"Nona Sakura! Dia sudah siuman!" Ucap salah satu perawat yang mengawasi gadis itu.
"Syukurlah... Sudah 1 Minggu dia tidak sadarkan diri." Ucap sakura bahagia. "Ino, Sai... Aku pastikan dulu kondisinya. Jika sudah memungkinkan kalian bisa melihaat langsung." Sai dan inojin mengangguk cepat. "Aku permisi dulu, kalian bisa menunggu didepan ruangannya jika mau." Pamit sakura lalu melangkahkan kakinya keluar ruangan.
Gadis yang ditaksir sebaya dengan Boruto dan Sarada itu mengalami banyak luka lebam, Aliran cakranya terbalik hal itu sudah dipastikan Hinata. Dan telah ditangani demi kelangsungan hidupnya.
Naruto akan mengambil keputusan setelah gadis itu dinyatakan aman dan tidak mengancam jikalau ia diberikan izin untuk menjadi warga Konoha.
"Dimana aku?" Tanya gadis itu pelan.
"Sekarang kau ada dirumah sakit. Kau harus?" Tanya sakura saat telah berdiri dihadapan gadis itu. Gadis didepannya nampak terkejut. "Tenang kau sudah aman disini."
Gadis itu memejamkan dan membuka matanya beberapa kali. Netra hijaunya menatap tak percaya dengan sosok Sakura dihadapannya. "Anda istri kak Sasuke uchiha!" Tanya gadis itu.
Sakura mengerutkan alisnya. "Kau mengenalku?" Tanyanya bingung. Bukannya gadis ini berasal dari lubang waktu bagaimana bisa ia mengenal dirinya.
Gadis itu menyibak selimutnya, mencabut kasar infus yang terpasang ditangannya. "AWSSS!" Pekiknya kuat. Semua perawat terkejut dengan aksi tiba-tiba gadis itu.
"Kau mau kemana?" Tanya sakura yang belum paham tingkah bocah dihadapannya.
Gadis itu hanya diam, lalu bergerak menuruni brankar yang ia tiduri selama seminggu itu. Berjalan tertatih menuju arah jendela yang ditutupi gorden tipis. Tangannya bergerak menyibak gorden transparan dan terpampanglah suasana Desa Konoha dengan jajaran patung Naruto yang paling ujung. "Ini Konoha... Zaman pimpinan Naruto Uzumaki!" Ucapnya terkejut.
Sakura yang mendengar suara gadis itu semakin bingung. "Sepertinya kau tahu banyak, gadis kecil."
"Apa maksudmu gadis kecil?"
"Lihat tubuhmu, aku harus memanggilmu apa bibi. Ayo kembali keranjang mu. Kau belum pulih." Ucap sakura menggendong paksa gadis itu lalu kembali meletakkannya dibrankar.
"Lepas! Aku tidak mau dipasangkan infus ini!" Pekik gadis itu sambil terus meronta-ronta. Sakura memberikan kode agar gadis itu diberikan suntikan penenang.
"Perbaiki infusnya, aku ingin menyampaikan sesuatu kepada ini dan sai. Jaga dia dengan baik jangan sampai kabur." Titah sakura lalu membuka pintu keluar.
"Ada ribut-ribut apa didalam?" Tanya Ino penasaran.
"Kalian boleh masuk, sepertinya kalian bisa menggali informasi besok. Dia baru saja diberi suntikan penenang!"
"Baik. Apa dia ada mengatakan sesuatu. Atau ada reaksi yang cukup janggal?" Tanya Sai sebelum masuk.
Sakura menghela nafas. "Dia mengenal aku dan desa. Dan sikapnya seperti tidak terima dipanggil gadis kecil, padahal umurnya sebaya dengan anak anak kita." Jelas sakura pelan. Sai dan Ino mengangguk mengerti.
•••
"Hai bagaimana keadaanmu sudah baikan?" Ucap Ino setelah duduk dihadapan gadis itu. Kemarin mereka memang tidak bisa menanyakan apa-apa dikarnakan gadis ini dibuat pingsan.
Tapi sekarang gadis ini sudah lumayan pulih dan baru selesai makan dan meminum obatnya.
"Kau mengenal kami?" Tanya Sai sambil menunjuk dirinya dan sang istri. Ruangan gadis ini sudah kosong, demi kelancaran introgasi dan agar tidak bocornya informasi penting nantinya.
Gadis itu mengangguk pelan. "Kak Sai dan bibi ini!" Jawab gadis itu cepat.
Muka Ino memerah apa maksudnya tadi memanggil suaminya dengan sebutan kakak tapi dirinya dengan sebutan bibi. Setua itukah dirinya?
Sai yang menyadari perubahan istrinya mengelus tangan istrinya untuk tenang. Ino mendesah berat, yasudah mau bagaimana lagi demi misi ia harus sabar.
Mereka berdua menanyakan beberapa informasi masi umum sampai terperinci.
Seperti misalnya "mengapa kau bisa tahu tentang kami dan Konoha?" Gadis itu menjawab dengan entengnya."Aku membacanya dibuku kuno. Dijaman aku tumbuh kalian semua sudah menjadi lagenda sehingga aku kurang lebih tahu apa yang terjadi setelah perang maupun sebelum perang. Dijaman kami Ninjutsu tidak berfungsi lagi, sudah dilupakan." Jelas gadis itu lancar.
"Lalu bagaimana kalian hidup? Maksudku tanpa Ninjutsu--"
"Dijaman kami kebanyakan orang bergantung pada teknologi sains. Sehingga perkembangannya sangat tinggi. Hal ini membuat orang-orang tidak lagi berminat menjadi Shinobi. Shinobi dijaman kami sangat langka. Hanya segelintir orang yang memiliki dan itu dianggap keajaiban. Pada saat perang kami hanya mengandalkan teknologi tidak ada yang namanya Shinobi kami hanya dibantu beberapa samurai dan sumo."
"Lalu bagaimana kau bisa datang kesini?" Tanya inojin sambil mencatat points penting.
"Aku keturunan bangsawan dan hanya kami yang boleh mempelajari peninggalan masa lampau tidak hanya itu keturunan sah bangsawan banyak diberi hak-hak istimewa. Hal ini membuat segelintir orang marah dan menyerang orangtuaku. Mereka dibantu istri simpanan ayah menyerang ibuku sampai mati. Pada saat itu ayah sedang kunjungan keluar sehingga ia selamat dan tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi kami. Aku ditawan dan disiksa sedangkan ayah menikahi secara sah istri simpanannya itu. Aku putus asa tapi bayangan ibu selalu membuatku tegar. Ibu sering bercerita bahwa kakek buyutnya adalah Shinobi yang hebat. Ibu bilang kebaradaaku pasti akan dihargai dijaman itu. Orang-orang menganggap lagenda tentang keberadaan kalian hanya mitos yang dibuat-buat. Tapi berbeda dengan ibu dia percaya dan yakin."
Gadis itu menarik nafas lalu tersenyum. "Masyarakat setempat pernah bilang bahwa hutan kematian yang berada dibawah tebing desa adalah pintu menuju dunia lain. Tapi hal itu hanya berfungsi untuk orang yang mempunyai hati yang suci dan kepercayaan yang tinggi tentang sesuatu."
"Pada suatu hari ketua organisasi yang memberontak itu berniat menikahi ku. Dia adalah kakak kandung dari ibu tiri ku. Aku bertingkah seolah tak masalah, penjagaan mulai kendur dan disitulah aku mulai melancarkan aksiku untuk kabur. Aku dikejar dan berakhir di tebing hutan yang dianggap keramat. Mereka berhasil mengepung ku, tanpa fikir panjang aku melompat disana."
"Apa yang kau rasakan?" Tanya Ino disela-sela Cerita.
"Aku melihat tubuh ku jatuh pada kegelapan yang panjang, tubuhku seperti didesain ulang rasanya begitu sakit. Setelah sakit yang luar biasa itu aku melihat suatu cahaya yang terang dan berakhirlah aku disini."
Double up :)
Please vote yang ini dan sebelumnya!
Jangan dilongkahin;vJadi aku minta saran sama all readers aku: -Baik itu yang lama dan yang baru
-yang setia maupun yang baru dideraJadi kalian mau cerita sachie ini dijelaskan secara rinci dengan bagian yang menariknya tentu. Otomatis sachie akan ikut ambil penting dalam perjalanan boruto tanpa merubah banyak hal.
Atau singkatnya saja.
Please coment kasih aku pendapat kalian.
Saran kalian akan mempengaruhi proses update cerita ini. So vote dan voment nya banyak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Borusara (naruto boruto next generations)
Teen Fiction#1.Aurin 27 April 2020 #1.Reihana 14 Mei 2020 #1.Jougan 20 Mei 2020 #1.Nadaime 20 Mei 2020 #3.Borusara 26 Juni 2020 #9.Hokage 26 Juni 2020 #6.uzumakiboruto 26 Juni 2020 "Maukah kau menikah denganku sarada-chan?" ucap boruto kepada sarada dihadapanny...