Part 8

65.9K 2.7K 234
                                    

Happy Reading!

Siv menatap ke arah Hanum yang masih diperiksa oleh Alan.

"Bagaimana? Apa istri dan anakku baik-baik saja." Tanya Siv cemas.

"Tidak. Bagaimana mungkin ada wanita yang akan baik-baik saja setelah melihat kegilaan suaminya." Ucap Alan menyindir membuat Siv mendengus.

"Aku rasa kau harus jujur pada istrimu Siv, setidaknya dia tidak akan sakit hati saat tahu kegilaanmu yang lainnya." Ucap Alan memberi saran sambil merapikan peralatan periksa miliknya.

"Dia akan meninggalkanku." Ucap Siv pelan lalu duduk di samping Hanum. Siv membelai perut buncit Hanum dengan lembut.

Alan memutar bola matanya."Kau pikir setelah apa yang terjadi hari ini, istrimu tidak akan pergi?" Ucap Alan membuat Siv menatap sahabatnya itu tajam.

"Apa maksudmu?" Tanya Siv dingin.

Alan mendekati sofa lalu duduk."Dia melihat kau berhubungan seks dengan wanita lain. Setelah itu kau juga bersikap kasar padanya. Apa kau pikir, istrimu akan tetap tinggal setelah ini?"

Perkataan Alan membuat Siv terdiam.

"Jadi sebaiknya ceritakan saja semuanya. Aku yakin istrimu akan memaklumi hal itu, syukur kalau dia membiarkanmu untuk meniduri wanita-wanita itu." Ucap Alan lalu berdiri dan mengambil tas dokternya.

"Ini_ Berikan pada istrimu saat dia  sadar." Ucap Alan sambil memberikan sebotol vitamin.

Siv menerima vitamin itu lalu mengangguk pelan.

"Aku pergi." Pamit Alan lalu beranjak keluar.

Siv menghela napas lalu menatap wajah pucat Hanum yang masih terpejam.

"Maafkan aku." Bisik Siv pelan lalu ikut berbaring di samping istrinya. Siv melingkarkan lengannya memeluk tubuh berisi Hanum. Kemudian tanpa dikomando, kedua matanya ikut terpejam mengarungi dunia mimpi.

***

Siv membuka matanya perlahan kemudian menatap ke samping. Siv terperanjat saat tak menemukan Hanum di sampingnya.

"Hanum." Panggil Siv seraya beranjak dari tempat tidur.

"Di mana dia?" Gumam Siv yang segera keluar dari ruang peristirahatannya.

"Hanum." Panggil Siv lalu melirik ke arah sofa, di mana sebelumnya tas Hanum ada di sana.

Siv segera mengambil kunci mobilnya kemudian berlari keluar. Siv memasuki mobil dengan tergesa kemudian menjalankannya dengan kecepatan tinggi.

'Apa istriku ada di rumah?' Tanya Siv menghubungi pelayan rumah.

'Iya tuan. Baru saja nyonya tiba di rumah.'

Siv segera memutuskan sambungan telponnya kemudian fokus menyetir. Tiba di rumah, Siv segera berlari menuju kamar.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Siv saat melihat Hanum merapikan pakaiannya.

Hanum mendongak menatap Siv sesaat lalu lanjut memasukkan pakaiannya ke dalam koper.

Siv berjalan mendekati istrinya lalu menarik koper itu dengan kasar hingga isinya jatuh ke lantai.

Hanum menatap datar pakaiannya yang berserakan kemudian tanpa kata ia berjalan keluar dari kamar.

Siv mengejar Hanum."Jangan menguji kesabaranku, Hanum." Ucap Siv dengan nada kesal.

Hanum tertawa lalu melirik ke arah lengannya yang dipegang oleh Siv.

"Jangan bersikap seolah aku penting bagimu Siv." Ucap Hanum kemudian menarik tangannya kasar.

"Kau selingkuh, kau tidur dengan wanita lain, kau mengabaikan aku dan terakhir kau bersikap kasar." Ucap Hanum sambil menatap wajah Siv tajam.

"Kenapa kau tidak ambil pisau dan bunuh saja aku. Itu akan lebih baik." Lanjut Hanum marah.

Siv menatap Hanum datar."Apa sudah selesai?" Tanya Siv dingin.

"Apa?" Hanum menatap Siv tak percaya.

"Sudah selesai kan? Jadi sekarang, biarkan aku yang bicara." Ucap Siv lalu menarik lengan Hanum kembali ke kamar mereka.

Siv menutup pintu kamar kemudian menguncinya.

"Aku sakit." Ucap Siv tiba-tiba membuat Hanum mendesah malas, disaat seperti ini pria itu masih saja mau berbohong.

"Berhenti berbohong Siv, karena aku tidak akan percaya lagi pada perkataanmu." Ucap Hanum kesal.

Siv menggeleng." Aku tidak berbohong."

"Oh ya. Baru saja kemarin kau bilang ada masalah pada pekerjaanmu tapi nyatanya itu hanya kebohonganmu untuk menutupi kebusukanmu." Ucap Hanum lalu melangkah mendekati pakaiannya yang ada di lantai.

"Aku sudah menelpon ayahku, mungkin dia akan datang malam ini." Ucap Hanum sembari membereskan pakaiannya.

"Dan kau tidak perlu khawatir, aku akan memaafkan semua yang kau lakukan padaku jika kau membiarkan aku pulang." Ucap Hanum membuat Siv terkekeh.

"Semudah itu kau mau pergi?" Tanya Siv.

Hanum tersenyum tipis."Iya semudah pengkhianatan yang kau lakukan." Sahut Hanum cepat.

"Aku tidak berkhianat," Sanggah Siv.

"Benarkah? Kalau begitu bagaimana jika aku melakukan apa yang kau lakukan?" Tantang Hanum membuat Siv melotot.

"Jangan bicara sembarangan!" Tegur Siv marah.

Hanum tersenyum."Lalu apa maumu Siv?" Tanya Hanum pelan.

Siv diam menatap Hanum.

"Apa kau mau aku diam saja menerima semua ini?" tanya Hanum lalu menggeleng. "Tapi aku tidak sebodoh itu Siv, jika kau tidak bisa menghargai pernikahan kita maka bercerai saja."

"Tidak akan ada perceraian di antara kita. Aku tahu kau marah dan aku minta maaf." Ucap Siv lalu berusaha memeluk Hanum.

"Jangan menyentuhku!" Bentak Hanum membuat gerakan Siv terhenti.

"Baiklah. Jangan berteriak, ingat kau sedang hamil." Ucap Siv membuat Hanum terkekeh.

"Jangan sok peduli," sindir Hanum lalu mengelus perutnya."Aku rasa kau juga tidak menyayanginya." ucap Hanum membuat Siv diam.

"Kenapa diam? Aku benar kan?" Tanya Hanum membuat Siv menghela napas.

"Apa kau pernah mendengar kelainan seksual, dimana seseorang hanya akan mendapat kepuasan setelah menyiksa pasangan mereka?" Tanya Siv membuat Hanum melotot.

"A_apa kau?"

Siv mengangguk membuat Hanum menelan ludahnya kasar.

"Meniduri wanita-wanita itu adalah cara yang disarankan Alan agar aku tidak melampiaskan semua kegilaanku padamu." Ucap Siv membuat Hanum menatap Siv ngeri.

"Dan tentu saja semua kegilaan itu akan lebih nikmat jika dilakukan dengan wanita hamil." Ucap Siv lalu bergerak mengelus perut buncit Hanum.

"Aku suka mendengar rintihan kesakitan mereka." Bisik Siv membuat Hanum merinding kemudian bergerak mundur.

"Siv_ Jangan membuatku takut." Ucap Hanum lirih.

Siv tersenyum lalu sedikit menekan perut Hanum.

"Awss_ Siv." Ringis Hanum.

"Kau hanya punya dua pilihan, sayang." Bisik Siv lalu merapatkan tubuhnya ke tubuh Hanum. Hingga perut berototnya menekan perut buncit Hanum.

"Membiarkan aku meniduri jalang diluar sana atau_" Siv menggantung ucapannya kemudian memeluk tubuh Hanum erat.

"_atau menjadikan tubuhmu sebagai gantinya."

-Bersambung-

Hanum Pregnancy (Season 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang