0.1

5.4K 603 94
                                    

Hal yang kumengerti saat mencintainya hanyalah cibiran dan pandangan remeh yang kudapatkan. Memangnya apa yang salah dengan perasaan ini? Aku hanya sedang jatuh cinta dan menginginkan cinta yang nyata sebagai balasannya. Akan tetapi yang aku dapatkan darinya adalah kata menunggu dan bukan menjadi prioritas.

Konyol memang.
Jika ia mencintaiku seharusnya ia akan datang padaku untuk mendapatkan afeksi. Namun, kenyataannya ia sama sekali tak datang. Ia memilih pergi dengan yang lain dan mencari afeksi disana. Lantas, gunaku disini untuk apa? Hal itulah yang membuatku bertanya -tanya.

Namun, aku tetap menunggu seperti apa yang ia minta. Menunggu tanpa tahu sampai kapan, menunggu untuk sesuatu yang sebenarnya tak ingin ditunggu. Walau mengetahui sia-sia, aku tetap memilih keras kepala. Berharap ia akan berjalan berbalik dan menghampiriku. Karena hanya hal ini yang bisa kulakukan untuknya, bukan?

"Kalian tahu tidak, tadi gue liat Jeno sama Jaemin sumpah so sweet banget. Bikin iri banget, Jaemin enak banget ya dibucinin sama Jeno. Kemana -mana ditemenin"

"Lah iya, enak banget jadi Jaemin disayang sama Jeno"

"Cocok banget dah fix couple goals banget"

Selalu saja pernyataan itu yang menyambangi indra pendengaranku. Sampai kapan ini akan terus berlanjut? Selama kuketahui, ia tak pernah memiliki waktu untukku, selalu banyak alasan yang akan ia berikan padaku saat aku membutuhkan sosoknya disisiku. Menatap punggungnya yang kian menjauh adalah hal yang begitu membekas pada benak ini. Ia hanya selalu memberiku punggung dingin padahal aku selalu mengharapkan dekapan hangatnya walau itu hanya sejenak.

Waktunya terlalu luang untuk sosok itu. Akan tetapi waktunya selalu penuh untukku yang notabenenya adalah kekasihnya. Konyol namun, menyakitkan.

"Jeno, bisakah kita bertemu? Sebentar saja ngga masalah. Aku kangen..."pintaku setengah memohon. Berharap kali ini ia akan mengiyakan keinginanku.

"Sorry Jun, gue udah ada janji sama Jaemin. Gak enak tiba -tiba batalin, lain kali aja ya?" Ungkapnya dengan sesal. Akan tetapi aku tak yakin ada rasa sesal disana. Tak bisakah ia mendahulukan inginku untuk sekali saja? Memohon seperti ini rasanya begitu menyesakkan.

"Tapi entar kita jadi balik bareng kan?" Setidaknya masih ada alasan lain agar kamu bisa bertemu. Aku harap Jeno dapat mengusahakan keinginanku ini. Kumohon untuk mengiyakan, jangan ditolak lagi.

"Lo balik pake grab aja ya Jun, ntar gue mau sekalian soalnya keluar sama Jaemin. Ngga enak ntar sama dianya, takut ngga nyaman nanti"

Tutt Tuutt
Sambungan telepon itu terputus dengan sepihak. Kutatap dengan nanar kearah ponselku yang telah mati tersebut. Harus sampai kapan Huang Renjun? Sampai kapan mau menjadi dungu seperti ini?

Lee Jeno, jika ingin berakhir harusnya kamu melakukan dengan cara yang benar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔️]Rent a Boyfriend | JaerenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang