Abraham membuka pintu kamar utama apartement yang akan ditempati Kyungsoo. Tempat itu merupakan hadiah pemberian dari Helio karena Kyungsoo sudah menyelamatkan nyawanya.
Helio tau tentang balas budi.
Abraham membiarkan Kyungsoo melangkah terlebih dahulu, Pemuda itu melihat isi apartement yang ternyata sudah dipersiapkan dengan baik oleh Helio.
Abraham hanya bisa memandang punggung Kyungsoo dari kejauhan, entah mengapa kedua kakinya tak sanggup menyusul Kyungsoo untuk sekedar menanyakan 'bagaimana dengan kamarnya' atau bertanya tentang 'bagaimana dengan tempat tidurnya, apakah nyaman?', tetapi Abraham hanya diam ditempatnya dengan sorot mata redup.
“Helio Orang yang baik.” ujar Kyungsoo yang kembali menghampiri Abraham, “Dia memberiku tempat tinggal yang baru karena bantuanku di malam itu, dan juga memberiku pekerjaan dengan bayaran mahal.”
“Semua manusia memang baik, Kyungsoo. Tetapi Orang-Orang jahat terlahir dari Orang baik yang sering kali disakiti,”
Tiba-tiba saja Kyungsoo teringat dengan sang Ayah yang meninggalkan dirinya, adik, dan juga Ibunya. Ia masih memikirkan apa yang telah diperbuat Pria itu, apakah ia melakukannya karena maksud yang baik atau buruk.
Entahlah, Kyungsoo tak tau.
“Kau benar, Abraham. Lalu bagaimana sistem kerjanya, kau selama ini bekerja dengannya bukan?”
“Abraham?”
Kyungsoo menyadari ada sesuatu yang aneh pada diri Abraham. Ia terlihat diam, dan enggan menatapnya seperti tadi.
Ia pun ingat ketika ia menerima uluran tangan Helio, dan ekspresi Abraham yang tak bisa mengundang rasa penasarannya.
“Abraham kau baik-baik saja?”
Abraham mendapati dirinya sedang dikhawatirkan, dia merasa sedikit senang atas perlakuan Kyungsoo. Setidaknya Pemuda itu memperhatikannya, “Apakah kau benar-benar tinggal sendirian di jakarta?”
“Ya, selama dijakarta aku hanya tinggal sendiri,” jawab Kyungsoo. “Tetapi ada Ibu dan Adikku yang tinggal didesa,” lanjutnya.
“Dimana Ayahmu?”
“Aku tak tau sekarang ia ada dimana, Ayahku pergi saat kami masih belia. Dan aku rasa sepertinya dia sudah baik-baik saja dengan keadaan yang baru, tentu saja dia tidak menanggung kami sebagai bebannya,”
Kyungsoo memikirkan sejenak tentang keluarganya.
Ia meyakinkan dirinya bahwa keputusan yang ia ambil merupakan jalan pintas yang bisa membuat keluarganya tidak akan merasakan susahnya tanpa uang. Dan tentu saja sang Adik bisa segera dioperasi dengan uang yang ia dapatkan dari hasil kerja barunya.
“Kau tampak lelah, dan sepertinya kau harus segera beristirahat Kyungsoo.”
“Kau tidak ingin singgah dulu?”
“Waktuku tidak banyak, Kyungsoo. Besok pagi aku akan menjemputmu, dan aku akan mengajarkan yang perlu kau ketahui,”
Abraham menarik jemari Kyungsoo dan mencium punggung tangan pemuda itu, lalu Abraham menjawab, “Mungkin lain kali aku akan datang berkunjung,”
Abraham segera melangkahkan kedua kakinya keluar dari apartement tanpa mengucapkan kata perpisahan untuk malam ini.
Kyungsoo menutup pintu apartment-nya dengan perlahan hingga punggung lebar milik Abraham tak lagi terlihat.
Abraham menghentikan langkahnya, dan berbalik badan untuk melihat pintu yang kini sudah tertutup rapat. Entah mengapa, Abraham merasakan hal itu sebagai pertanda bahwa ia tidak boleh kehilangan kontrol atas dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clinquant | ChanSooHun
Mystery / Thriller[ S L O W U P D A T E ] Ide cerita murni hasil imanjinasi Blue ⛔ Homophobia dan Plagiator Pergi Dari Lapak Ini ⛔ ⚠ Trigger Warning ⚠ Murder, Violence, Abuse, Harsh Words/Cursing. [ S I N O P S I S ] The butterfly effect, keputusan sekecil apapun ma...