[4] Tujuan Tersembunyi

689 122 8
                                    

Suara mesin pembuat kopi berbunyi nyaring, dan cairan hitam pekat itu mengalir hingga berada pada penampungnya berupa gelas putih kecil.

Kepulan asap putih dengan aroma biji kopi pilihan berkualitas beradu menjadi kesatuan yang sempurna pada hari senin untuk memulai aktivitas yang cukup melelahkan hingga dipenghujung hari.

Café tampak ramai dengan pengunjung seperti biasanya, entah untuk pertemuan bisnis, mengisi perut pada pagi hari, atau untuk pertemuan biasa.

Café tempat Kyungsoo bekerja selalu mendapatkan respon positive dari para pelanggan.

Dan tentu saja, hal itu menambah keuntungan bagi pemilik café dan pegawainya.

Kyungsoo berada didapur dengan tumpukan piring, gelas, dan alat masak yang kotor.

Hari ini ia bertugas untuk membersihkan semua kotoran yang menempel di atas benda-benda tersebut hingga menimbulkan suara kesat seperti iklan komersial sabun pencuci piring.

Salah satu temannya mendekat dan membantu tugasnya menata semua piring, dan peralatan yang sudah bersih ke tempatnya.

Gadis berparas manis itu sesekali melirik Kyungsoo yang tengah serius mengerjakan tugasnya.

Merasa diawasi pun akhirnya Kyungsoo menoleh dan menangkap basah gadis manis tersebut sedang menatapnya dengan kedua mata yang berbinar.

“Ada yang menarik dari wajahku?” tanya Kyungsoo.

Gadis itu menggeleng pelan, menampik kenyataan. “Tidak ada yang menarik. Aku hanya tidak sengaja melihatmu,”

Kedua pipinya bersemu saat menyaksikan Kyungsoo tersenyum setelah berhadapan dengannya, “Benarkah itu Rośe?”

Gadis itu menunjukan ekspresi cringe kepada Kyungsoo, ia melakukannya agar Kyungsoo tidak tau bahwa gadis itu menyukainya sejak pertama kali mereka bertemu.

“Ya, tentu saja. Memangnya ada alasan lain?”

Kyungsoo menertawakan kebohongan gadis itu, “Aku tidak tau, hanya kamu yang tau, Rośe.”

Gadis itu mengulum senyumnya.

“Hey, Kyungsoo cepatlah kemari!” Ludwig menyerukan nama Kyungsoo didepan pintu penghubung dapur dan area makan.

“Aku belum selesai, apa aku harus kesana?” tanya Kyungsoo, ia belum selesai menyelesaikan pekerjaannya.

Kemudian Rośe menepuk pundak Kyungsoo, “Serahkan ini kepadaku, dan kau segera temui Ludwig. Aku yakin ia lebih membutuhkanmu,”

Kyungsoo segera melepaskan kedua sarung tangannya, Rosé terkejut saat telapak tangan Kyungsoo menyentuh pucuk kepalanya dengan lembut.

Dengan senyum yang terasa hangat, ia berujar. “Terima kasih Rosé, dan aku akan segera kembali untuk menuntaskan pekerjaanku.”

Kyungsoo segera pergi dengan senyum jahilnya, kedua pipi gadis itu semakin merona dengan perbuatan Kyungsoo dan pada akhirnya ia tersenyum seperti tak waras akibat perlakuan manis Kyungsoo.

Kyungsoo keluar dari dapur, dan ia mencari-cari keberadaan Ludwig yang tadi memanggilnya.

Namun bukan sosok Ludwig yang ia dapatkan, namun Abraham yang sedang memamerkan senyum manisnya.

Dia berada dihadapan Kyungsoo setelah kejadian kemarin.

Abraham terlihat menawan dengan kemeja putih dengan kedua lengan dilipat sampai siku, celana bahan hitam dan juga sepasang sepatu modis yang menunjang penampilannya.

Tak lupa tampilan hair style kali ini dia rubah, helaian hitam yang selalu ia gunakan untuk menutupi keningnya. Kini, ia rapihkan ke atas untuk memperlihatkan keningnya.

Clinquant | ChanSooHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang