10. Perihal Indomie dan Mie Sedap

393 104 38
                                    

( 10. Perihal Indomie dan Mie Sedap )

Seulgi mengembuskan napas, memainkan tali sweater yang dia kenakan sementara matanya terus saja memandang ke arah layar ponsel yang tidak menunjukan aktivitas apapun.

Wendy Agaeya sudah berkelana ke alam mimpi. Bahkan, Mark yang sedang video call dengan dirinya saja ditinggal sendirian, sampai akhirnya pemuda itu yang mematikan sambungan lebih dulu.

Saat di perjalanan pulang dari rumah Sakura, Rasi menghubunginya lagi. Hanya sekali, namun sayangnya Seulgi tidak mendengar ringtone yang terus saja berbunyi. Seulgi khawatir, karena Rasi tidak mencoba menghubunginya lagi setelahnya. Bahkan, ketika Seulgi menghubunginya lebih dulu, Rasi tidak mengangkatnya.

Dia kembali mengembuskan napas, menyambar ponsel lalu melangkah ke beranda kamar Wendy yang tertutup rapat. Seulgi membukanya perlahan, lalu menduduki kursi santai yang memang sengaja disimpan di sana.

Seulgi butuh ketenangan, karena itu dia membiarkan udara malam Kota Bandung yang dingin membelai wajahnya. Sejauh mata memandang, Seulgi tidak melihat apapun selain beberapa lampu jalan yang menyala redup.

Ini jam satu dini hari, lo berharap lihat orang? Yang ada malah lo lihat setan, Seulgi. Dia kembali bergidik, namun memilih tetap diam di kursinya dengan tenang.

"Jadi mau Indomie." Dia bergumam kecil dengan wajah tertekuk ketika melihat instastory Jisoo Naviraputri, si sekretaris umum OSIS, yang nampaknya tidak sendirian, karena dia bisa melihat instagram Jinyoung, Mark, dan Jaebum disebut di sana.

"Jaebum ya." Seulgi kembali bergumam, tangannya mulai melihat akun pemuda itu yang tentu saja sesuai prediksi, tidak dipenuhi terlalu banyak foto.

Hanya ada empat foto di sana. Foto Jaebum bersama Jisoo, Mark, dan Jinyoung di salah satu kafe kenamaan Bandung. Foto kepengurusan inti OSIS. Foto kepengurusan OSIS satu angkatan. Lalu, foto sebuah toko buku dengan filter hitam putih yang entah kenapa terlihat begitu mencolok.

"Dia budak organisasi banget, sih," keluh Seulgi, memutar bola mata jengah karena tidak menemukan apapun di sana. "Kenapa ya, dia berdedikasi tinggi banget buat kelancaran acara sekolah? Padahal kalau dia jadi nakal, kayaknya seru."

Terserah Seulgi Astafira Darmono dengan pola pikirnya yang begitu luar biasa. Jujur, Seulgi merasa tertarik dengan fakta kecil tentang kenapa Jaebum Altaksa, si murid berprestasi dan aktif di acara sekolah ini, justru ada di kelab malam tempatnya berada juga.

Dia kini membuka whatsapp pemuda itu. Memastikan jika photo profile-nya memang kosong. Jaebum nampaknya tidak suka memajang fotonya sendiri di sosial media.

Seulgi mengembuskan napas, berniat keluar dari profile pemuda itu sampai tangannya justru tidak sadar menekan tombol free call. Dia tersentak, bergegas mematikan sambungan secepat yang dia bisa namun layar ponselnya terasa begitu lelet.

Berdering.

Namun, untungnya gadis itu berhasil mematikannya sebelum panggillan itu tersambung.

"What the fuck!" Seulgi berseru dengan mata melebar, mengerjap panik ketika dirinya justru melihat status Jaebum mendadak berubah menjadi online lalu tak lama kemudian, pemuda itu mengirimkan sebuah pesan singkat melalui room chat. 

Jaebum: ??

"Anjir, gimana dong." Seulgi tidak bisa berpikir lebih jernih lagi, dia menghentak-hentakan kaki sembari mengacak rambut. "Gue harus bilang apa?!"

Seulgi: Hehe kepijit

Seulgi: Maaf ya 😓

Jaebum: Ngapain kepoin profile gue?

Taksa #JaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang