09. Pukul-Pukul, Bukan Pegang-Pegang

393 97 10
                                    

(09. Pukul-Pukul, Bukan Pegang-Pegang)

"Jadi, lo ngapain di sini?" Nikeisha Sakura bertanya sembari mengeluarkan beberapa makanan ringan dari dalam rak di dapur. "Lo bukan panitia, Mark juga nggak ada di sini."

Tentu saja kedatangan Wendy ke rumahnya saat ini cukup membingungkan, karena harusnya, hanya anggota inti OSIS dan anggota divisi acara yang ada di sini.

Kedatangan Wendy Agaeya Xavier dengan piyama tentu saja tidak pernah dia pertimbangkan sebelumnya.

Wendy mengembuskan napas, melirik ruangan tempat Seulgi berada dengan mata menyipit. "Nemenin Seulgi."

Sakura mengerjap dengan mata melebar, bukannya marah karena kedatangan non panitia, dia justru terkekeh kecil karena mendengar ucapan gadis itu. "Dasar, Upin-Ipin."

"Eh, beneran tau." Wendy kembali mengembuskan napas. Tadi, ketika Seulgi menghubunginya, Wendy baru saja bersiap untuk memakai masker wajah dalam rangka 'self love' dan mempercepat glow up-nya yang terlalu lama tertunda. Tetapi, tentu saja dia harus menghentikan niatannya karena kedatangan Seulgi. "Lo nggak akan ngusir gue, 'kan?"

"Nggak kok." Sakura melempar senyum bersahabat. "Tapi, gue mau nanya."

"Apa?"

"Kak Jaebum sama Seulgi punya masalah apa, sih?" tanya Sakura, bersedekap dengan alis terangkat. "Kak Jaebum uring-uringan dari tadi, eh pas Seulgi datengー"

"Jadi nggak uring-uringan?" tebak Wendy, menjentikan jarinya sementara Sakura memutar bola mata jengah karena Wendy memotong ucapannya.

"Jadi makin uring-uringan!"




**


"Buat acaranya, gue kurang setuju sama plan B." Seulgi mengembuskan napas sementara matanya memindai cepat draft yang tergeletak di atas permukaan meja. "Selisih waktunya terlalu dekat dari plan A, mungkin bisa ditambah dua sampai tiga menit lagi."

"Itu udah ditambah 5 menit dari jam seharusnya loh." Lia mengembuskan napas, ikut memperhatikan draft yang ada di tangannya. "Ideal-nya plan B itu lima menit, Gi."

"Iya, sih." Seulgi mengangguk paham, tangannya bergerak, menunjuk draft masih dengan kening berkerut. "Kalau gitu, gue pikir jadwal daftar ulang bisa dibuat lebih pagi agar durasinya semakin panjang."

"Kenapa?" giliran Jaebum yang bertanya.

"Ini Indonesia, btw," jawab Seulgi tenang. "Walaupun Pradnyais itu sekolah internasional, kalian tetep tinggal di Indonesia. Kalau waktu daftar ulang mepet kayak gitu, Pradnyazen nggak akan banyak yang daftar ulang. Bisa-bisa kita kurang peserta."

"Kalau mereka niat berpartisipasi, mereka pasti mencoba nggak ngaret." Jeno berkata dengan bingung.

"Kalau mereka niat berpartisipasi, mereka pasti nggak masalah datang lebih pagi," koreksi Seulgi, menjentikkan jarinya dengan senyuman. "Tapi, itu cuman pendapat gue sih."

"Bum, gimana?" Sakura yang sejak tadi mendengarkan perdebatan dengan Wendy di sisinya kini bertanya pada Jaebum. "Menurut lo gimana?"

Jaebum bersedekap, menimbang sekilas sebelum akhirnya menghela napas panjang. Dia menoleh ke arah Lia, "Gue setuju plan B tetep selisih lima menit." Kemudian menoleh ke arah Seulgi, "dan gue setuju daftar ulang jadi lebih pagi."

"Jadiー" Seulgi belum sempat melanjutkan ucapannya karena ponsel yang berada di atas permukaan meja mendadak bergetar, menjadikan benda itu objek fokus semua orang yang berada di dalam ruangan.

Taksa #JaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang