Happy Reading!
Elsa menatap anak dan menantunya yang terlihat sangat serasi saat berjalan. Apalagi jika ia memandang perut buncit menantunya, hatinya pasti langsung berbunga-bunga.
"Pelan-pelan!" Ucap Elsa saat Kris membantu menantunya duduk.
Elsa tersenyum saat anak dan menantunya telah duduk.
"Mah, kami_" perkataan Kris dipotong oleh Elsa dengan sebuah gelengan.
"Mama tidak akan mengatakan apapun, tapi ijinkan mama bertanya satu hal." Ucap Elsa lalu menatap ke arah Hanum.
"Apa bayinya kembar?" Tanya Elsa antusias membuat Kris dan Hanum saling pandang.
"Apa mama benar?" Tanya Elsa lagi.
"Apa mama tidak penasaran bagaimana kami bertemu, menikah dan_"
"Tidak. Mama tidak perlu tahu hal itu. Lagipula sudah terjadi. Yang paling penting sekarang adalah kenyataan bahwa mama akan memiliki seorang cucu. Akan lebih baik jika memang kembar," Ucap Elsa lalu menatap Hanum atau lebih tepatnya perut wanita itu dengan penuh harap.
"Benarkah kembar?" Tanya Elsa membuat Hanum menggeleng.
Senyum di wajah Elsa perlahan memudar." Lalu, kalian baru menikah enam bulan dan_"
Kris segera berdiri lalu mendekati mamanya."Mah, itu karena Hanum tubuhnya kecil jadi perutnya terlihat lebih besar." Jelas Kris membuat Elsa meneliti tubuh menantunya.
"Benarkah? Tapi_"
"Sudahlah, kalau mama tidak senang kami akan pindah dar_"
Plakk
Kris segera mengusap kepalanya yang baru saja di pukul.
"Kalau mau pindah ya pindah saja. Tapi sendiri. Mantu mama akan tetap tinggal di sini." Ucap Elsa tegas membuat Kris menatap Hanum lalu tersenyum sedang Elsa segera berjalan mendekati Hanum.
"Kalian menikah tanpa resepsi kan? Bagaimana jika kita adakan resepsi besar-besaran?" Tawar Elsa sembari mengelus perut besar Hanum.
Hanum langsung menatap Kris lalu menggeleng. Jika diadakan resepsi maka kebohongan mereka pasti akan terbongkar. Belum lagi kenyataan bahwa Siv bisa saja menemukan dirinya.
Kris segara menggeleng lalu berlutut dihadapan dua wanita itu.
"Mama tidak lihat perut Hanum yang besar itu?" Tanya Kris membuat Elsa mendelik.
"Ya lihat. Kamu pikir mama buta?" Tanya Elsa kesal.
Kris menggeleng."Maksud Kris, nanti mama malah malu kalau orang-orang lihat perut Hanum. Mereka pasti mikir yang tidak-tidak tentang keluarga kita." Ucap Kris membuat Elsa memasang wajah heran.
"Malu apa? Mama justru bangga. Lagian di lingkungan kita siapa yang bisa pamer mantu sama calon cucu disaat bersamaan?" Ucap Elsa dengan wajah bangga.
Kris menepuk keningnya tak percaya. Mamanya memang luar biasa.
"Atau kalau perlu di undangannya nanti kita tulis kalau pengantin wanitanya sedang mengandung jadi mereka bisa kasih kado perlengkapan bayi." Lanjut Elsa membuat Hanum melongo sedang Kris hanya geleng-geleng kepala.
"Bagaimana? Kalian setuju kan dengan ide mama?"
"TIDAK" sahut Hanum dan Kris bersamaan.
Mendengar jawaban kompak anak dan menantunya membuat Elsa mendelik marah. Dan tentu saja ke arah Kris karena ia mana berani memarahi menantu yang akan memberinya cucu.
"Pokoknya mama akan tetap_"
"Mah, tolong pikirkan Hanum." Pinta Kris membuat Elsa menatap menantunya.
"Apanya? Memang mantu mama kenapa?" Tanya Elsa bingung.
Kris berdecak."Mah, kalau mama tidak malu lalu bagaimana dengan istri Kris. Tidak mudah muncul di depan umun dengan perut yang menonjol. Setidaknya tunggu sampai dia melahirkan baru setelah itu terserah mama, mau pesta setahun penuh pun silahkan." Ucap Kris panjang lebar membuat Elsa mengangguk.
"Baiklah, mama mengalah. Tapi sebagai gantinya, mama mau pamer mantu sama semua teman arisan besok, Bagaimana?" Tanya Elsa membuat Hanum mengangguk. Lagipula Siv tidak mungkin menghadiri acara arisan kan.
Melihat Hanum mengangguk membuat Kris juga setuju.
"Baiklah, terserah mama. Tapi papa_"Elsa segera berdiri lalu menggeleng."Mama lupa memberitahu papamu." Ucap Elsa lalu segera berlari menuju kamarnya. Ia harus segera memaksa suaminya untuk pulang ke rumah.
Sedang Kris langsung membantu Hanum berdiri.
"Pergilah ke kamar dan istirahat." Ucap Kris membuat Hanum mengangguk lalu berjalan menuju kamar.
Sedang Kris melangkah menuju ruang kerjanya.
***
Di sebuah kamar, terlihat beberapa pakaian berserakan di lantai. Suara desahan seorang pria serta teriakan sang wanita yang terdengar lebih mendominasi.
Di sana, Siv terus bergerak memuaskan benda kebanggaannya. Kedua tangannya bahkan tidak tinggal diam. Tangan kanannya memukul dan menjambak sedang tangan kirinya mengayunkan cambuk.
Ctarr
"Arghhh.. Sakittt"
Siv tersenyum lalu.
Plakk
"Arghh"
"Diam!" Bentak Siv sambil menarik rambut lalu membekap mulut wanita itu.
"Shhh" Siv bergerak semakin cepat lalu.
Ctarr
"Arghh"
Siv menarik miliknya keluar lalu mengocoknya cepat."Shh Hanummm" Desah Siv saat cairan putih kental itu keluar membasahi tubuh wanita yang kini tergeletak tak berdaya dibawahnya.
"Hahhh" Setelah merasa puas. Siv mengusir wanita itu lalu berbaring di atas tempat tidur.
"Hanum_Aku merindukanmu" Gumam Siv lalu menutup matanya perlahan.
Esok harinya, Siv kembali mendesah kecewa saat tak menemukan Hanum di sampingnya. Wanita itu, entah sejak kapan sudah menjadi bagian hidupnya.
"Hahh_ aku akan mengikatmu di tempat tidur jika aku menemukanmu. Lihat saja." Gumam Siv sambil melirik ke arah foto Hanum yang terpajang di kamarnya.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum Pregnancy (Season 2)
RomanceMature content ( 21+ ) Tidak ada yang berubah. Karena, baik di dunia ular ataupun di dunia manusia, tugas Hanum hanya dua. Yaitu, melayani nafsu besar Siv dan melahirkan keturunan pria itu sebanyak yang ia inginkan.