Happy Reading!
Siv turun dari mobilnya kemudian menatap rumah tua yang masih berdiri kokoh dihadapannya. Menurut informasi yang ia terima, Hanum tidak berada di rumah orang tuanya. Jadi, ia berinisiatif pergi ke desa tempat mereka bertemu untuk pertama kalinya.
Siv hampir menaiki pelataran rumah sebelum suara aneh terdengar dari kebun belakang. Karena penasaran, Siv memutar arah kemudian melangkah menuju kebun yang Siv tahu adalah milik kakek Hanum.
Kaki Siv melangkah memasuki kebun yang dipenuhi oleh berbagai tanaman itu. Mata Siv tak henti melihat sekeliling namun tidak ada yang aneh.
Kebun itu terlihat sunyi karena memang tidak ada siapapun."Hahh" Siv menghela napas lalu mengusap tengkuknya pelan. Mungkin tadi ia yang salah dengar.
Siv memutuskan untuk kembali namun langkahnya lagi-lagi terhenti karena mendengar sebuah teriakan. Teriakan seperti kata 'kemarilah' tapi tidak begitu jelas.
Siv berbalik menatap kebun itu sekali lagi dan langsung melotot kaget saat melihat sebuah gerakan dibalik semak-semak diujung kebun.
Siv bergerak mencari sebuah kayu lalu berjalan menuju semak-semak yang masih terlihat bergerak oleh sesuatu. Dan terakhir yang Siv ingat, pertama kali ia bertemu Hanum, wanita itu sedang berdiri dan menatap ke arah itu.
Siv memeriksa semak-semak dengan kayu yang ada di tangannya. Tapi anehnya gerakan yang ia lihat tadipun hilang.
"Apa hanya angin?" Tanya Siv entah pada siapa.
Melihat tidak ada yang aneh, Siv berbalik dan berencana untuk segera menemui kakek Hanum. Namun baru satu langkah kakinya berjalan, sebuah benda terasa menghalangi kakinya lebih tepatnya ada sesuatu yang melilit kakinya.
Berusaha tenang, Siv menunduk dan langsung kaget saat melihat seekor ular hitam yang cukup besar melingkar di kakinya. Kepala ular itu perlahan melata menaiki kakinya dengan suara mendesis yang amat jelas. Siv tetap berusaha tenang karena ular itu nampaknya tidak berniat melukai dirinya.
Siv diam dengan tubuh yang kaku saat ular dengan lidah menjulur itu kini tengah mendesis di lehernya.
'Shhh_shhh'
Siv melirik ular itu sekilas kemudian memejamkan matanya dan.
'Shhh'
Buukk
Tubuh Siv ambruk bersamaan dengan darah yang mengalir di keningnya setelah digigit ular.
***
"Siv_" Teriak Hanum tanpa sadar kemudian menyentuh wajahnya yang kini dipenuhi oleh keringat. Ia baru saja bermimpi. Mimpi yang aneh namun terlihat nyata.
Hanum menggeleng lalu menarik tisu yang memang tersedia di meja samping tempat tidur. "Mimpi yang aneh, tapi Siv tidak mungkin mencintaiku. Pria itu hanya tahu cara menyiksaku." Gumam Hanum sembari melap wajahnya dengan tisu.
"Hahh"Hanum menghembuskan napas perlahan kemudian duduk menyandar di kepala ranjang. Kedua lengannya aktif mengelus perut besarnya.
Karena mimpi aneh yang baru saja ia alami membuat Hanum jadi merindukan Siv. Entah rindu karena apa? Karena jelas semua yang pria itu lakukan tidak pantas untuk dirindukan sama sekali. Namun sekali lagi, Hanum rindu akan sesuatu yang tidak dia ketahui. Sebagian hatinya kini merasa bahwa ia dan Siv saling mencintai dan memiliki ikatan satu sama lain. Namun jika diingat kembali, semua momen kebersamaan mereka sama sekali tidak mencerminkan pasangan yang saling mencintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanum Pregnancy (Season 2)
RomanceMature content ( 21+ ) Tidak ada yang berubah. Karena, baik di dunia ular ataupun di dunia manusia, tugas Hanum hanya dua. Yaitu, melayani nafsu besar Siv dan melahirkan keturunan pria itu sebanyak yang ia inginkan.