|12| Human

623 86 5
                                    

Helio berjalan menuju suatu tempat, namun suara obrolan itu membuat langkahnya terhenti ditempat yang tidak seharusnya.

Ia bersembunyi di balik pilar yang tinggi, kedua matanya memicing untuk melihat apa yang tengah mereka genggam. Beberapa senjata api dan juga suntikan berisi cairan yang tidak Helio ketahui.

Dan Helio melangkah masuk saat kedua Pria berpakai serba putih itu masuk ke dalam lab, dan disana ia menemukan beberapa teman-temannya yang sedang terbaring.

Helio menahan rasa mualnya saat melihat botol kaca berisikan mata-mata teman-temannya, dan membiarkan rongga mata itu kosong dengan darah yang masih mengalir.

“Kita hanya diperintah untuk mengambil organ mereka, dan beberapa segera dihabisi karena organnya tak berfungsi dengan baik” ujar si pemegang senjata api. Ia mendekatkan ujung tembakan itu kepada salah satu anak yang terbujur lemas diatas ranjang, “Anak yang gagal harus dimusnahkan, tetapi tidak dengan organ mereka, lucu sekali. Tapi aku benar-benar muak dengan pekerjaan ini,”

“Kita mendapatkan hasilnya dari mereka. Jadi jangan mengeluh, lagi pula ini pekerjaan yang mudah dengan gaji yang lumayan besar.”

Dor!

Dor!

Dor!

Dor!

Helio berusaha sekuat mungkin untuk tidak membuat suara ketika dirinya menyaksikan kepala teman-temannya hancur dengan senjata api.

Sementera si pemegang suntikan itu, ia bergerak cepat menuju Anak-Anak yang terpilih untuk organnya di suntikan oleh cairan obat tidur dengan dosis yang tinggi.

Dan tak ada lagi tangisan, tetapi hanya ada suara dengkuran halus dari mereka.

Si pemegang senjata api meletakkan senjatanya diatas meja, dan mulai mengambil pisau kecil untuk membelah tubuh mereka dan mengambil apa yang diperlukan.

“Hey kau, apa yang kau lakukan disana?!”

Seorang petugas yang lewat menangkap basah dirinya.

Helio berlari menuju ruang dimana sang Papa bekerja, dia terus memacu kedua kakinya karena takut dijadikan salah satu bahan uji coba oleh kedua Pria itu.

“Tangkap bocah itu!”

Helio memejamkan kedua matanya seraya memanggil nama sang Papa agar ia terselamatkan.

“Helio!”

Helio segera membuka kedua matanya dan ia melihat tangan kananya tengah digenggam oleh Kyungsoo, ia bermimpi buruk.

Deru nafasnya tak beraturan, wajahnya memucat tampak seperti Orang yang habis melihat hantu, “K-Kyungsoo, b-bagaimana kau bisa ada di sini?”

“Aku mendengarmu, kau berteriak dalam tidurmu. Aku mencemaskanmu, aku akan panggil Ares untuk memastikan keadaanmu.”

Sret!

Kyungsoo mendadak membeku ditempatnya, Helio menahan tangannya, ia tak mau Kyungsoo pergi.

“Kumohon jangan pergi, tetaplah di sini hingga aku tenang.” pinta Helio.

“Aku tidak akan meninggalkanmu, Helio.”

Kyungsoo mengusap punggung tangan Helio dengan lembut, dan ia bisa merasakan jika punggung tangan itu bergetar karena efek dari mimpi buruk tersebut.

Helio memang terlihat kuat di luar, kokoh dan tak bisa ditembus. Namun kenyataannya Helio sendirian, ia terlihat rapuh, trauma masa kecilnya selalu menghantuinya, kelemahannya jelas terlihat saat ia sendirian.

Clinquant | ChanSooHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang