Chapter 22

1.4K 201 153
                                    

Akaashi terbangun dari tidurnya. Hari ini dia merasa kalau tubuhnya sudah mulai agak membaik. Jadi dia memilih untuk bangkit dan meregangkan tubuhnya sebentar. Dia melihat ke sebelah kanannya, tapi hasilnya nihil. Tidak ada siapapun di sebelah kanannya.

'Perasaan kemarin aku habis tidur bareng Rava-san deh.. Apa kemarin cuma mimpi?' pikir Akaashi

Daripada terlalu terlarut dalam pikirannya, Akaashi bergegas menuju kamar mandi. Ya tau lah,, mau ngapain.. Jelas mandi lah.

//entah kenapa, aku pingin ngintip Akaashi pas mandi.gg

Setelah selesai mandi, Akaashi keluar dari kamar mandi. Niatnya Akaashi ingin mengambil seragam di kamarnya. Akaashi hanya memakai celana yang pendeknya setengah paha dan memakai kaos tipis, soalnya Akaashi mengira kalau sedang tidak ada orang di rumah, kecuali dirinya.

CKLEK!

Akaashi membuka pintu kamarnya. Dia melihat ke sekeliling kamarnya yang sangat berantakan. Sebenarnya Akaashi malas sekali jika harus berurusan dengan suasana kamar yang seperti ini, tapi karena Akaashi anak rajin, dia memutuskan untuk merapikan kamarnya yang sudah seperti kapal pecah. Kapal pecah? Eh tunggu sebentar, Akaashi mencoba mengingat-ingat lagi kejadian yang terjadi kemarin malam.

'Apa jangan-jangan kemarin malam itu bukan mimpi? Apakah aku bertemu Rava-san? Apakah Rava-san ada disini? Apakah aku bercanda bersamanya? Apakah aku tidur bersamanya juga? Ehhh...' tanya Akaashi bertubi-tubi sampai-sampai wajahnya menjadi memerah

Akaashi mulai merapikan benda yang berserakan satu persatu. Saat akan merapikan ranjangnya, dia baru saja kepikiran, 'Dimana Rava-san berada? Ah mungkin dia sudah pulang'

Akaashi mulai menyibak selimut yang dikiranya di balik selimut itu tadi adalah guling, eh ternyata salah. Yang sembunyi di balik selimut adalah orang yang sedari tadi dicarinya.

"Rava-san..." ucap Akaashi pelan

Karena merasa ada yang memanggil, Rava langsung grasak-grusuk dan membuka matanya perlahan. Dilihatnya sosok yang berada di depannya dari atas sampai bawah. Mata Rava langsung terbuka lebar dan secara mendadak rasa kantuknya telah menghilang.

"CANTIIIIKKKK!!!!!!" teriak Rava sambil bangkit dari posisinya dan langsung menghambur memeluk Akaashi

Akaashi jadi bingung, "E-eh i-iya Rava-san.."

Mata Rava tanpa sengaja melihat jam dinding yang berada di belakang Akaashi. Jam dinding itu menunjukkan pukul 06.35. Rava melotot, tidak percaya kalau ternyata sejak tadi dia ngaret dan rebahan terus.

"TIDAAAAAAAKKKKK!!!" teriak Rava sambil melepaskan pelukannya dan tangannya beralih ke kedua bahu Akaashi

"GIMANA INI!? GIMANA INI!? GIMANAAA INIIII!!!?????" lanjut Rava sambil mengguncang bahu Akaashi

Akaashi sebenarnya merasa kalau telinganya udah kelelahan mendengar teriakan Rava yang sangat menggelegar. Tapi, untung aja teriakan Rava tidak sekeras Bokuto, kalau sekeras Bokuto mungkin Akaashi sudah tutup telinga.

Akaashi mencoba bertanya lagi saat Rava sudah mulai tenang dan berhenti mengguncang bahunya, "Jadi ada apa lagi, Rava-san?"

"Akan ada matkul jam setengah 8 nanti.." jawab Rava sedih

Akaashi menghela napas, kemudian tersenyum dan memegang bahu Rava, "Rava-san sekarang siap-siap dulu aja ya.."

"T-tapi.. Aku pasti akan terlambat, cantik.. Soalnya Chuo University jauh dari sini.." kata Rava sambil memanyunkan bibirnya

"Lebih baik Rava-san terlambat.. Daripada tidak mengikuti matkul sama sekali. Nanti nilainya dikurangi sama dosen loh.." perjelas Akaashi

Bukannya menjawab iya, Rava malah tambah cemberut dan bibirnya menjadi lebih manyun sepanjang 1000 kilometer.ggg. Sedangkan Akaashi, mengabaikan Rava yang sedang dalam emo mode dan mendorongnya menuju kamar mandi.

Perasaan Yang Tertukar? ¦¦ BokuAka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang