10. But, Im sorry I can't

1.5K 178 19
                                    

Puter lagunya gaes!


***

Naruto menekan leher Hinata, pemuda itu mendorong Hinata hingga membentur dinding. Matanya menggelap urat-urat di lehernya mengetat dengan rahang mengeras dan giginya gemlatuk menahan emosi.

Naruto benci ketika seseorang membicarakan ibunya. Dia benci topik itu, topik pembicaraan yang sangat sensitif dan mampu membuat dua jiwa di dalam tubuhnya bertarung hebat. Naruto mencekik leher Hinata kuat-kuat, Hinata merasakan nafasnya sesak paru-parunya terasa hampir meledak. Naruto benar-benar akan membunuhnya!

"Naruto, lepas-h.." gagap Hinata sambil berusaha melepaskan cengkraman Naruto yang kian mengerat.

Nafasnya hampir habis, Hinata merasa usianya takan lama lagi. Ini benar-benar menyakitkan. Sangat! Pemuda itu tak main-main dengan tenaganya. Mata Hinata perlahan berair pada sudut matanya, lidahnya menjulur untuk mencari-cari oksigen yang bisa masuk ke tenggorokannya.

"Kau fikir kau siapa, hah?! Lancang sekali mulutmu!" Bentak Naruto, dia sama sekali tidak kasihan melihat wajah Hinata yang terlihat begitu tersiksa. Sebaliknya, dia malah merasa senang dan hatinya bahagia saat melihat bagaimana gadis itu berusaha menggapai-gapai udara dengan susah payah. Psikopat gila!

"Lain kali gunakan mulutmu itu dengan baik! Jangan berlagak kau mengetahui tentang kehidupan orang lain, sampah sepertimu pantas mati!" bentak Naruto sambil tersenyum iblis.

Mata Hinata basah, bukan karena menangis tapi karena rasa sakit nya memang tak tertahan lagi, perlahan matanya memburam dan dia bisa melihat senyum lebar yang terbit di wajah Naruto saat ia mulai kehilangan kesadarannya. Mungkin ini saatnya, ucapkan selamat tinggal pada duniamu sekarang Hinata.

"Naruto, tolong aku.." lirih gadis itu sebelum kesadarannya menghilang seiring jantung dan paru-parunya yang hampir meledak.

Naruto melebarkan matanya saat melihat gadis itu terlah terkapar lemas dan tangan pemuda itu masih mencengkram leher Hinata. Nafas Naruto memburu lirihan Hinata yang penuh rasa sakit itu menampar kesadarannya secara langsung. Tidak! Hinata celaka lagi karenanya.

Naruto mundur beberapa langkah, dia tidak mempercayai dirinya sendiri yang telah melukai Hinata. Lagi! Dia terlalu syok hingga tak menyadari nyawa gadis itu yang sudah di ujung tanduk.

Naruto terkejut lagi saat melihat Hinata dengan mulut membiru tergeletak di lantai, dia berlari ke arah gadis itu tubuhnya nyaris dingin dan nafas gadis itu benar-benar nyaris hilang.

Naruto melakukan pertolongan pertama dengan menekan dada gadis itu berulang kali, "Hinata please! Jangan pergi! Jangan!" ujar pemuda itu dengan suara serak penuh rasa takut. Ya dia takut, takut sesuatu hal buruk terjadi pada gadis itu. Dia benar-benar tak ingin itu terjadi. "Hinata, come on!" teriaknya frustasi, dia memberikan nafas buatan pada gadis itu. Naruto frustrasi juga takut dalam satu waktu bersamaan. Tidak jika Hinata sampai tak tertolong maka dia takan bisa memaafkan dirinya sendiri selamanya.

"Hinata please," Naruto yang frustasi itu memukul dada Hinata kuat-kuat hingga gadis itu terbatuk kencang.

Naruto mengangkat kepalanya dia  melihat Hinata telah kembali membuka mata sambil memegang dadanya, "Hinata syukurlah!" pemuda itu berlari kalang kabut sementara Hinata masih memegang dadanya yang terasa sangat sakit.

Sial, dia kira dia sudah tamat dan penderitaannya akan usai. Namun nyatanya tidak! Tuhan masih belum mengizinkannya pulang.

Naruto kembali membawa sebuah tabung oksigen lengkap dengan selang oksigennya dia memasangkannya di hidung Hinata dengan cepat. Dari ekspresi wajahnya dia terlihat begitu khawatir dan takut.

Because You | Namikaze Naruto✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang