Chapter 28

8.9K 1.1K 97
                                    

Lisa POV

Mataku hampir melebar saat melihat Jennie berdiri di depan pintu kantorku. Mata kami bertemu tetapi aku tidak bisa melihat apa-apa di dalam matanya, wajahnya tanpa emosi. Tapi matanya penuh amarah saat dia mengalihkan pandangannya pada Nancy.

"Aku yakin itu istriku yang sedang kau peluk." Jennie berkata, melengkungkan satu alisnya.

Tangan Nancy masih memelukku dan aku dengan cepat melepaskannya dan berjalan ke arahnya.

"Wifey, biarkan aku menjelaskan---"

"Tidak. Kamu berhenti di situ Lisa." Dia mengarahkan tangannya ke arahku, wajahnya mengeras dan itu membuatku berhenti dari langkahku.

"Wifey, itu tidak seperti yang kamu pikirkan." Kataku lembut.

"Apakah aku di sini terlihat seperti ingin mendengarkan penjelasan sialanmu?"

"Tapi Jennie--"

"Ayolah L, jangan membuang nafasmu untuk menjelaskan. Lagipula dia tidak akan mendengarmu. Selain itu, aku bersedia mengurusmu. Dan aku bisa melakukan itu lebih baik... jauh lebih baik darinya." Kata Nancy, bahkan lebih mengejek Jennie.

Mata Jennie beralih ke Nancy yang sudah memakai dressnya. Gadis itu sekarang dengan anggun berdiri di depan kami, memiringkan kepalanya seolah-olah dia tidak melakukan kesalahan apa pun.

"Benarkah? Oh, mungkin kau benar, kau jauh lebih baik dariku dalam hal menggoda." Jennie berkata dengan sinis kepada Nancy.

Nancy menyeringai seperti jalang.

"Ouch, itu sakit. Tapi bukankah kita berasal dari kain yang sama? Untuk semua yang aku tahu kau menggunakan semua rayuan di dunia hanya agar kau bisa menjebak L ke dalam pernikahan. Jangan bertindak seperti kau suci dan polos, kita sama, bitch!."

"Kita tidak sama, kau jalang!" Serangan balik Jennie. Suaranya sedikit terangkat dan dia sekarang sangat marah.

Aku mengkhawatirkan dia dan bayi kami, aku memegangi lengannya.

"Jennie please. Tidak baik untuk--"

"Lepaskan tangan kotormu dariku!" Dia memelototiku saat tanganku dengan lembut memegangi lengannya untuk menghentikannya menghadap Nancy.

Perlahan, aku melepaskan lengannya. Aku khawatir tentang dia dan bayi kami, tetapi siapa aku yang menghentikannya untuk melontarkan hinaan kepada gadis yang menurutnya masih menjadi selingkuhanku. Dia telah terluka dan begitu juga denganku karena akulah yang menyakitinya dan itu lebih menyakitkanku, sangat banyak.

"Percayalah, kita sangat mirip. Perbedaan di antara kita adalah bukan aku yang hidup dalam ilusi bahagia selamanya dengan wanita ini."

"Nancy, itu sudah cukup." Aku segera memberitahunya, aku tidak ingin dia menceritakan sesuatu yang mungkin lebih menyakitkan bagi Jennie.

"Kenapa L? Kamu belum memberitahunya? Aku pikir dia tahu..."

"Apa yang dia bicarakan? Apakah ada sesuatu yang harus kuketahui Lisa?." Jennie menatapku.

"Itu bukan apa-apa, sungguh." Aku menjawab dengan nada lembut. Berharap melawan harapan bahwa dia akan percaya.

"Ayolah L, kenapa kamu tidak memberitahunya? Takut istri kecilmu tidak bisa menerimanya? Kupikir pernikahan seharusnya berbagi. Kenapa menyembunyikan sesuatu---"

"Sudah cukup!" Suara nyaringku bergema di empat dinding kantorku. Aku sangat marah karena aku bisa membunuh siapa saja dan kapan saja.

Aku melihat Nancy berhenti, ketakutan tertulis di matanya tetapi dia dengan cepat menyembunyikannya. Mataku tertuju pada Jennie dan aku tidak melihat apa pun di matanya, kecuali rasa sakit dan kebingungan. Dan aku ingin menendang diriku sendiri karena memberinya rasa seperti itu.

Aku menarik napas dalam-dalam untuk mengendalikan amukan amarahku sebelum beralih ke Nancy. Aku mencoba untuk mendapatkan diriku sendiri dan memasukkan akal dalam pikiranku. Tindakan bodoh lainnya tidak akan membantuku menyelesaikannya.

"Keluarlah Nancy, sebelum aku melakukan sesuatu yang akan kita sesali nanti." Aku memberitahunya dengan suara rendah.

"Tidak, tidak ada yang keluar. Kita akan menyelesaikan ini, sekarang juga." Jennie berkata dengan tegas.

"Jennie please..." Kataku dengan mata memohon.

"Tidak, kita akan menyelesaikannya sekarang. Aku menuntut untuk mendengar yang sebenarnya. Aku tahu kamu tidak akan mengatakan yang sebenarnya, jadi wanitamu yang akan mengatakan apa yang harus aku ketahui." Dengan itu dia menoleh ke Nancy. "Sekarang beritahu aku, apa yang perlu aku ketahui?."

"Kurasa lebih baik jika L sendiri yang mengatakan yang sebenarnya." Nancy menjawab, suaranya penuh sarkasme.

"Damn it! Apakah kalian berdua bermain-main denganku?." Dia berteriak dan dengan lembut meringis sambil memegangi perutnya. Kekhawatiran muncul dan naluri pertamaku adalah memeluknya tetapi dia menolakku dan mundur selangkah dariku. "Tidak, jangan sentuh aku." Katanya dengan kasar.

"Jennie..."

"Katakan yang sebenarnya! Sialan!." Aku meringis melihat kemarahan yang kulihat di matanya.

"Dia sudah menikah.. Dia sudah menikah bahkan sebelum menikah denganmu." Jennie dengan kasar berbalik untuk melihat Nancy ketika dia mendengarnya. "Kau tahu, itu membuat kita berdua sama, aku sudah mengatakan kita sama saja. Kau menikah di atas kertas atau di tempat tidur. Tapi kita masih simpanan, boneka seks, mainan, pelacur, wanita jalang atau apa pun yang ingin kau namakan. Seorang wanita yang berbagi dengan orang lain."

"Nancy hentikan." Kataku sambil mengatupkan gigi. Aku memandang Jennie, dia hanya menatap Nancy, terkejut dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.

Aku melihat Nancy mengambil bingkai Rose di mejaku dan mengangkatnya.

"Kau lihat foto ini? Dia salah satu gadis yang dulu dia pilih untuk melupakan istrinya. Namanya Rose, sahabatnya sendiri, tapi dia juga lelah dan meninggalkannya."

"Nancy, kau tidak tahu apa yang kau bicarakan." Kataku dengan cara yang berbahaya.

"Benarkah L? Aku sudah mengenalmu begitu lama untuk mengetahui segalanya tentangmu! Aku melakukan segalanya untukmu, hanya agar kamu mencintaiku. Tapi apa yang terjadi? Apa yang kamu lakukan? Dia masih satu-satunya! Istri sialan milikmu! L, bangun! Dia sudah lama meninggalkanmu dan dia tidak akan kembali lagi!"

"Diam!." Aku berteriak dengan marah lalu menampar wajah Nancy.

Aku sendiri terkejut karena aku memukulnya. Tidak pernah sekali pun aku memukul seorang wanita sepanjang hidupku, tetapi dia memprovokasiku untuk melakukannya.

Aku segera melirik Jennie dan dia juga kaget dengan apa yang aku lakukan. Dan apakah ketakutan yang kulihat di matanya?

Sekarang aku merasa seperti aku orang paling jahat di dunia ini.

Nancy menyentuh pipinya yang aku tampar lalu menyeringai.

"Kurasa aku pantas mendapatkannya. Mungkin itulah yang kubutuhkan untuk menyadari kebodohanmu ini." Nancy berkata dengan pahit lalu menoleh ke Jennie. "Kau! Kau harus bangun dari ilusimu. Karena wanita ini..." Dia menunjuk ke arahku. "Dia tidak pantas. Karena dia tidak tahu bagaimana cinta kecuali untuk dirinya sendiri dan Naeunnya yang berharga." Setelah mengatakan itu, Nancy perlahan keluar dan meninggalkan Jennie dan aku sendirian di kantorku.







.
.
TwentyEight.
To be continued

Guys! Cerita ini hanya tinggal beberapa chapter dan chapter selanjutnya masih dalam tahap revisi.
Book ke 2 akan di up setelah cerita ini selesai dan semua chapternya tembus 400 votes!
Thankyou! ((:

Marrying Lalisa Manoban [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang