Tidak apa berbohong. Aku tidak mau kembali lagi kalau Nana tahu aku mencuri tubuh orang lain. Tidak untuk saat ini.
"Kamu percaya reinkarnasi?"
_____
Status: Completed [Prolog + 37 part + Bonus (5 part) + From author (3 part)]
Rating: PG +15
Main pa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
.
"Yangyang, di mana Chenle?" Tanya Jisung saat berada di kelas Chenle namun yang terlihat hanyalah Yangyang seorang yang tengah bersiap-siap pulang.
"Aku tidak tahu, dia sudah keluar sedari tadi dan tidak menitip pesan apapun padaku." Ucap Yangyang.
"Oh, aku ingat sesuatu. Tadi saat keluar kelas, dia pergi ke arah kiri, bukan ke arah kanan. Sepertinya dia pergi ke toilet atau mungkin ke ruang guru." Ucap Yangyang setelah mengingatnya kembali.
"Baiklah. Terima kasih banyak, Yangyang."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Na Ssaem." Panggil Chenle di dekat meja Jaemin, membuat Jaemin yang tengah merapihkan mejanya sebelum pulang menghentikan kegiatannya dan mengalihkan perhatiannya ke muridnya.
"Ada apa Chenle?"
Chenle terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu, membuat Jaemin penasaran dengan apa yang hendak Chenle katakan.
"Tidak apa-apa, katakan saja pada saya. Kalau kamu ragu karena takut saya marah, hilangkan keraguanmu itu. Saya tidak mungkin memarahi murid saya." Ucap Jaemin lembut sambil tersenyum, menenangkan Chenle yang ternyata usahanya membuahkan hasil.
"Saya mau minta maaf. Maaf karena saya menyebabkan Na Ssaemkehilangan Renjun Hyung dua kali." Chenle menundukkan kepalanya, merasa bersalah.
"Apa maksudmu, Chenle?" Tanya Jaemin bingung karena yang ia tahu Chenle hanya sekali membuat Renjun pergi dan itu terjadi kemaren, bahkan itu bukan salahnya karena dia memang berhak atas tubuhnya itu.
"Semalam, ingatan saya mengenai delapan tahun lalu kembali lagi."
Jaemin terdiam menunggu Chenle melanjutkan kalimatnya.
"Ternyata yang menyebabkan Renjun Hyung mengalami kecelakaan adalah saya."
Oke, kali ini Jaemin tidak bisa menahan rasa terkejut saat mendengarnya. Namun dengan cepat dia berusaha berubah tenang. "Bagaimana bisa?" Tanyanya tanpa ada nada-nada menekan, membuat Chenle merasa seperti mendapatkan keberanian untuk melanjutkan kalimatnya.
"Delapan tahun lalu saat pulang dari supermarket, saya merengek karena tidak dibelikan mainan oleh kedua orang tua saya, membuat Appa saya kesulitan untuk fokus menyetir sampai tidak tahu kalau lampu lalu lintas berwarna merah dan menabrak seseorang yang ternyata itu Renjun Hyung."
Jaemin kembali terkejut, dan ia tidak bisa menahan wajahnya yang sangat terkejut itu saat mendengar cerita Chenle.
"Saya juga membuat Renjun Hyung meninggalkan Na Ssaemuntuk yang kedua kalinya dengan meminta Renjun Hyung untuk mengembalikan tubuh saya." Lanjut Chenle, keberanian yang tadi ia dapat tiba-tiba menghilang meninggalkan rasa bersalah yang teramat dalam kepada guru di depannya yang menatap dirinya dengan raut wajah terkejut dan ia kembali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Sungguh, fakta ini benar-benar sulit diterima Jaemin. Tapi Jaemin juga tidak mungkin marah pada muridnya, untuk apa? Semua sudah terjadi, ia juga sedang ditahap menerima kepergian cinta pertamanya itu.
Jaemin memegang kedua bahu Chenle, membuat yang punya tersentak. Kemudian kedua tangan itu meremat bahu itu, namun bukan rematan menyakitkan, melainkan rematan lembut yang membuat Chenle nyaman dan memberanikan diri menatap gurunya.
Gurunya tengah tersenyum sambil menatapnya lembut.
"Tidak apa-apa Chenle-ya. Kepergiannya adalah takdir, bukan karena salahmu. Saya yang seharusnya berterima kasih kepadamu. Karena berkatmu, saya bisa kembali bertemu dengan cinta pertama saya. Terima kasih sudah membiarkan kami bertemu walau hanya seminggu. Itu sudah lebih dari cukup." Ucap Jaemin lembut, mengangkat semua beban pikiran Chenle.
Tanpa sadar Chenle menangis, menangis karena lega, menangis karena bersyukur gurunya tidak marah padanya.
Jaemin menepuk pelan punggung Chenle, berusaha menenangkan muridnya.
Tiga menit pasca moment tangis menangis, Chenle keluar dari ruang guru bersama Jaemin. Saat berada di pintu, mereka terkejut karena ada Jisung yang tengah menatap mereka tanpa ekspresi.
"Chenle, Jisung, saya pulang duluan. Kalian hati-hati di perjalanan pulang nanti, ya." Ucap Jaemin sebelum pergi meninggalkan mereka.
"Baik, Ssaem. Terima kasih banyak." Balas Chenle sambil menunduk hormat, begitupun Jisung meski tidak menjawab perkataan gurunya.
Jaemin mengangguk dan berjalan menjauh meninggalkan mereka berdua.
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.