"SIAPA YANG NGAMBIL CIKI GUE ANJENG??!!"
Anak Phoenix tersentak kaget mendengar teriakan histeris milik Aidan. Laki-laki itu tengah melotot galak dengan ekspresi yang sangat berlebihan.
"Kenapa sih, anjir? Ganggu aja lo!" ketus Jevon yang kesal dengan teriakan Aidan yang tidak ada bagus-bagusnya.
Aidan berdecak. "Ciki kesukaan gue yang gue taro di atas meja kemana? Pasti salah satu dari kalian kan yang ngambil? Ayo ngaku?!"
"Gak!" balas Alvaro dan Achilles cepat.
"Kalo lo berdua sih gue percaya, karena emang lo berdua kaga ada tampang tampangnya sebagai pencuri." ujar Aidan lalu beralih untuk menatap Saga. "Lah kalo Saga, gue gak yakin nih."
"Lo nuduh gue hah?!" ucap Saga galak.
Aidan menggeleng. "Gue gak nuduh. Gue ngomong kenyataan ya, Ga. Muka-muka lo itu muka-muka maling."
"Bazengg!!" Saga menendang Aidan membuat laki-laki itu menjungkal kebelakang.
"Udah sih, Dan. Tibang ciki dua rebuan aja di ributin lo." ujar Rean sambil melempar kacang yang sedang di makan. "Kaya orang susah aja." lanjutnya.
Aidan mencebikkan bibirnya sebal. Tanpa memperdulikan ucapannya, Aidan mengambil posisi di sebelah Achilles yang fokus pada ponselnya.
"Alessss?" panggil Aidan dengan nada manja. Achilles meliriknya tanpa minat sedikitpun.
"Sebagai ketua yang baik hati dan tidak sombong, beliin gue makanan dong. Gue laper banget nihhh." ujar Aidan sedikit merengek.
Achilles menghembuskan napasnya kasar. Cowok dengan jaket kulit hitam di tubuhnya itu mengambil uang di saku celananya yang kemudian dengan cepat Aidan merampasnya.
"Asikkk!!" tanpa banyak bicara, Aidan pergi begitu saja menuju pintu utama Mabes Phoenix.
"Sarap tuh temen lo," cetus Saga pada Alvaro. Malas menanggapi ucapan tak berguna itu, Alvaro merebahkan tubuhnya di sofa panjang dan meletakkan lengan untuk menutupi matanya yang terpejam.
"Raff?" panggil Achilles membuat Raffa yang sedang memainkan ponsel sambil senyum-senyum sendiri lantas mengangkat kepalanya.
"Kenapa, Les?" Raffa meletakkan ponsel di atas meja melihat raut keseriusan di wajah ketuanya itu.
"Udah ada informasi tentang geng itu?" tanya Achilles pada Raffa.
"Ada apaan nih?" saut Saga sedikit kepo. Merasa suasana saat ini benar-benar serius, Alvaro mengubah posisinya menjadi duduk.
Raffa mengangguk pelan. Lalu laki-laki itu mengambil laptopnya dan mengetik sesuatu di sana. Keningnya mengerut dalam seakan cowok dengan anting hitam di telinga kanannya itu sedang berfikir keras.
"Pegasus."
"Hah apaan Raff? Ingus?" celetuk Aidan yang baru saja datang dengan kantong plastik di kedua tangannya. Mereka yakin itu makanan hasil memalak Achilles.
"Pegasus goblok!" sungut Saga membuat Aidan menendang tulang keringnya dengan keras.
"Pegasus?" tanya Rean. Raffa mengangguk masih fokus pada laptopnya.
"Dari informasi yang gue cari, geng itu bukan berasal dari Jakarta." kata Raffa. "Tapi Aussie." lanjutnya membuat mereka semua tersentak kaget.
"What?! Australia?" Aidan menutup mulutnya seakan laki-laki itu tengah syok berat.
"Kalo Pegasus itu dari Aussie, kepentingan apa yang membuat datang ke sini? Terus kenapa mereka nyerang Guardz yang memang berasal dari Jakarta?" ujar Jevon terheran-heran.
"Ketua dan anggotanya berasal dari Indonesia. Tapi mereka mendirikan geng itu di Aussie." ujar Alvaro menjelaskan.
"Mereka bukan geng biasa. Gue yakin itu." kata Rean.
"Cari tau data tentang ketua Pegasus." ucap Achilles membuat Raffa menghembuskan napasnya pelan. "Gak ada, Les."
"Lah, kaga ada ketuanya?" tanya Saga yang sibuk memakan snack milik Aidan.
Raffa menggeleng. "Bukan, gak ada data tentang ketua ataupun anggotanya. Mereka pintar untuk menyembunyikan identitas."
Achilles mengacak rambutnya frustasi. Sialan! Ia harus mencari tau siapa ketua dari geng itu.
***
Achilla saat ini berada di balkon kamarnya. Duduk di antara tembok besar memandang bintang-bintang yang berkilau dengan sangat indah. Semilir angin yang menghembus dengan begitu menyejukkan.
Manik hitam itu menatap sendu bintang yang paling terang di langit sana. Hembusan napas lelah keluar begitu saja seolah merasakan beban yang sangat sulit untuk di lewati.
Achilla menelan ludahnya susah payah. "Kamu bahagia kan di sana? Gak ada lagi yang berniat untuk nyakitin kamu."
Achilla menunduk sambil menautkan jari-jarinya. "Tapi kamu ninggalin aku dan membiarkan hidupku di penuhi dengan kebencian."
"Aku melakukan kesalahan dengan menghancurkan hidup anak yang gak bersalah atas kesalahan yang di lakukan kedua orangtuanya." ujar Achilla dengan tangan yang terkepal kuat.
"Aku jahat, aku jahat dengan membuat mereka menderita." Achilla berdesis kasar. "Tapi aku gak bisa melihat mereka bahagia di saat aku juga menderita!"
Dengan mata yang berkilat marah, Achilla memukul dinding terdekat dengan sangat kuat hingga menimbulkan bunyi yang cukup kencang.
I miss you.
***
Kindly vote and comment!✨
diketik dengan 713 kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACHILLES LEONIDAS
Teen FictionDalam mitologi Yunani, Achilles merupakan prajurit paling berani, tampan dan juga hebat dalam pasukan Agamemnon di Perang Troya. Seperti namanya, Achilles Keizero Leonidas laki-laki yang terkenal kekejaman dan kekejiannya. Achilles juga di sebut-seb...