Bendera Perang

87 21 1
                                    

Siang setelah pulang dari sekolah, Gio bergegas menaiki motornya menuju Rumah Sakit Medica. Dia akan mengunjungi rumah sakit tempat sahabatnya dirawat. Sebelum ke sana juga dia sudah meminta orang untuk membereskan masalah bodyguard. Bisa dibilang dia secara terang-terangan menantang Rajendra dan Revano.

"Gue mau sesampainya gue disana, kedua bodyguard itu udah beres," ucap Gio kepada orang di seberang diteleponnya. Setelah itu, telepon langsung ia matikan dan Gio langsung bergegas ke arah rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Gio langsung menuju ke arah ruang rawat milik sahabatnya, Derald. Jangan tanya bagimana bisa Gio melakukannya. Karena Gio punga banyak uang dari papanya yang gila kerja. Tentu saja selalu ia manfaatkan untuk kemulusan hidupnya.

"Gi," panggil Alfaro, karena Alfaro juga menyusul Gio ke Rumah Sakit.

"Sendiri?" tanyanya datar dan Alfaro memaklumi itu. Entah kenapa dia bisa tahan dengan kedua manusia yang berhati beku dan bersikap datar. Walau setidaknya Derald lebih ramah.

"Iya, gue gak bawa siapa-siapa. Seperti perintah lo," jawab Alfaro.

"Bagus," jawab Gio.

Lalu keduanya berjalan berdampingan. Sungguh pemandangan yang menakjubkan. Alfaro yang tampan dengan jam tangan birunya menambah daya tarik sendiri bagi kaum hawa. Sedangkan Gio dengan wajah dingin plus datarnya membawa hawa tegas disekelilingnya.

"Beberapa hari lalu gue nerobos masuk, walau harus jadi hantu-hantuan dulu. Kenapa gue gak inget punya lo ya?" tanya Alfaro hanya dibalas gedikan bahu abai dari Gio.

"Bego," ketus Gio. Alfaro pun hanya mampu menghela nafas sabar.

"Keadaan Derald parah?" tanya Gio.

"Lumayan, lo tau sendiri bapaknya kalau mukul gak kira-kira," jawab Alfaro.

"Problem?" tanya Gio lagi.

"Gue belum tanya sih, pokoknya gue yakin masalahnya berhubungan dengan hilangnya HP Derald," ucap Alfaro.

"HP-nya di tangan Revano??" tebak Gio.

"Gak tau sih, gue belum tanya jelas sama Derald," balas Alfaro dengan santainya.

"Kemarin gue lihat anak buah Revano, di lingkungan sekolah," terang Gio membuat Alfaro mengernyitkan dahinya bingung.

"Ngapain?? Ngawasin Derald??" tanya Alfaro penasaran.

"Bukan, dia bawa HP di tangannya."

"HP Derald?" tanya Alfaro.

"Maybe, yes!!" jawab Gia mantap.

Alfaro diam, ia bergelut dengan pikirannya sendiri. Pasti Revano ada maksud sendiri mengambil Hp Derald. Apakah Revano melakukan sesuatu dengan Hp Derald yang membuat Derald dihukum.

"Kita tanya Derald, jangan menduga," celetuk Gio, Alfaro pun dengan terpaksa menganggukkan kepalanya.

Keduanya remaja itu memasuki ruangan yang hening. Ia melihat sahabat mereka sedang fokus dengan buku olimpiade di tangannya.

Derald sedang belajar, Gio dan Alfaro tahu Derald sangat berambisi setiap ada olimpiade. Karena itulah yang diturunkan Rajendra.

"Ald," panggil Gio membuat Derald langsung menoleh.

"Jangan panggil gue Ald lagi Gi, hanya mama yang boleh," kesal Derald. Dia tidak terkejut dengan kedatangan keduanya karena memang mereka sudah memberikan kabar terlebih dahulu.

"Nama lo susah," balas Gio, mereka sama-sama berwajah datar. Sedangkan Alfaro hanya bisa menghela napas bingung. Kapan mereka bisa senyum, haha... hihi... setidaknya wajahnya tidak sekaku itu.

ATMOSFER [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang