Peringatan!
Maafkan typo yang bertebaran
Gambar yang di atas merupakan ilustrasi yang terjadi di setiap partnya ya
Yuk!
Pertajam halunya----------------------
Jakarta penuh dengan warna. Serba serbi kehidupan tersaji disana. Semua profesi juga dilakukan disana. Kota yang menjadi pilihan utama mereka yang ingin meraih masa depan yang lebih baik. Jakarta memang memiliki magnet besar yang mampu menarik masyarakat seluruh Indonesia untuk mencari rejeki. Tak heran jika setiap tahun penduduk kota Jakarta semakin bertambah.
Salah satu kesan pertama tentang kota Jakarta adalah macet. Macetnya jalanan di Jakarta tidak kenal waktu. Mulai dari pagi, siang bahkan hingga malam jalanan masih saja padat. Seperti aktifitas yang mereka jalani tidak kenal waktu dan tidak ada hentinya.
Ray dengan sepeda motor kesayangannya sedang melaju di tengah kemacetan kota Jakarta, bersama seorang perempuan di belakangnya. Terik sinar matahari sangat menusuk hingga tembus ke dalam kulit, membuat Ray ingin segera sampai menuju rumahnya. Namun, ada yang lebih Ray khawatirkan saat ini. Seorang perempuan yang ia boncengi sedari tadi hanya diam, tidak seperti biasanya yang selalu ribut akan sesuatu yang ia lihat di sepanjang jalan.
Ray mengarahkan kaca spionnya tepat di wajah seorang perempuan di belakangnya. Seperti biasa Ray selalu tersenyum ketika melihat wajahnya. Bagi Ray, ia terlihat sangat cantik bahkan semakin cantik dan begitu menggemaskan.
"El!" Panggil Ray dengan lembutnya. Namun, Elsa tidak menoleh ke arahnya sedikitpun. Seperti sedang memikirkan sesuatu.
Melihat Elsa yang tidak meresponnya sama sekali Ray menghentikan motornya di pinggir jalan.
"Ko berhenti?" Elsa tersadar ketika Ray menghentikan sepeda motornya.
Ray memalingkam wajahnya menatap Elsa lekat, "El, maaf kalau ungkapan gua bikin lu gak nyaman."
Elsa memberikan setengah senyumannya, "Apaan si lu? Santai aja kali," kekeh Elsa mencoba untuk bersikap biasa saja.
Ray menyipitkan kedua matanya menatap Elsa, "Beneran lu gapapa?"
"Iya gua gapapa, ayo jalan panas nih," keluh Elsa mengingat hari ini cuaca memang begitu panas.
Ray mengangguk mengiyakan dan kembali mengendari sepeda motornya meneruskan perjalanannya yang sempat tertunda.
* * * * * *
Ray memarkirkan motornya tepat di depan rumah Elsa. Rumah yang terlihat lumayan besar dan terhitung luas dengan taman kecil terlihat di depan rumahnya yang di hiasi berbagai macam tanaman hias dan bunga.
Elsa beranjak turun dari motor Ray, dan mengembalikan helm miliknya.
"Makasih ya Ray," kata Elsa, lalu melangkahkan kakinya menuju rumahnya.
Ray mengerutkan keningnya, tidak biasanya Elsa masuk ke dalam rumahnya sebelum Ray pamit pergi dari rumahnya.
"El!"
Elsa seketika menghentikan langkah kakinya, wajahnya menunduk dan menghembuskan nafas berat.
"Kenapa?" tanya Elsa singkat.
"Lu marah sama gua?"
Elsa hanya menggelengkan kepalanya.
"Lu gak mau jawab soal perasaan gua?" tanya Ray dengan hati-hati.
Elsa menengadahkan kepalanya menatap Ray. Jantungnya kembali berdetak kencang, Ray kembali berhasil membuatnya merasa kebingungan, hati dan pikirannya selalu bertolak belakang jika itu mengenai Ray.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle of Feelings
Teen FictionAku memang tidak mencintaimu, bahkan dengan lantangnya aku bisa mengatakannya. Tapi ... Mengapa aku merasa tidak suka ketika melihat mu dengan seseorang yang mungkin dia jauh lebih baik dariku bahkan bisa membahagaikanmu. ~ Jane Widiawati Kamu yang...