06 - SMA GRAVENTAS

406 46 4
                                    

I beg you not to be silent readers

Appreciate me as a writer, it's not difficult :)

***

Terkadang manusia mempunyai cara berbeda untuk menutupi kesedihannya.

***

Mobil Bugatti Divo berwarna merah itu memasuki gerbang SMA Graventas, SMA elit di daerah Jakarta yang di penuhi murid-murid berkelas atas.

Menghentikan mobilnya di parkiran khusus yang luar biasa luas. Ketiga pasang kaki itu berjalan penuh percaya diri melewati siswa dan siswi yang berada di dekatnya. Mereka memandang bingung ketiga gadis cantik yang mengenakan seragam berbeda dengan mereka.

"Permisi, ruang kepsek dimana ya?" tanya nya kepada seorang gadis yang berada di depannya.

"Kalian murid baru?" tanya siswi itu.

Salah satu dari mereka mengangguk. "Kita murid baru, ruang kepsek di mana?" tanya nya lagi dengan tak sabaran.

"Di lantai dua dekat outdoor,"

"Oke, thankyou."

Ketiga gadis itu memutuskan untuk melewati koridor utama SMA Graventas.

Setelah sampai di sana, seketika kening mereka mengerut dalam melihat siswi-siswi yang berteriak histeris seperti orang kesetanan.

"Pada kenapa sih anjir?" Keesha tersentak kaget mendengar teriakan penuh histeria dari sebagian siswi. "Ada yang kesurupan atau gimana sih?"

"Eh, woi!" seru Theresa sambil menarik cepat tangan siswi yang tak sengaja melewati mereka. "Ada apaan sih sampai teriak-teriak kaya gitu?"

"Petinggi Phoenix yang ganteng nya kebangetan itu lewat koridor ini tauu!!!" pekik siswi itu dengan berlebihan.

Achilla yang mendengar itu memutarkan malas kedua bola matanya. Kenapa mereka begitu heboh hanya karena geng besar itu?

Dasar alay!

"O-oh oke, thanks." Theresa tersenyum simpul lalu mengalihkan perhatiannya ke perkumpulan cowok-cowok tampan yang seperti nya berjalan ke arah mereka.

"Udah deh ayo, gausah urusin mereka, gak penting banget." ketus Achilla yang mulai melangkahkan kakinya untuk pergi dari koridor. Tapi sebelum ia berjalan jauh, laki-laki bernetra biru dan berwajah tampan bagaikan Dewa Yunani itu berdiri tepat di hadapannya.

Teriakan histeris dari cewek-cewek alay itu justru semakin keras membuat telinga Achilla berdenyut sakit. Gadis itu mengendus kesal. Mereka tidak tau apa jika dirinya sudah sangat muak mendengar teriakan yang tidak ada anggun anggunnya itu!

Tanpa memperdulikan teriakan sialan itu, Achilla melangkah begitu saja. Lalu gadis itu melirik sekilas petinggi Phoenix seolah tak minat hanya sekedar melihat wajah tampan mereka.

Achilles melihat itu pun mengendus tak percaya. Kenapa cewek itu seakan tidak mengenalinya?

"Permisi, kita duluan." ucap Keesha yang memang terkenal ramah. Berbeda dengan Keesha, Theresa justru menatap sejenak Alvaro yang sialnya juga tengah menatapnya tajam.

ACHILLES LEONIDASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang