11. Bajingan kecil

1.5K 179 24
                                    

Yang baik akan di pertemukan dengan yang baik, yang buruk akan di pertemukan dengan yang buruk pula. Jika seperti itu aturannya maka siapa yang akan membawa aku yang hancur lebur ini ke tempat yang lebih mulia?

Hinata menatap wajah Naruto yang tertidur lelap di sebelahnya, pemuda itu terlihat sangat lelah hingga tertidur sangat pulas seperti bayi kecil. Sebenarnya Naruto itu orang yang baik hanya saja, ya kalian tau lah dia punya sikap yang sangat aneh dan berbanding terbalik. Hinata sendiri hanya bisa menebak-nebak penyakit apa yang sebenarnya di derita oleh Naruto.

Terlalu banyak keanehan hingga rasanya sukar untuk di mengerti. Tapi ada yang lebih sulit Hinata pahami daripada Naruto. Perasaannya sendiri. Entah apa maksudnya, kenapa dia bisa mengambil pilihan gila untuk tetap di samping pemuda itu saat ada kesempatan untuk pergi? Jika ia gadis normal pasti dia akan memilih untuk kabur saja seperti rencana awal saat dia masuk ke tempat ini. Tapi entahlah, saat melihat sorot mata teduh Naruto hatinya luluh begitu saja. Sorot matanya terkadang menekan dan menusuk seolah dia adalah musuh yang harus di enyahkan namun terkadang sorot matanya teduh dan menenangkan.

Hinata lebih tertarik untuk mengetahui tentang Naruto lebih banyak. Biarlah dia hancur di sini, lagi pula masa depannya sudah hancur berantakan. Biarkan dia meleburkannya sekalian.

Denting bel menginterupsi kegiatan Hinata memandangi Naruto yang tengah tertidur, dia bergerak susah payah untuk membuka pintu ternyata Naruto tidak menguncinya lagi. Dengan langkah sedikit limbung gadis itu berjalan menuju pintu apartemen, matanya bertemu pandang dengan seorang pria paruh baya berkacamata. Pria itu tampak memindai Hinata sekilas lalu dia terlihat melebarkan pupil matanya saat melibat lebam biru yang malingkar di sekeliling leher Hinata.

"Ada yang bisa saya bantu?" pertanyaan itu lolos dari bibir Hinata hingga membuat pria itu tersentak kaget.

"Naruto, apa dia di rumah?" Hinata mengangguk lalu mempersilahkan pria itu masuk.

"Dia sedang tidur, duduklah dulu Paman aku akan membangunkannya sebentar." Hinata hendak berjalan ke kamar namun pria itu mencegahnya.

"Tak perlu, aku bisa berbicara denganmu saja.." Hinata tampak mengerutkan kening tidak mengerti.

"Aku harus menanyakan beberapa hal tentang Naruto padamu, ini penting mengenai kesehatannya.." tukas pria itu.

Hinata mengangguk, entah kenapa hatinya bergetar mendengar itu. Naruto sakit, ternyata benar dugaannya. Hinata duduk di sofa berhadapan dengan pria itu. "Sebelumnya perkenalkan aku Kabuto, dokter khusus Naruto." Hinata mengangguk mendengar itu, "Kau pasti Hinata kan?" gadis itu tersentak sedikit lalu mengangguk kaku.

"Bagaimana kau bisa tau?" tanyanya penasaran.

Pria itu menghela nafas berat, ia melepas kacamatanya lalu memijit pengkal hidungnya untuk meredakan pening yang menyerang kepalanya. Rumit sekali, dia harus menjelaskan dari mana pada gadis itu. Gadis tak bersalah yang menjadi sasaran emosi ahir-ahir ini.

"Naruto banyak bercerita tentangmu," pria itu kembali mengambil kacamatanya lalu memakainya lagi. Matanya menatap Hinata sejenak, "Apa lebam itu karena perbuatan Naruto?" pertanyaan itu sukses membuat Hinata mengigit pipi dalamnya. Bagaimana pria itu mengetahuinya? Sebenarnya Naruto mengidap penyakit apa?

"Naruto mengidap DID, atau bahasa sederhananya kepribadian ganda." mendengar kalimat itu terlontar dari mulut Kabuto, Hinata sontak terkejut. Kenyataan ini sungguh di luar perkiraannya.

"Maksudnya?" tanya Hinata ragu. Jujur saja dia tidak bisa mempercayainya begitu saja apa yang di katalan lelaki yang baru pertama kali dia jumpai ini. Tapi melihat garis wajahnya saat mengatakan itu, dia terlihat sangat serius dan tidak ada kesan candaan di dalamnya.

Because You | Namikaze Naruto✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang