Peringatan!
Maafkan typo yang bertebaran
Gambar yang di atas merupakan ilustrasi yang terjadi di setiap partnya ya
Yuk!
Pertajam halunya----------------------
Elsa menundukkan kepalanya dan beberapa kali menghembuskan nafasnya kencang, mencoba menenangkan hati dan pikirannya.'Saat genggam tangan lu, hati gua adem El,' gumam Ray dalam hati dengan menatap Elsa dengan tatapan penuh arti.
"Gu ... gua ke kelas duluan ya," Elsa yang menyadari dirinya di tatap oleh Ray merasa gugup dan lebih memilih pergi meninggalkan Ray menuju kelasnya.
"El gak akan bareng?" Ray terkekeh dan terus menggoda Elsa yang sudah berjalan mendahuluinya.
"Ngga," jawab Elsa singkat dengan terus berjalan tanpa menoleh ke arah Ray yang berada di belakangnya.
Ray semakin mempercepat tempo berjalannya menyusul Elsa, "Yakin nih gak akan bareng?" Tanya Ray sekali lagi dengan menyenggol pundak Elsa pelan menggodanya.
Elsa berdecak sebal mulai kesal dengan tingkah Ray yang sudah berani menggodanya.
"Engga Ray," ucap Elsa sekali lagi, lalu berlari secepat mungkin meninggalkan Ray.
Ray terkejut sejenak dengan sikap Elsa yang berlari meninggalkannya begitu saja. Sejak pertama bertemu dengan Elsa di rooftop sekolah, Ray dapat melihat bahwa Elsa bukan hanya seorang perempuan yang terlihat cantik, tapi menurutnya Elsa seorang perempuan yang dewasa, bahkan berkat ucapannya Ray mampu membuka pola pikirnya yang sempat kehilangan akal sehatnya hanya karena putus cinta. Elsa perempuan yang kuat, tidak ingin di tindas begitu saja dengan siapapun itu. Namun, dari semua sikapnya itu, Ray sungguh tidak percaya bahwa Elsa memiliki sikap yang begitu menggemaskan dan berhasil membuat Ray selalu ingin di sampingnya.
Tepat di depan pintu kelas XI-Ipa3, dengan nafas yang masih terengah-engah Elsa menoleh ke sekelilingnya, memastikan bahwa Ray tidak mengikutinya atau menyusulnya. Elsa terdiam menatap lurus melihat ke depan, memikirkan sikap Ray yang jauh berbeda. Ray seorang laki-laki pemalu, bahkan Elsa masih sangat ingat awal pertama Ray mengajaknya berkenalan dan bertemu untuk pertama kalinya dengannya. Ray tidak banyak berbicara, bahkan menatap Elsa pun ia enggan.
'Sial kenapa jadi ngebingungin gini si,' gerutu Elsa dalam batinnya.
"ELSA!" Teriakan Fia berhasil membuyarkan lamunan Elsa.
Fia melambaikan satu tangannya di dalam kelasnya, terlihat Dini juga yang sudah duduk di bangkunya dengan menatap Elsa yang masih berdiri di pintu kelas.
"Kenapa?" Tanya Elsa, mulai menghampiri kedua temannya.
"Lu udah ada hubungan ya sama Ray?" Tanya Dini dengan memainkan kedua halisnya.
"Apaan si? Masih pagi udah gosip," jawab Elsa dengan menaruh tasnya di atas mejanya dan duduk di bangkunya.
"Gua tadi pagi liat lu berangkat bareng Ray," bisik Fia pelan, tidak ingin ucapannya membuat heboh seisi kelas.
Elsa menatap kedua temannya secara bergantian, entah sejak kapan kedua temannya selalu ingin tau masalah pribadinya.
"Enak banget jadi lu, baru sebulan sekolah disini udah dapet cowo aja," celetuk Fia dengan memajukan bibir bawahnya.
Elsa terkekeh melihatnya, Fia memang selalu berhasil membuat Elsa dan Dini tertawa oleh tingkahnya.
"Gua sendiri aja gak tau, tiba-tiba Ray udah di depan rumah gua aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle of Feelings
Teen FictionAku memang tidak mencintaimu, bahkan dengan lantangnya aku bisa mengatakannya. Tapi ... Mengapa aku merasa tidak suka ketika melihat mu dengan seseorang yang mungkin dia jauh lebih baik dariku bahkan bisa membahagaikanmu. ~ Jane Widiawati Kamu yang...