PART 8

138 23 53
                                    

"Mau gak?" Ajak Ray kembali.

"Ini buat bahan manasin lagi?" Tanya Elsa dengan mengangkat satu halisnya.

Ray yang mendengar pertanyaan Elsa mengembangkan senyumannya dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Ini sebagai ucapan terimakasih gua ke lu," jawab Ray mencoba memberanikan diri.

"Terimakasih buat apa?" Tanya Elsa merasa dirinya tidak melakukan apapun.

"Lu udah bikin gua tenang El," ucap Ray dengan menatap Elsa.

Deghh!

Lagi dan lagi Elsa dibuat terkejut dengan ucapan Ray, pikirannya semakin tidak karuan ketika melihat Ray yang mulai berani terbuka kepadanya.

"Gua tau rasanya jatuh dan terluka dan gua ngerti banget di posisi lu saat itu."

Ray mengembangkan senyumannya, "Jadi? Mau gak gua anterin?" Elsa mengangguk mengiyakan.

Elsa dan Ray telah berjalan mengitari koridor sekolah menuju parkiran yang tepatnya ada di gedung belakang sekolah. Sepanjang perjalanan keduanya hanya saling diam, Elsa sesekali melirik ke arah Ray yang sejak tadi pandangannya hanya lurus ke depan, bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Kenapa El?" Ray menyadari bahwa dirinya sedang di tatap oleh Elsa.

"Lu udah berani banyak ngomong ya sekarang?" Tanya Elsa keheranan melihat sikap Ray yang mulai berubah.

"Sama aja, masih malu," jawab Ray dengan singkatnya.

Elsa yang mendengarnya berdecak sebal, ternyata Ray masih sama seperti pertama kali keduanya bertemu di rooftop sekolah.

Elsa terus menggerutu dalam hati, mengingat Ray yang sangat sulit di tebak baginya. Sedangkan Ray yang semula tengah sibuk memainkan kunci motornya tiba-tiba menghentikan langkah kakinya, kedua mata Ray menatap tajam ke depan. Elsa yang melihatnya ikut menghentikan langkah kakinya, Elsa dapat melihat dengan jelas tatapan Ray yang sangat berbeda, seperti menahan marah.

Elsa mengikuti arah pandang Ray, tepat di depan keduanya terlihat ada kaka kelasnya, dia adalah Jane dengan seorang laki-laki di sampingnya yang kini menjadi pacarnya sedang berjalan menuju parkiran sekolah.

Elsa melirik ke arah Ray yang masih menatap lurus ke depan, "Ray?" Panggil Elsa dengan pelannya.

"Mending kita ke kan ---."

"Ayo pulang," ajak Ray dengan kembali melangkahkan kakinya.

Elsa membelalakan kedua matanya, merasa kesal dengan Ray yang memotong ucapannya. Namun, di satu sisi Elsa dapat merasakan apa yang sedang di rasakan oleh Ray saat ini. Marah dan sedih itu sangat jelas terlihat di kedua bola matanya, sedangkan Ray berusaha menutupi itu semua.

"Gak bawa helm El?" Tanya Ray tepat di depan motornya.

"Ngapain gua bawa, kan sekolah gua di anterin."

"Yaudah kita lewat jalan lain aja," jawab Ray yang sudah menaiki motor kesayangannya.

"Ayo naik," ucap Ray yang melihat Elsa masih berdiri di sampingnya. Sedangkan Elsa hanya mengangguk dan menaiki motor Ray.

Ray mulai melajukan motornya dengan raut wajah yang menampakkan sebuah kekesalan. Elsa yang melihatnya hanya menghembuskan nafas panjang.

Di sisi lain Jane yang sedang sibuk memakai helm pandangannya teralihkan ketika Ray melewatinya tanpa menoleh ke arahnya sedikit pun. Jane sempat terkejut melihat Ray membonceng seorang perempuan yang belum pernah ia liat sebelumnya. Namun, di satu sisi Jane tersenyum puas melihat Ray akhirnya dapat lepas sepenuhnya darinya.

Circle of FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang