Derald Si Good Boy

220 28 11
                                    

"Lo udah gila, Ly!" pekik Aileen marah-marah.

Aileen memegang permukaan kening milik Lily, begitu juga dengan keningnya. Dia memastikan suhu badan Lily apakah sama dengan dirinya, mata Lily menatap ke atas lalu mengibaskan tangan Aileen.

"Ih! Aileen kenapa sih dari tadi kok marah-marah? Terus kenapa pegang kening Lily, aku tuh masih sehat tau!" Lily memprotes dengan wajah polosnya.

"Lo tau yang lo lakuin tadi?! Lo cari masalah tau sama Geng Alfarellza."

"Loh, Lily gak cari masalah, tapi menegakkan kebenaran," balas Lily penuh percaya diri seakan-akan dia telah menjadi ironman.

"Menegakkan kebenaran dari mana? Itu secara gak langsung nambahin masalah!"

"Ih Aileen, masa Lily mau cegah orang bully kok malah dimarahin, bilangin Bunda nih," ancam Lily dengan mata memincing kesal.

"Bilangin sana, bilangin! Sebodo lah terserah lo Ly!" pasrah Aileen ia pun langsung duduk di bangkunya. Mengabaikan Lily yang sedang mengerucutkan bibirnya kesal.

Lily menghampiri Aileen dan duduk di sebelahnya ia masih melontarkan tatapan binggung serta kesal kepada sahabatnya. "Kok jadi Aileen yang marah sih?" tanya Lily kesal.

"Sebodo Ly, sebodo amat. Serah lo, awas aja sampai lo kena sama Alfarellza CS gak gue bantu!"

"Jahat banget ih, lagian kasihan tau si De—De ...."

"Derald Ly, jangan diganti Dede. Suka banget ganti nama orang perasaan," tegur Aileen.

"Ih, susah tau, lidah Lily belibet. Lagian siapa suruh namanya Delal," kesal Lily dengan wajah cemberut.

"Delal, Delal, Derald, Maimunah!! Emosi nih gue, emosi." Aileen melotot kearah Lily dengan wajah garang.

"Ih, cepet tua kamu lama-lama. Marah-marah terus," ejek Lily menambah kekesalan Aileen.

Gadis satu ini selain polos dan bego ternyata Lily itu keras kepala. Sumpah, Aileen kalian harus ingatkan Aileen untuk menimpuk kepala Lily agar pecah dan gak keras kepala lagi.

"Aileen, Derald emang sering dibully ya?" tanya Lily menjawili pundak Aileen.

Aileen diam membisu membuat Lily mendekatkan wajahnya ketelinga Aileen lalu berteriak, "AILEEN, DERALD EMANG SERING DIBULLY YA? IH BUDEG!" teriaknya.

"ISTIGHFAR GUA LY, PUNYA TEMEN KEK LU!" teriak Aileen kesal seraya mengelus dada.

****

"Bunda ...  Ald kangen bunda," ucap Derald sambil mengusap nisan yang bertuliskan nama 'Daniarra Asyila Adhitama'.

"Bunda ... Papa udah gak sayang lagi sama Ald, Papa lebih sayang sama abang," ucap Derald lagi dengan nada merajuk.

"Bunda, tadi Derald dibully lagi sama geng Alfarellza, Bunda ingat kan sama geng Alfarellza?"

"Terus ya, Bun tadi ada anak cewek yang berani neriakin geng Alfarellza, waktu Ald dibully," ucap Derald lagi sambil menerawang ke kejadian tadi pagi.

Tes ... tes ....

Gerimis mulai turun satu-persatu menjadi teman senduh luka yang dia rasakan, seakan-akan langit tahu perasaan pemuda itu. Dia memberikan pelapur rindu kepada Derald yang masih asik berceloteh menceritakan apa yang ia alami hari ini pada bundanya sampai tidak sadar kalau matahari mulai terbenam diiringi rintikan air hujan yang mulai berjatuhan.

"Ald pulang dulu ya, Bun, besok Ald kesini lagi."

Sebelum pergi, Derald mencium nisan itu cukup lama dan lagi-lagi satu tetes cairan bening jatuh mengenai permukaan nisan sang ibunda. Derald mulai berdiri dan melangkah pergi berharap jika sang luka tidak akan menghampiri dirinya lagi.

ATMOSFER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang