.
.
.
"Kenapa bekalnya hanya satu?" Tanya Jaemin setelah melihat Renjun hanya membawa satu bekal.
"Sebelumnya aku buat dua, tapi diambil Jisung satu saat menjemput ku tadi." Renjun mengadu kejadian tadi pagi kepada kekasihnya dengan wajah ditekuk kesal.
Jaemin terkekeh melihat kekasihnya yang menunjukkan wajah kesal namun terlihat menggemaskan di matanya. Meskipun kekasihnya saat ini memiliki wajah yang berbeda, namun di dalam lubuk hatinya merasakan hal yang sama seperti delapan tahun yang lalu.
Sebelum maut memisahkan mereka.
"Bagaimana kalau bekal ini kita makan berdua saja? Sudah lama bukan kita tidak makan satu bekal berdua?" Ujar Jaemin, membujuk kekasihnya.
Renjun terlihat berpikir. "Hmm, baiklah." Balas Renjun akhirnya.
Jaemin menyuapkan sendok nya yang berisi makanan ke mulut Renjun, dan yang disuap menerima dengan membuka mulutnya lebar-lebar. Kemudian mengunyahnya hingga mulutnya yang berisi makanan menyebabkan pipinya mengembang dan bergoyang mengikuti kunyahan nya.
Jaemin juga menyuapkan sendok yang sudah berisi makanan ke dalam mulutnya, mengunyah pelan sembari mengenang kembali masa-masa delapan tahun yang lalu.
Melepas rindu makanan buatan kekasihnya.
"Bagaimana? Enak, tidak?" Suara kekasihnya menginterupsi Jaemin dari lamunannya.
"Perlukah aku menjawab pertanyaan yang sudah kamu ketahui jawabannya?" Tanya Jaemin.
"Tentu saja!" Seru Renjun bersemangat. Meskipun ia sudah tahu jawabannya, tetap saja ia menginginkan pujian yang keluar dari mulut kekasihnya yang sudah lama tidak ia dengar.
"Ini adalah rasa terbaik dari yang terbaik. Memang kekasihku ini koki yang sangat handal." Ucapnya sembari mengacungkan kedua jempolnya untuk menunjukkan betapa bangganya ia terhadap makanan yang dibuat kekasihnya itu.
Renjun yang mendengar pujian itu pun tersenyum malu.
"Nana-ya." Panggil Renjun, wajahnya sedikit memancarkan keseriusan.
"Iya, Injun-ie?" Balas Jaemin sambil menatap ke dalam mata kekasihnya dengan senyumannya yang lembut.
"Bagaimana hari-hari Nana selama Injun pergi?"
Pertanyaan Renjun membuat senyuman Jaemin perlahan memudar, dilanjutkan tatapannya yang sedikit memancarkan kesedihan.
Jaemin menghela nafasnya perlahan. Beban yang selama ini ia timbun mencuat kembali hingga membuatnya sulit bernafas.
"Injun tahu? Saat mendengar Injun mengalami kecelakaan, dunia Nana terasa seperti diterjang badai. Dan mendengar Injun meninggal di tempat kecelakaan, membuat dunia Nana seketika runtuh. Nana seperti kehilangan alasan untuk tetap hidup. Rasanya Nana ingin segera menyusul Injun. Tapi Nana sadar, Injun tidak akan menyukai keputusan Nana untuk menyusul Injun." Jaemin menunduk dalam-dalam. Mengenang kembali masa lalunya bukanlah hal yang mudah untuknya.
"Maafkan Injun, Nana. Saat itu Injun mencoba mengejar Nana karena ingin mengembalikan topi yang Nana pinjamkan."
Jaemin terkejut mendengar alasan Renjun mengejarnya.
Jadi, karena aku, Injun mengalami kecelakaan?
Seolah mengetahui arti raut wajah Jaemin, Renjun pun menambahkan,
"Injun menyeberang saat lampu tanda berjalan menyala kok, jadi mengejar Nana bukanlah alasan Injun mengalami kecelakaan. Tapi, karena mobil yang melaju cepat saat Injun menyeberanglah yang membuat Injun tidak sempat untuk menghindar. Nana tidak perlu menyalahkan diri."
Tidak mau melihat kekasihnya jadi merasa bersalah karena telah menceritakan kecelakaannya dan membuat Jaemin sedih, Jaemin pun tersenyum.
"Baiklah, Nana tidak akan menyalahkan diri sendiri." Ucapnya.
Tentu Renjun senang mendengarnya. Tidak mau membuat suasana sedih ini berlanjut, Renjun pun mengalihkan topik pembicaraan.
"Lalu bagaimana sekarang? Apakah Nana sedang berpacaran dengan seseorang? Karena bagaimanapun, Nana-ku ini tampan. Jadi, tidak mungkin mereka-mereka di luar sana membiarkan pria tampan ini sendirian ke sana ke mari." Tanya Renjun dengan kalimat candaan sambil tertawa. Meskipun di sisi lain ia juga khawatir mendengar jawaban Jaemin.
"Apa-apaan pertanyaanmu itu? Bagaimana bisa Nana pacaran dengan orang lain? Kita bahkan bukan berpisah karena putus, jadi status Nana sampai saat ini masih pacar Huang Renjun. Kalau saat ini Nana pacaran dengan orang lain, bukankah itu artinya Nana sedang selingkuh? Injun kan tahu Nana benci selingkuh." Omel Jaemin, tidak terima dengan pertanyaan kekasihnya itu.
Renjun terkekeh mendengar kekasihnya merajuk.
"Jadi kalau kita putus, Nana akan mencari pacar baru?" Godanya.
"Tentu saja tidak, karena itu tidak akan terjadi. Bagaimanapun, Nana berjaji akan mencintai Injun selamanya, jadi Injun percaya saja sama Nana." Bantah Jaemin.
Raut wajah Renjun sedikit memudar mendengarnya, meskipun senyuman masih terpapar di wajahnya.
Bolehkah ia berharap?
Kemudian mereka melanjutkan makan sembari mengenang masa lalu dan perjalanan mereka, sesekali mereka tertawa saat salah satu dari mereka menceritakan pengalaman yang menurut mereka lucu.
.
.
.
~♡~
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To First Love || 잼런 • 지천 [✓]
ФанфикTidak apa berbohong. Aku tidak mau kembali lagi kalau Nana tahu aku mencuri tubuh orang lain. Tidak untuk saat ini. "Kamu percaya reinkarnasi?" _____ Status: Completed [Prolog + 37 part + Bonus (5 part) + From author (3 part)] Rating: PG +15 Main pa...