31.Semoga

3.1K 130 54
                                    

Berjumpa lagi bersama saya...
user129314

Jangan lupa like, comen & follow ya

Thank before & Happy reading

•••••

Naruto tersenyum, seperti dugaannya pasti sarada akan mempertanyakan ini. "yentu ayah sangat yakin nak." Sarada mengangguk, setidaknya putrinya tidak benar benar mirip Karin, seperti  yabg ia bayangkan.

Ceklek

Pintu ruang rawat sarada terbuka, menampilkan seorang  wanita,  dengan beberapa perban ditubuhnya. Sama halnya dengan sarada, wanita  itu juga dilarikan kerumah sakit.

"Halo!" Ucapnya tersenyum. Sarada menatap tak suka wanita yang baru memasuki ruang rawatnya. Baru saja ia berusaha menghilangkan bayangan Karin dari wajah anaknya.

Karin berjalan menghampiri Naruto. "Woah! Warna rambutnya merah," ucap Karin takjub, sarada dari tadi hanya diam, ia masih menahan jengkelnya kepada karin walau tidak terlalu ketara dengan raut wajahnya.

Sarada menatap putrinya dan Karin bergantian.

Jika sarada perhatikan lebih detail, hanya warna rambutnya saja yang mirip, seharusnya ia tak mempersalahkannya.

Walau bagaimanapun putra dan putrinya  tetap keturunan uzumaki. Rambut  merah adalah ciri khas mereka bukan.

Fyuh!

Sarada membuang nafasnya pelan. Berusaha menghilangkan segala kegusarannya. Namun bagaimanapun, perasaan ini tak bisa ia hilangkan dengan mudah.

Sarada hanya  takut, ia sudah beberapa kali menghisap darah Karin. Sarada takut ini akan mempengaruhi keadaan fisik anak anaknya.

Sachie memperhatikan gerak gerik sarada sedari tadi, terlihat sangat gusar, ia berjalan mendekat. Semua orang sedang sibuk dengan anak kembar sarada dan boruto, sehingga tidak ada yang terlalu memperhatikan raut wajah sarada.

"Harusnya kau bersyukur," bisik sachie ditelinga sarada. Sachie tak ingin orang lain tahu.

"Eh... Maksudnya?" Tanya sarada binggung, ia menatap sachie penasaran.

Shizuna memperhatikan kedua perempuan itu dari tempat ia berdiri.

"Bukannya, bibi karin ikut ambil besar dalam menyalamatkanmu!" Sarada membelalakan matanya. Ia meringgis tak seharusnya  sarada jengkel. Kalau  saja waktu itu tida ada karin ia tak akan berada disini seharusnya sarada  banyak berterimakasih. Bukan mempersalahkan warna rambut yang dimiliki putri bungsunya.

"Hmm," sarada berdehem, berusaha  Menghilangkan kegusarannya.

Sarada ingin membantah, namun disini memang benar dia yang berlebihan. "Tapi---"

"Aku tahu, kamu pasti takut anakmu, memiliki kenapa kenapa," sarada hanya diam tak tahu merespon apa. Sarada mengaikan tangannya gusar diatas badannya.

"kita hanya bisa berharap yabg terbaik, melihat dari kondisi fisiknya, kecil kemungkinan putrimu mengalami gangguan pada mata," Sachie melihat perubahan rawut wajah sarada dengan seksama. "ditambah lagi putrimu merupakan keterunan uzumaki dan uciha! Jadi tak perlu khawatir." tambah sachie dengab senyum tulusnya.

Sarada tersenyum merekah, dia juga ninja medis, seharusnya ia juga lebih  paham."arigatou!"

Sachie merogoh sakunya celananya. Mengeluarkan sesuatu disana. "ini... jaga jaga baik baik ya!" ujar sachie meyerahkan sesuatu kepada sarada, ia mengerutkan keningnya menatap benda yang ada ditanganya.

"ini apa?"

"ini benda pusaka, peninggalan suatu clan tertua disuatu desa dimasa lalu,  dipercaya melindungi sipemakainya." jelas sachie dengan menunjuk nunjuk benda ditangan sarada.

"kenapa kau memberikannya kepadaku?" tanya sarada menatap takjup benda itu. Jauh ditempatnya berdiri shizuna memperhatikan benda itu.

"ekhmm... Sebenarnya aku ingin kau memakaikannya kepada Aika," sarada menatap bingung. Entah kenapa jika berhadapan dengan sachie, sarada selalu metasa kurang PD. "Aika special! Aku ingin dia memakainya, sesuai ramalan clan pemberinya."

"kenapa tak kau simpa untuk dirimu?"

"Aika sangat berarti  bagi kak naruto!"

"baiklah Arigatou! Dan Oh ya kapan kami bisa Pulang?"

"sebenarnya hari ini kalian sudah  boleh pulang,"

"benarkah." sachie menganguk. "akhirnya!" ucap sarada kuat,  semua orang menatap sarada, sarada balik cengengesan.

•••••

"hoek hoek!"

Boruto menggeliat, ia menatap sarada yang masih terlelap setelah menidurkan aika. Boruto berjalan kekamar bayinya. Kamar bayinya ini bersebelahan dengan kamar utama tempat sarada dan boruto tidur.

Kamar bayi yang didominasi warna biru langit ini, dihubungkan langsung melalui pintu dalam kamar utama. Sehingga boruto dan sarada tidak perlu bolak balik keluar dulu.

"Aurin, bangun ya nak," ucap boruto menatap aurin didalam box bayi ukuran jumbo. Disebelah Aurin ada reyhana yang terbangun, namun tetap diam.

Boruto mengangkat Reyhana dan Aurin sekaligus, kekamarnya. Ia membaringkan reyhana dan aurin disamping aika.

"sarada... Sarada... " boruto menoel noel istrinya. Sudah dua minggu mereka  pulang dari rumah sakit. Banyak teman serta keluarga yang datang sekedar membesuk dll.

Mata sarada mulai melek, bulu matanya  tertarik keatas walau hanya sedikit. "hmm ada apa?"

"dua lagi bangun," sarada mendesah pasrah, ia mengambil  aurin terlebih dahulu. Ingat, ladies first.

T. B. C

Ngantuk ini, apalagi badan kurang vit...🙃

Borusara   (naruto boruto next generations)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang