatapnya tajam dan penuh intimidasi.

Sekarang apa lagi ya Tuhan?

Naruto terlihat sangat marah, matanya memerah bahkan rahangnya mengeras. Hinata mundur beberapa langkah karena dia merasa alarm bahaya mulai berbunyi di sekitarnya. "Kita bertemu lagi, sayang."

Dan detik berikutnya Hinata berasakan pusing luar biasa saat Naruto menghempaskan tubuhnya hingga membentur dinding. Naruto mengurung tubuhnya dengan senyum iblis tercetak di wajahnya, sorot matanya tajam dengan alis menukik. Sangat menakutkan bahkan dari tatapan mata saja Hinata yakin dia mampu membuat orang lain pingsan.

"Kau berniat pergi, ya? Kau fikir semudah itu melepaskandiri dariku." Naruto mencengkram kedua pipi Hinata menggunakan tangannya dengan kuat hingga pipi Hinata memerah.

Perih, harusnya Hinata tidak lengah dan langsung kabur saat ada kesempatan, dia harusnya tau bahwa pemuda bernama Naruto itu tidak normal.

"Lepas.. sakit.." Hinata berusaha melepaskan cengramannya namun pemuda itu justru kian mengeratkannya hingga tanpa sadar kuku tajam Naruto menusuk kulit pipi Hinata.

"Kira-kira apa yang bisa membuatmu tetap di sini? Ah ya aku tau.. kurasa membuatmu hamil anakku akan sangat menyenangkan." ujarnya dengan suara rendah yang menakutkan.

Setelah kemarin mencium Hinata secara paksa  sekarang Naruto ingin menghamili Hinata juga secara paksa? BIG NO! Hinata hanya mau mengandung anak dari pria yang ia cintai.

Tubuhnya meremang saat Naruto mendekat dengan wajah menyeramkannya. Tanpa pikir panjang Hinata menendang bagian selangkangan Naruto. Kata orang di sana lah pertahanan laki-laki yang paling lemah. Dan, tepat!

Because You | Namikaze Naruto✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang