Chapter 10

20.1K 1.5K 63
                                    

Jennie POV

Aku sedikit gugup saat berdandan, aku tidak bisa menahan jantungku untuk berdetak lebih cepat saat aku melirik cermin di depanku.

Hari ini adalah hari pernikahanku.

Dan demi kasih Tuhan aku bisa merasakan apa yang disebut kegelisahan pernikahan.
Aku menatap bayanganku sendiri di cermin dan menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diriku.

"Jennie santai. Ini bukan pernikahan biasa. Kau tidak mencintainya dan ini hanya untuk pertunjukan. Untuk menjamin masa depan Kim Hotels dan masa depanmu. Bisnis yang diutamakan dan jangan biarkan emosi memengaruhi dirimu." Kataku pada diriku sendiri di cermin.

Sial, aku masih gugup! Apa yang terjadi padaku? Aku diam-diam mengutuk, bernapas dengan kasar.

Setelah beberapa lama, aku mendengar seseorang mengetuk pintu.

Ini dia! Aku berbisik pada diriku sendiri dan mengalihkan pandanganku ke pintu kamar hotel.

Aku berpaling ke cermin lagi dan menatap diriku untuk terakhir kali. Aku mengenakan gaun sifon sepanjang lutut putih murni dengan sedikit kerutan dan renda serta sepasang stilleto kaca. Rambutku di sanggul besar menyempurnakan riasan ringanku. Aku tidak memakai perhiasan apapun, kecuali sepasang anting-anting berlian. Secara keseluruhan, aku terlihat seperti Cinderella minus prince charming.

Wajah Lisa tiba-tiba muncul di pikiranku.

Yeah, benar! Aku punya pangeran yang menungguku selain dia juga seorang putri. Ironi dari itu!

Seseorang mengetuk lagi. Kali ini, lebih keras.

Monster kecil yang tidak sabar! Aku berbisik dengan kesal.

Aku mengambil parfum Chanel dan menyemprotkannya di beberapa titik nadiku.

Lalu mengambil tas tanganku dan mulai berjalan ke pintu.

Lisa memelototiku begitu aku membuka pintu.

"Apa yang membuatmu begitu lama?." Tanyanya tidak sabar, kekesalan tertulis di seluruh wajahnya.

"Aku seorang perempuan, kau jangan mengharapkanku untuk berdandan hanya dengan menjentikkan jari." Aku membalas. Menahan diri.

"Dan apa yang kau pikirkan tentangku?." Katanya sambil mengerutkan kening.

Aku hanya mengangkat bahu.

Kau lebih seperti laki-laki daripada perempuan. Kau terdengar dan bertindak seperti itu. Terutama saat kau marah atau bahkan jika tidak. Namun demikian, kau jauh dari feminim! Pikiranku berteriak.

Aku memilih untuk tidak mengungkapkan pikiranku. Kami sedang dalam perdamaian dan jika aku menjawabnya aku yakin itu akan menjadi argumen lain.

Aku memperhatikan bahwa dia mengamatiku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Aku melihat kekaguman di matanya tetapi dengan cepat menghilang begitu aku menggodanya.

"Menyukai apa yang kau lihat?." Aku tersenyum nakal.

"Putih tidak cocok untukmu." Katanya dengan arogan lalu dengan cepat berbalik. "Ayo pergi, jadi kita bisa menyelesaikan permainan omong kosong ini."

"Kau benar, mari kita selesaikan ini." Aku memberitahunya dengan kesal.

Aku ingin membunuhnya karena menjadi monster kecil yang sombong dan arrogant tetapi aku mengingatkan diriku sendiri bahwa aku harus bersabar jika aku benar-benar ingin perdamaian dan harmoni datang di antara kami.

Sabar Jennie. Kesabaran adalah suatu kebaikan.

****

Lisa POV

Marrying Lalisa Manoban [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang