11. Kulkas Dua Pintu, Anak Anjing, dan Sebuah Topeng

398 98 36
                                    

( 11. Kulkas Dua Pintu, Anak Anjing, dan Sebuah Topeng)


"Lo sama Kak Jaebum ada sesuatu, ya? Sesuatu yang kalian sembunyikan dari gue." Wendy mengerucutkan bibir sementara matanya memandang ke arah Seulgi.

"Sesuatu kayak apa? Eum ... apa maksud lo itu sesuatu kayak gue sama Jaebum yang beda aliansi gitu? Dia, kan, kubu mie sedap, terus gue kubu indomie."

Nggak penting, anjir. Wendy kembali memutar bola mata jengah. "Selain yang berhubungan sama Indomie, please."

Seulgi tertawa kecil, merapihkan draft jurnalistik yang berserakan di atas permukaan meja dengan sigap. "Ada, tapi gue udah janji nggak akan bilang sama siapapun."

"Termasuk gue juga, Gi? Kak Mark tau nggak? Kalau Kak Mark juga tau, fix kalian jahat banget ke gue."

Gadis itu kembali tertawa keras. Mengulurkan draft yang baru saja dirapikannya, kepada Wendy yang masih mengerucutkan bibirnya gemas.

"Kalau soal itu gue nggak tau. Ini, kan, rahasianya Jaebum, Wen. Jadi, mungkin Kak Mark tau," jawab Seulgi dengan senyuman ceria. "Kalau mereka emang sedekat nadi, pasti Kak Mark tau."

"Gue sama lo juga, kan, sedekat nadi ... tapi, kenapa gue nggak tau?!"

"Kan, ini rahasia Jaebum, bukan rahasia gue." Seulgi mengembuskan napas. "Rahasia yang sebenarnya nggak perlu harus dirahasiakan kok."

"Hah?"

Seulgi mengangkat bahu. "Tapi, gue harus hargai apapun rahasia Jaebum," jawab Seulgi kini dengan mata berbinar. "Lucu, kan, gue sama Jaebum jadi teman yang suka berbagi rahasia."

"Nggak lucu," jawab Wendy sembari membuka setiap lembar draft dengan hati-hati. "Nggak lucu, karena lo sendiri belum berbagi rahasia sama Kak Jaebum."

Seulgi terdiam. Dia mendadak kehilangan kemampuan berbicara karena ucapan Wendy yang tentu saja tidak terbantahkan. Seulgi memang belum berbagi rahasia apapun pada Jaebum. Bahkan, Seulgi tidak tahu apakah Jaebum akan menganggap rahasianya sepenting itu jika dia tahu.

"Lo suka sama Kak Jaebum?" tanya Wendy, melirik Seulgi yang masih termenung dengan kening berkerut dalam. "Tenang aja, lo boleh suka sama Kak Jaebum kok, Gi."

"Suka sama Jaebum gampang banget kok," jawab Seulgi, mengibaskan tangannya malas. "Dia good looking, pekerja keras, multitalent juga, berdedikasi tinggi, dan anak baik-baik walaupun agak bikin emosi. Gampang, kan, buat suka sama Jaebum."

"Tapi?" Wendy menunggu.

"Gue suka sama Jaebum, tuh, gampang. Tapi, Jaebum suka sama gue pasti susah banget," jawab Seulgi dengan wajah tertekuk sebal. "Lagian ya, dia udah seenaknya ngelabelin gue dengan nama 'Indomie addict' coba? Padahal, harusnya dia bilang gue 'Princess Seulgi' ... eum atau 'Seulgi cantik' hehe."

"Bangun, Gi, bangun. Mimpi lo terlalu tinggi!" tukas Wendy geli. "Ini ... kita lagi ngomongin Kak Jaebum, si kamus besar bahasa Indonesia yang sebelas dua belas sama kulkas dua pintu loh."

"Lah, si Kak Mark juga sebenarnya kayak kulkas dua pintu, 'kan. Tapi, kalau sama lo jinak banget kayak anak anjing. Nggak ngerti lagi gue sama DNA para bucin yang ditutupi pake sifat dingin. Bosen ah."

"Heh! Seenaknya aja lo nyebut pacar gue kayak anak anjing!" Wendy mendengkus, memukul punggung tangan Seulgi sekeras mungkin hingga si empunya memekik. "Calon pacar lo, tuh, yang kayak kulkas dua pintu. Kak Mark tuh nggak ada dingin-dinginya tuh.""

"Halah, lumayan dong kulkas dua pintu itu berguna bisa dipakai nyimpen makanan. Lah pacar lo, sukanya malu-malu anjing."

"Anjing juga gemes kok," sergah Wendy tidak mau kalah. "Daripada kulkas bikin masuk angin kalau kelamaan deket-deket. Jangan main-main sama kulkas, Seulgi."

Taksa #JaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang