Happy Reading!
Hanum membuka matanya perlahan kemudian melirik ke arah Siv yang masih tidur di sampingnya.
"Shhh" Desis Hanum saat rasa sakit menjalar diseluruh tubuh terutama bagian bawah miliknya saat ia mencoba bergerak.
Entah kapan suaminya itu berhenti memuaskan diri karena seingat Hanum sebelum ia pingsan, Siv masih bergerak menggempur miliknya dengan kasar.
"Hiks" Isak Hanum saat tubuhnya seakan mati rasa dan jika ia mencoba bergerak maka rasa sakitlah yang dirasakan. Bahkan Hanum yakin jika tubuh bagian bawahnya sudah lecet karena terasa sangat perih.
Tidak ada pilihan lain selain membangunkan Siv, karena ia tidak mungkin buang air kecil di atas tempat tidur.
Hanum menatap suaminya. "Siv." Panggil Hanum pelan, sedikit takut jika Siv bangun dan marah.
"Shh_ Siv bangun!" Panggil Hanum lagi, kali ini tangannya terulur menggoyang lengan Siv.
"Siv_"
"Enghh"
Hanum langsung menarik tangannya saat mendengar suara lenguhan Siv. Tidak lama, bisa Hanum lihat kedua mata Siv mulai terbuka.
Hanum mengalihkan pandangannya saat Siv menatapnya tajam.
"Ada apa?" Tanya Siv datar membuat Hanum memberanikan diri kembali menatap suaminya itu.
"Siv, aku mau pipis." Ucap Hanum pelan membuat Siv mengernyit.
"Lalu?"
Hanum menggigit bibir bawahnya gugup."Aku tidak bisa bergerak." ucap Hanum pelan membuat Siv tanpa pakaian turun dari tempat tidur kemudian memasuki kamar mandi.
"Siv, bantu ak_ ahh" Desis Hanum saat rasa sakit kembali menyerang tubuh bagian bawahnya saat ia mencoba untuk bergerak.
"Aku sudah tidak tahan." Gumam Hanum pelan bahkan air matanya sudah menetes karena menahan pipis dan rasa sakit pada tubuhnya.
Tidak lama, Siv keluar dari kamar mandi lalu berjalan mendekati istrinya.
Hanum memasang wajah memelas."Tolong Siv." Ucap Hanum lirih membuat Siv menunduk lalu mengalungkan lengan Hanum ke lehernya kemudian menyisipkan kedua lengannya pada leher dan kaki Hanum.
"Shh" Hanum langsung mendesis sakit saat tubuhnya diangkat dari tempat tidur kemudian dibawa menuju kamar mandi.
Siv menurunkan Hanum di atas closet, membiarkan Hanum buang air kecil sedang ia melangkah menuju bak mandi yang sudah ia isi dengan air hangat dan wewangian.
"Shhh.. Aw.."
Siv menoleh lalu tertawa mengejek saat melihat wajah istrinya yang sedang menahan sakit. Jelas saja rasanya akan sangat perih mengingat berapa ronde yang mereka lewati tadi malam. Bahkan ia tidak berhenti saat Hanum pingsan karena kelelahan.
Selesai buang air, Hanum mencoba untuk berdiri namun gagal karena kedua kakinya lemas bahkan terlihat bergetar. Melihat hal itu, Siv kembali tertawa. Itu masih belum seberapa karena Siv bersumpah akan menghukum istrinya itu lebih kejam lagi jika ia kembali tidak menuruti perintah darinya.
Hanum menatap Siv seolah meminta tolong membuat Siv berdiri lalu kembali menggendong tubuh istrinya kemudian menurunkannya di dalam bak mandi.
Hanum memejamkan matanya karena berendam air hangat membuat tubuhnya merasa sedikit lebih nyaman. Hanum memekik kaget saat Siv ikut bergabung dengannya di dalam bak mandi dan mengambil posisi dibelakang tubuhnya.
Hanum menggelinjang saat Siv mengusap perutnya memutar sesekali tangan pria itu merambat naik kegundukan besar miliknya.
"Aku suka anak kecil. Kamu harus hamil anakku secepatnya." Ucap Siv membuat tubuh Hanum menegang. Bukan karena perkataan suaminya melainkan karena benda besar yang terasa menusuk pantatnya dari belakang.
Siv memeluk tubuh Hanum erat lalu bergerak pelan memajumundurkan pinggulnya hingga benda kebanggaannya menggesek tubuh belakang Hanum.
"Siv_"
"Stt_ diam!"Tegur Siv saat Hanum berusaha protes dan bergerak menjauh.
Siv memejamkan matanya kemudian menggigit leher Hanum saat gerakan pinggulnya semakin kasar. Sedang Hanum hanya bisa memejamkan matanya menahan sakit di leher dan rasa tidak nyaman dibagian bawah pinggulnya.
"Ahh_" Desah Siv setelah melepas gigitannya namun pinggulnya masih bergerak bahkan semakin cepat.
Hanum menggigit bibir bawahnya saat Siv meremas dua gundukan besar miliknya kemudian tidak lama bisa ia rasakan tubuh suaminya bergetar dan gerakan pinggulnya berhenti.
"shhh_" Siv menarik tangannya lalu beralih mengurut miliknya hingga cairan putih itu kembali keluar.
Hanum memejamkan matanya dengan tangan yang mencengkram pinggiran bak mandi. Ia tahu apa yang dilakukan suaminya dan itu membuat Hanum semakin takut. Bahkan ia tidak berani bergerak apalagi berbalik melihat suaminya.
"Aku akan membantumu mandi." Ucap Siv tiba-tiba membuat Hanum kaget namun tetap pasrah saat Siv mengeluarkannya dari bak mandi dan mendudukkan tubuhnya di atas closet. Kemudian bisa Hanum rasakan kedua telapak tangan suaminya bergerak telaten membantunya keramas dan menyabuni tubuhnya. Selesai dengan tubuh Hanum, Siv mulai menyabuni tubuhnya sendiri.
Selesai mandi, Siv menggendong Hanum keluar dari kamar mandi. Keduanya hanya memakai handuk. Siv menurunkan Hanum di atas tempat tidur.
"Berbaring!" Titah Siv membuat Hanum menurut.
Siv berjalan mengambil sesuatu di dalam laci lalu kembali mendekati Hanum. Siv membuka kaki Hanum kemudian membuka salep yang tadi ia bawa.
"Ini akan membuat rasa sakitnya berkurang" Ucap Siv lalu mengoleskan salep kemilik Hanum yang memerah bukti betapa ganasnya ia tadi malam.
"Shh" Desis Hanum saat miliknya terasa dingin.
"Siv_salep apa it_ Arrghhh" Teriak Hanum saat sebuah benda besar memasuki miliknya tiba-tiba.
Hanum meremas sprei menyalurkan rasa sakitnya sedang Siv malah mendorong miliknya lebih dalam membuat Hanum semakin menggelinjang kesakitan.
Siv mulai bergerak maju mundur dengan pelan lalu menatap Hanum."Maaf shh tapi aku tidak bisa menahannya." Ucap Siv kemudian bergerak semakin cepat membuat Hanum menggeleng memejamkan matanya.
"Ahh_ Siv" Desah Hanum lalu melotot saat perutnya terasa sakit. Seperti ada yang meremasnya dari dalam.
"Siv ahh sakittt" Teriak Hanum namun Siv tidak peduli dan tetap bergerak cepat bahkan pinggulnya menghentak semakin cepat.
"Sakitt hiks sakitt Siv, tolong berhentii" Teriak Hanum sembari memeluk perutnya membuat Siv menghentikan gerakannya.
"Ada apa?." Tanya Siv khawatir.
Hanum menatap Siv dengan air mata yang mengalir."Sakit Siv hiks perutku sakittt" Rintih Hanum membuat Siv mengalah lalu menarik miliknya keluar namun ia malah kaget saat melihat darah keluar dari organ intim istrinya.
"Apa kamu_"
"Hiks sakit Siv." Rintih Hanum pelan masih memeluk perutnya bahkan bisa Siv lihat wajah Hanum yang kini berubah pucat.
"Tanggal berapa kau terakhir datang bulan?" Tanya Siv sambil membantu Hanum berbaring dengan benar.
Hanum menggeleng."Lupaa hiks sakittt."
Siv mengusap rambutnya kasar lalu melihat darah yang semakin banyak keluar. Itu tidak normal, darah wanita haid tidak keluar sebanyak itu.
Tanpa banyak kata lagi, Siv berlari memakai pakaiannya kemudian membantu Hanum memakai gaun tidur.
"Tahan sakitnya. Kita ke rumah sakit." Ucap Siv sambil menggendong Hanum yang masih merintih kesakitan.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum Pregnancy (Season 2)
RomanceMature content ( 21+ ) Tidak ada yang berubah. Karena, baik di dunia ular ataupun di dunia manusia, tugas Hanum hanya dua. Yaitu, melayani nafsu besar Siv dan melahirkan keturunan pria itu sebanyak yang ia inginkan.