Ia baru saja merasa lega saat mendapatkan gajinya untuk bulan ini. Tetapi, tiba-tiba saja kabar tak sedap datang kepadanya lewat sambungan telepon.
Kyungsoo sedang menghubungi Ibunya lewat telepon genggam milik seorang kenalan dekat sosok yang ia tolong. Ia meminta beberapa menit untuk menghubungi Ibunya yang ada di kampung, untuk memberitahu ia sudah mendapatkan gajinya bulan ini. Tetapi, ia mendapatkan kabar duka.
Dia hanya diam saat mendengar kabar bahwa adiknya telah dilarikan ke puskesmas karena keadaannya semakin memburuk.
Jungwoo membutuhkan bantuan dana yang banyak untuk bisa segera mengikuti operasi, dan juga puskesmas tidak bisa membantunya. Hanya rumah sakit yang memiliki perlengkapan terlengkap untuk melakukan operasi, dan mau tidak mau, Jungwoo beserta sang Ibu akan pindah ke kota setelah keadaan Jungwoo sedikit membaik.
Kyungsoo memang baru saja mendapatkan uang, tetapi uang tersebut belum cukup untuk biaya operasi sang adik, Jungwoo.
Dan biaya untuk hidup di jakarta tidaklah murah, otaknya terus berputar untuk mencari jalan agar ia bisa memanfaatkan keadaan sebaik mungkin, dan juga bisa mendapatkan uang secepatnya agar Jungwoo bisa segera di operasi.
Dengan lemas, ia hanya mengumamkan kata 'iya' secara berulang, ia sudah berjanji kepada Ibunya untuk segera membawanya dan juga adiknya ke jakarta sebentar lagi.
Tetapi ia tidak bisa membiarkan keluarganya tinggal ditempat tinggalnya saat ini, begitu sempit dan juga tunggakan belum di lunasi.
Pemuda yang di pinjami ponselnya hanya bisa menunggunya, mengamati Kyungsoo yang terlihat diam. Tetapi lewat kedua netranya, ia terlihat begitu cemas dan juga frustasi.
Pemuda itu penasaran, apa yang tengah dihadapi oleh Kyungsoo sehingga Kyungsoo itu cemas saat menghubungi keluarganya.
Kyungsoo memutar kepalanya, sejenak mengamati pintu ruangan bercat putih. Beberapa petugas medis berada disana sedang memperjuangkan nyawa seseorang, dan Kyungsoo pun turut menunggu kabar baik.
Dan ia sudah menyelesaikan panggilan tersebut, kemudian segera memberikan ponsel itu kepada sosok yang telah berbaik hati meminjamkan alat komunikasi kepadanya.
"Sekali lagi terima kasih atas bantuannya Tuan─" ujar Kyungsoo menggantungkan kalimatnya.
"Black Abraham, kau bisa memanggilku dengan sebutan Abraham tetapi jangan memanggilku dengan sebutan Bra, itu memalukan." Pemuda itu memperkenalkan dirinya dengan candaan, dia berusaha mencairkan suasana.
"Baiklah, Abraham. Sekali lagi terima kasih atas bantuannya,"
Pemuda itu menepuk pundak Kyungsoo, "Aku yang harusnya berterima kasih kepadamu. Berkat dirimu, dia masih bisa di selamatkan."
"Aku hanya Orang yang kebetulan saja lewat, dan ia membutuhkan bantuanku. Jadi, aku membantunya,"
"Kau Orang yang baik, Kyungsoo." ucap Abraham dengan senyum misteriusnya, "Tidak ada yang mau menolong dia meskipun dia terluka. Tetapi, kau mau melakukannya. Ya, ternyata masih ada Orang baik di dunia ini, aku bersyukur menemukan salah satunya,"
Sudah hampir se-jam lamanya Kyungsoo menunggu kabar baik dari sosok yang ia tolong, ditemani dengan ketiga Orang teman terdekat sosok yang ia bantu.
Kedua Orang tersebut asik berbincang. Tetapi, bukan topik sederhana yang mereka bahas.
Merupakan antara hidup dan mati seseorang.
Mereka membahasnya dihadapan Kyungsoo, dan Kyungsoo tidak suka dengan hal-hal yang beban kematian.
Tiba-tiba saja salah satu teman mereka datang, sosok itu yang menodongkan senjata kepada Kyungsoo.
Dan ia tak menyangka jika sosok itu menghampiri Kyungsoo dengan membawa minuman kaleng ber-caffeine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clinquant | ChanSooHun
Mystery / Thriller[ S L O W U P D A T E ] Ide cerita murni hasil imanjinasi Blue ⛔ Homophobia dan Plagiator Pergi Dari Lapak Ini ⛔ ⚠ Trigger Warning ⚠ Murder, Violence, Abuse, Harsh Words/Cursing. [ S I N O P S I S ] The butterfly effect, keputusan sekecil apapun ma...